NovelToon NovelToon
Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Mafia Posesif Terobsesi Cinta Detektif Bar-Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Mafia / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / suami ideal
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Bilah Daisy

Mempunyai Hubungan Toxic dengan suaminya merupakan hal biasa bagi Sara, hal itu sudah wajar jadi ia tak terlalu peduli. Leo sang mafia agresif namun sangat menyayangi istrinya masih saja ia tenggelam dengan obsesi masa kecilnya selain obsesi cintanya pada Sara. Kehidupan yang awalnya seperti biasanya berubah menjadi aneh saat Sara mendapatkan tranplantasi jantung oleh seseorang yang tak di ketahuinya. Di balik pernikahannya yang kembali berjalan lancar setelah Sara sembuh, Sara mulai mendapati sisi gelap suaminya karena kepekaannya yang kuat sejak menerima transplantasi jantung. Hal itu membuat Sara menjadi takut pada suaminya, sebenarnya apa sisi gelap dari Leo hingga membuat Sara takut setelah mengetahuinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilah Daisy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ranjang Rumah Sakit

" Bagaimana keadaannya?" Tanya Leo. " Dia baik-baik saja kan?"

" Iya, dia baik-baik saja." Angguk dokter itu. " Tapi, dia agak demam."

" Demam? Kenapa bisa?"

" Ya Lo kan emang tahu penyakitnya..."

" Dia itu nggak terlalu sakit."

" Emangnya Lo dokter?"

Tanpa bicara apapun lagi, Leo dengan cepat masuk ke dalam kamar.

" Nggak tahu diri banget sih, ucapin terimakasih kek apa gitu. Ckkk kebiasaan banget." Ucap dokter itu lalu pergi.

Saat di dalam, Leo melihat Sara yang memegang pistol di tangannya. Sara lalu berbalik menatap Leo dan tersenyum.

Leo juga hanya diam di tempatnya dan tersenyum pada Sara yang nampak aneh.

" Kamu mau ngapain dengan pistol itu?" Tanya Leo.

Namun Sara mengarahkan pistol itu pada Leo dan melepaskan pelatuknya hingga peluru itu menuju Leo. Namun untungnya peluru itu tank mengenai Leo, hanya saja peluru itu meleset sedikit.

" Kamu kenapa diam aja di situ?" Tanya Sara.

" Emangnya harus apa?"

" Menghindar kek, peluru itu bisa aja bikin kamu mati."

" Nggak akan kok."

" Emangnya kenapa?"

" Kamu mau tahu? Ya karena kamu nggak bakalan bunuh aku kan."

" Kenapa kau sangat yakin? Aku bisa aja ngelakuin itu kapan aja, jadi menghindar lah..."

" Ckkk hentikan drama mu dan letakkan pistol itu."

" Aku lagi nggak drama, aku cuma ngetes pistol ini. Kemarin rusak karena jatuh ke air."

" Kamu ngapain sampe pistol kamu jatuh ke air?"

" Kemarin ada mayat di bawah jembatan, aku nggak sengaja jatuh di batu..."

" Kamu jatuh? Kan udah aku bilang hati-hati. Kamu ini kenapasih, ngeyel banget di bilangin..."

Leo kembali mengomeli Sara kembali, bahkan omelan nya itu melebihi wanita saat berbicara.

Seharusnya Sara tak mengatakan hal itu, ia juga menyesalinya sendiri bahkan menutup kupingnya untuk mengabaikannya.

" Akhh... Sakit sekali." Sara memegang dadanya.

" Apa sangat sakit?" Cemas Leo. " Kamu udah minum obat kan?"

" Udah tadi dari dokter. Jangan mengomel lagi, dada ku sangat sakit."

" Iya iya maaf, tapi dengerin aku dong. Aku juga kan khawatir banget sama kamu."

" Bisa nggak sih cara bicara kita itu nggak usah... Ahh biarin aja deh."

" Nggak perlu apa?"

" Nggak jadi."

" Nggak usah lebay?"

" Aku mau bilang sesuatu sama kamu."

" Mau bilang apa?"

Sebelum itu, Sara mengikat rambut pendeknya terlebih dahulu dan minum.

Leo kembali heran menatapnya, ia tahu Sara akan mulai berbicara serius dengannya jika mengikat rambutnya. Namun ia tak tahu pasti pembicaraan serius apa yang akan di mulai Sara.

Setelah mengikat rambutnya, Sara menyentuh tangan Leo dan menatapnya penuh makna.

