Villain'S Mother Change
...Lelah itu pasti, tapi menyerah bukan solusi....
...>Zella <...
.......
.......
...☠️☠️☠️...
Di sebuah universitas kelas menengah, terlihat seorang gadis baru saja keluar dari kelasnya. Dia bernama Zella gadis bar-bar yang sering kali membuat masalah dimana pun dia berada, tak jarang pula dia di tegur oleh dosen karena sering tidur jika kelas sedang berlangsung.
Namun tanpa ada rasa kapok sedikit pun, Zella terus melakukan semua hal seenaknya sendiri, meski begitu nilainya tetap bagus dan dia berhasil mempertahankan beasiswanya.
"Duh laper banget nih, mana gue nggak ada duit lagi." Gerutu Zella seraya berjalan menyusuri lorong menuju kantin.
Uang jajannya yang tidak seberapa telah habis, setelah dia pakai untuk membeli ketoprak tadi pagi.
Zella berjalan gontai sembari memegangi perutnya yang terus berbunyi, hingga di tengah rasa putus asanya dia mendengar seseorang memanggil namanya.
"ZELLA!"
Sontak Zella menoleh ke belakang, dia menaikan satu alisnya saat melihat seorang gadis berlari ke arahnya.
"Lo... Zella, kan?" tanya gadis itu.
Zella mengangguk, "Lo siapa?"
Senyum tipis terbit di bibir gadis berkucir dua tersebut, "Nih buat lo."
Gadis itu menyodorkan paper bag berwarna biru pada Zella, meski bingung Zella tetap menerima paper bag tersebut.
"Ini apa?" bingung Zella.
"Isinya makanan, di makan yah ini dari kakak gue."
"Hah? dari kakak lo, emang kakak lo siapa?" Ujar Zella penasaran.
Namun gadis tak menjawab dan hanya tersenyum hangat padanya, "Jangan sampai sakit, lo harus makan yang banyak, Zel. Itu pesan kakak gue buat lo, btw gue pergi dulu yah bye."
Gadis itu berbalik, dan pergi meninggalkan Zella yang masih bingung dengan situasi barusan.
"Lah, gue punya penggemar kah?" gumam Zella tak percaya.
Dia membuka paper bag yang dia pegang, seketika kedua matanya berbinar saat mengetahui makanan yang ada di dalamnya merupakan makanan kesukaannya.
"Wih lumayan juga, bisa sekalian buat sarapan besok."
Raut sumringah terlihat jelas di wajahnya, Zella menutup kembali paper bag nya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin, dia berniat makan dulu di sana sebelum pulang.
Tanpa Zella sadari, sesosok pemuda sedang tersenyum lembut padanya dari ujung lorong.
"Imutnya," gumam pemuda tersebut, dia menatap punggung Zella hingga tubuhnya menghilang tertutup tembok.
...***...
Waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa siang telah berganti sore. Dan saat ini Zella sedang bersiap-siap untuk pergi ke tempat latihan karatenya karena sebentar lagi dia harus ikut pertandingan antar provinsi.
"Kenapa perasaan gue nggak enak kaya gini yah?" gumam Zella.
Dia sedang memasukan baju latihannya ke dalam ransel, tak lupa sebotol air mineral yang selalu ada di dalam ranselnya.
Setelah memastikan semua peralatannya tak ada yang tertinggal, Zella bergegas keluar dari tempat kostnya tak lupa mengunci pintu terlebih dulu.
Zella memilih berjalan kaki untuk hari ini, tidak seperti biasanya yang selalu menggunakan kendaraan umum. Kali ini dia ingin menikmati suasana sore hari yang damai dan tenang, kebetulan juga tempat latihannya tidak terlalu jauh.
Di tengah perjalanannya, tanpa sengaja dia melihat seorang anak kecil sedang merengek pada kedua orang tuanya. Zella yang tak tega melihat anak kecil itu menangis meraung-raung, akhirnya mendekat ke arah mereka.
Tap. Tap. Tap.
"Permisi, Pak, Bu, adeknya kenapa yah?" tanya Zella sopan.
Kedua orang tua anak itu menoleh lalu tersenyum canggung ke arah Zella, "Maafin anak ibu, Nak, karena udah ganggu ketenangan kamu."
"Nggak papa, Bu, saya sama sekali nggak terganggu kok. Kalau boleh tau, kenapa adeknya nangis, Bu?"
