Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Ding! [Pilihan Penawaran Tersedia]
[1.Selamatkan Sasha]
[2.Tingkatkan Versi Sistem menjadi 1.2]
[3.Meningkatkan Kelipatan Penggandaan dari 3x » 13x]
Rian membeku sejenak. Tubuhnya bergemetar.
Ini… apakah ini bukanlah akhir bagi sasha?
Tanpa berpikir panjang, ia segera menekan tombol "1" tanpa ragu sedikit pun.
Ding! [Pilihan 1]
[Syarat : Kehilangan Uang Pendapatan bulan ini dan penggandaan nya]
[Ya/Tidak]
Rian tanpa berpikir panjang, menekan tombol "Ya" pada sistem.
Sasha adalah orang yang ia sayangi, kenapa harus pikir panjang? Walaupun ia tidak menyukainya tapi tak mengapa.
Ding! [Saldo saat ini: Rp.7.170.000 » 270.000]
[Proses dimulai…]
Ruangan itu tiba-tiba dipenuhi cahaya keemasan.
Rian yang berada di dalam ruangan rawat inap 80 ini terbelalak melihat fenomena aneh ini dan ia tahu bahwa itu adalah fenomena disebabkan oleh sistem nya.
Dan muncul angka di atas tubuh Sasha yang terbaring di ranjang rumah sakit.
[1%]
[2%]
[3%]
[4%]
.....
[88%]
....
[98%]
[100%]
Warna keemasan pun menghilang dari tubuh sasha dan terdengar kembali mesin monitor jantung kembali normal.
Mata Rian dipenuhi air mata, tetapi kali ini bukan kesedihan… melainkan perasaan bahagia memenuhi hatinya.
“Sasha…” gumam rian, suaranya parau.
Sasha belum bergerak sama sekali,namun terlihat dadanya kembali naik turun pertanda ia bernafas.
Rian merasa lelah di rumah sakit dan ingin pulang untuk menenangkan hatinya saat ini.
Rian bangkit dan berbalik keluar dari ruangan.
Tanpa suara, ia melangkah pergi dari ruangan rawat inap itu. Dan untuk pertama kalinya, meski hatinya masih berat meninggalkan sasha sendirian… ia tersenyum "besok aku akan kesini lagi sha, i love you"
Rian berjalan keluar dari kamar rawat inap tanpa menoleh ke belakang. Setiap langkah bersemangat seperti anak - anak yang dapet hadiah dari ayahnya, karena memang ia sedang senang hari ini.
Keluar dari rumah sakit, udara malam yang dingin langsung menyentuh kulitnya.
Rian hanya tersenyum miris. Begitu saja, semua uang yang sudah aku gandakan dari gaji bulanan… hilang.
"Uang bisa dicari lagi… tapi orang yang di sayang nggak bisa tergantikan."
Ia memasukkan tangan nya ke dalam saku untuk mengambil uang Rp.100.000 dari sistem dan mulai memesan taksi untuk kembali pulang.
Di dalam taksi, ia menelpon nadia.
Tut...
Tu...
Tut..
Nada dering ponsel rian terdengar jelas di mobil taksi yang dingin dan sunyi itu.
"Rian, Ada apa nih? Kangen aku yah? "Goda Nadia.
"Hm, ga juga deh nad, aku mau minta kamu hubungi keluarga nya sasha perihal kecelakaan mobil dan rumah sakit ia dirawat sekarang yaitu rumah sakit Adana" Jawab Rian.
"Kamu kenal kan ayahnya Sasha?" Tanya Rian.
"Ish.. Kamu ini kayak lupa akukan anak pembisnis terkaya no 2 di kota ini dan ayahku kerja sama sama ayahnya Sasha, yaitu Felix nargawan" Jawab Nadia
"Yah.. Aku bakal kasih tahu ayahku untuk menghubungi ayahnya walaupun aku sedikit tak senang dengan nya."
"Yaudah gapapa lah terserah lah mau seneng apa engga, yang penting kamu sampaikan pada ayahnya karna takut ia mencari - carinya. " Ucap Rian.
"Udah dulu ya, aku lagi mau pulang, capek seharian di rumah sakit" Ucap rian dan dijawab iya oleh Nadia.
- Di Rumah Sakit -
Di dalam kamar rawat inap, Sasha perlahan membuka matanya sepenuhnya.
Cahaya putih terang di atasnya membuatnya sedikit menyipitkan mata. Kepalanya masih terasa berat, tubuhnya lemah, tapi… ia hidup.
Ia mengerjapkan mata beberapa kali, mencoba memahami situasinya dan menoleh kiri dan kanan
"Ini sepertinya di kamar Rumah sakit, siapa yang mengantarnya?" pikirnya
Detak jantungnya sedikit meningkat saat ia mengingat sesuatu mobil yang menabrak pohon, rasa sakit, lalu… Hanya ada kegelapan.
Namun sekarang, aku masih bernapas. Perlahan, ia menggerakkan jari-jarinya. Saat itu juga, ia merasakan sesuatu yang hangat.
Sepertinya seseorang menggenggam tanganku sebelumnya. "Tapi gak ada siapapun disini" pikir Sasha ketika melihat kanan dan kiri
Kursi di sebelahku tampak nya sedikit bergeser, memang benar seseorang baru saja duduk di sana.
Sasha menatapnya dalam diam, lalu perlahan, perhatiannya beralih ke tangannya sendiri. Seakan jejak kehangatan itu masih tertinggal.
"Siapa yang ada di sini tadi…?"
Ia penasaran siapa yang menggenggam tangannya "Gak mungkin ayah karena aku engga bawa hp maupun dompet jadi ga bisa hubungin ayah" pikirnya.
Namun sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, seorang dokter dan perawat masuk, memeriksa kondisinya dengan wajah terkejut sekaligus lega.
"Sasha, kau sudah sadar… Ini keajaiban," ucap perawat muda itu sambil mengecek alat monitor.
Sasha mengerutkan alisnya. "Keajaiban?"
"Jantungmu tadi berhenti beberapa menit yang lalu… Tapi tiba-tiba kau sudah sehat seperti ini," jelas perawat itu.
Sasha langsung menatap langit-langit, pikirannya perlahan menghubungkan semuanya.
"Ternyata kegelapan yang aku rasakan tadi ternyata benar aku telah meninggal.
"Huh, untungnya aku masih hidup" gumamnya.
Tapi perawat yang berdiri di dekatnya mendengarnya dan tersenyum kecil.
"Iyaa, baguslah, apalagi suamimu sepertinya ia paling ceria karena sebelumnya melihat kamu meninggal dunia dia paling histeris dan menangis meratapi kepergian dirimu."
"Suami?" Tanya bingung Sasha
"Ah, iya, suamimu namanya Rian"
"Dia tadi di sini, Tapi… dia pergi sebelum kau sadar." Jawabnya.
"Tunggu… Rian?" tanyanya, suaranya lemah tapi penuh kebingungan.
Perawat itu mengangguk. "Ya, suamimu yang telah mengurus semua dokumen operasi serta pembayaran administrasinya.
Sasha terdiam sejenak mendengar ucapan kata - kata perawat muda itu, ia tau bahwa persetujuan operasi harus ada tanda tangan pertanggung jawaban dekat dengan keluarganya.
"Berarti.. perawat tadi tau aku istrinya karena rian menulis namanya di dokumen operasiku?" Pikir Sasha
Sasha hatinya berbunga-bunga, berarti dia peduli padaku dan tak ada hubungan dengan nadia itu.
Sasha meminjam ponsel perawat muda itu untuk menghubungi rian karena memang ia tidak membawa apapun selain baju dan badannya saja.
Tut..
Tut..
Tut..
Tapi tidak terangkat karena memang ia sudah tertidur pulas dirumahnya karena memang salah satu tujuannya yaitu pergi tidur.
Jadi, sasha meninggalkan chat "Rian, ini aku Sasha, pakai nomer telpon perawat, kamu dateng yah besok ke rumah sakit, ada yang mau aku omongin serius"
Setelah mengetikan itu, ia memberikan kembali handphone perawat itu.
- Di Rumah Felix Nargawan -
Felix Nargawan, Ayah Sasha, suasana tenang pada pagi itu dan sinar mentari mulai menyingsing dan menyinari sebagian ruang kerjanya.
Felix sedang duduk di ruang kerjanya, menatap layar laptop sambil menyeruput kopi hitam. Namun, ketenangan itu buyar ketika ponselnya tiba-tiba berdering.
Tring!
Nama di layar ponselnya membuatnya sedikit menyipitkan mata.
"Adian Bert."
"Kenapa pria ini tiba-tiba menelepon pagi - pagi begini, biasanya kalau bisnis selalu menyuruh asistennya" Pikir Felix
Dengan sedikit ragu, ia mengangkat panggilan itu.
"Halo?"