"I-itu kucing anak saya ada di atas pohon, tapi kami tidak bisa mengambilnya, Nak." Sahut ayah anak tersebut.
Seketika Zella menatap tubuh ayah anak tersebut, 'Pantes aja nggak bisa manjat, orang badannya mirip gajah.' batin Zella tanpa sadar.
"Nak," panggilan dari ibu-ibu itu membuat Zella tersadar.
"Eh, iya, Bu, maaf saya melamun sebentar." Sahut Zella kikuk.
Dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia merasa tak enak karena tadi mengejek tubuh bapak-bapak di depannya.
"Nggak papa, ngomong-ngomong ada perlu apa kamu kesini, Nak?" tanya sang ibu ramah.
"Ah, itu saya mau bantuin ambil kucingnya, Bu, sebentar yah." Ujar Zella.
Tanpa menunggu jawaban ibu-ibu tersebut, Zella langsung menjatuhkan ranselnya dan mulai memanjat pohon rambutan yang menjadi tempat kucing itu singgah.
Begitu sampai di atas, Zella langsung menangkap kucing yang sedang bersiap untuk kabur.
"Nyusahin aja lo, Cing!" bisik Zella pada kucing di tangannya.
Setelah berhasil turun, Zella langsung menyerahkan kucing itu pada pemiliknya.
"Jaga baik-baik kucingnya, Dek." Pesan Zella pada anak yang sedari tadi menangis.
"M-makasih, Kak." Ucap anak kecil tersebut.
Zella mengusap lembut kepala anak itu, "Sama-sama."
Zella meraih ranselnya dan menyampirkan di pundak kirinya, dia berpamitan pada kedua orang tua anak tersebut dan kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat latihan.
"Andai orang tua gue masih ada, mungkin gue nggak akan kesepian kaya sekarang." Gumam Zella sendu.
Dia menjadi yatim piatu sejak umur 11 tahun, dia pernah menjadi pemulung bahkan pernah tidur di kolong jembatan hanya untuk bertahan hidup dan mencari uang untuk biaya sekolahnya.
Untunglah otak dia tidak bodoh, sampai akhirnya dia berhasil mendapat beasiswa dari sekolahnya dan berhasil bertahan hingga ke jenjang kuliah.
Zella melihat ponselnya, jam sudah menunjukan pukul empat sore. Dia terkejut dan buru-buru memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Sial, gue telat." Panik Zella.
Dia berlari sekuat tenaga, meski jaraknya tidak terlalu jauh namun karena insiden tadi dia sudah membuang banyak waktu.
Sayangnya kesialan tak ada yang tau, tanpa sengaja kakinya tersandung batu yang ada di sisi jalan, dan membuat tubuhnya limbung ke arah selokan.
Duaakh.
"Aakkhh," reflek Zella berteriak, namun sayang dia tak bisa menjaga keseimbangannya hingga dia harus jatuh ke dalam selokan.
Byuuur.
DUGH.
Kepala Zella menghantam batu yang ada di dalam selokan tersebut, hingga membuat kepalanya bocor.
Zella berusaha untuk berdiri, namun rasa pusing menderanya dengan sangat kuat. Wajah dan tubuhnya sudah penuh dengan lumpur, selokan tersebut sangat kotor dan airnya berwarna hitam.
"Ssstt, sakit." Rintih Zella.
Dia berusaha mempertahankan kesadarannya, namun sialnya kedua matanya mulai berat untuk di buka.
'Apa gue bakal mati di sini?' batin Zella sendu.
Dia kembali mengangkat kepala, perlahan tangannya terulur untuk menyeka lumpur yang ada di wajahnya.
"Nggak! Gue nggak mau mati kaya gini! Gue mau hidup gue masih belum ngabisin makanan gue," gumam Zella, masih sempat-sempatnya memikirkan makanannya.
Zella memegang kepalanya yang berdenyut hebat, dia berdecak jengkel saat merasa nafasnya mulai tak teratur.
"Ck batu sialan! nasib gue ngenes ama-"
Bruuuk.
Kepala Zella kembali terjatuh ke dalam selokan, bersamaan dengan hembusan nafas terakhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ANNTIE
/Smile/
2024-09-21
0
Oi Min
mati......??? py nasibe penggemar rahasia ne zella
2024-09-14
0
Erha Print
kok jd lucu yh.. padahal ceritanya lg sedih..
2024-09-03
0