" Kamu mau ngomong apa?" Tanya Leo.

" Selama 11 tahun menikah, aku terbiasa dengan sikap mu..."

" Maksudnya?"

" Leo, kami terlalu terobsesi pada ku. Itu tidak baik."

" Tidak baik di mananya? Yang penting aku mencintai mu kan?"

" Sebenarnya aku nggak masalah dengan hal itu, tapi belakangan ini kamu sangat kasar, itu membuat orang-orang di sekitar aku nggak nyaman. Mereka bilang, kamu terlalu terobsesi dan posesif..."

" Tapi kamu nggak apa-apa kan?"

" Ya aku kan tadi udah bilang nggak apa-apa karena sudah terbiasa, tapi teman-teman aku pikir kamu nyakitin aku padahal ma sebenarnya nggak juga."

" Nggak juga? Berarti aku nyakitin kamu sedikit dong."

" Ya, tapi aku kan udah bilang nggak apa-apa..."

" Jadi kamu maunya apa? Kamu juga sering kasarin aku bahkan kamu pukul aku juga, aku nggak masalah."

" Tapi kamu kan juga sering nonjok wajah aku..."

" Ya itu karena kamu yang mulai."

" Kok kamu jadi marah sih?"

" Aku nggak marah." Leo menggelengkan kepalanya.

" Nada bicara kamu marah."

" Gini ya baby...."

" Nggak usah manggil baby."

" Baby, dengerin aku dulu... Kamu yang duluan loh ini, aku kan udah bilang aku nggak marah sama sekali. Nada bicara aku kan emang gitu, kok kamu marah sih? Orang lain giniin kamu, kamu malah biasa aja. Kok sama aku marah."

" Orang lain beda lah, kamu kan suami aku."

" Apaan sih kamu."

" Kamu ilfeel sama aku?" Sara semakin kesal.

" Ya kamu maunya apa baby?"

" Kamu sebagai suami itu seharusnya ngalah sama istri kamu, tapi kamunya malah ngelawan. Kamu tuh seharusnya... Ugghhh nyebelin banget sih kamu."

" Ya udah..."

" Pokoknya aku nggak mau ngomong sama kamu lagi."

" Apasih, nggak usah lebay deh..."

" Ya aku emang lebay!!!" Sara kembali berbaring dan menutu dirinya dengan selimut.

" Wow? Beneran nih nggak mau ngomong sama aku lagi? Sara? Baby Sara?"

Namun Sara kali ini benar-benar tak menjawabnya, berarti dia memang sedang marah besar.

Leo juga tak ambil pikir dan malah membuka bajunya lalu memeluk Sara.

" Beb, aku mau ngelakuin itu." Ucap Leo memberi kode. " Ini malam Selasa, kamu tadi udah janji."

Sara tetap diam bahkan menghela napas marah hingga terdengar di telinga Leo.

" Kita ngelakuinnya sambil kamu marah nggak apa-apa kok. Baby? Ya udah deh aku minta maaf-"

Leo sudah banyak bicara dari tadi demi membujuk sang istri yang sedang marah.

Namun sudah dari tadi ia bicara, Sara tak menunjukkan pergerakan sama sekali yang membuatnya bingung.

Leo lantas membuka selimut Sara dan mendapatinya yang ternyata sudah tidur lelap. Hal itu membuatnya kesal hingga ingin marah. Namun melihat wajah Sara yang begitu itu imut, Leo kembali senyum dan mencubit pipinya keras.

" Iii iiii sangat imut! Bisa-bisanya kamu ninggalin aku dan tidur. Ckkk menjengkelkan." Leo menghela nafas pasrah. " Huff, mungkin besok kita bisa melakukannya."

" Ingatan apanya? Aku masih ingat semuanya."

xxxxxxxxxxxxx

Esok harinya di kantor polisi...

Terlihat Kini Sara tengah duduk di hadapan detektif Sam sambil mengotak-atik handphonenya.

" Lo belum nemuin dia di manapun?" Tanya Sam menelan ludahnya saat bertanya.

" Wah yang benar aje, Lo bilang apa tadi?"

" Ya maaf, gue kan juma nanyak."

" Gini ya, kemarin gue nggak bisa pergi sebab gue bertengkar dulu ama suami toxic gue. Gue sampe demam adu mulut ama dia dan Lo nanyak apa gue udah temuin pelakunya? Lo pikir gue nggak capek apa? Gue capek, gue cewek."

" Gue minta maaf de..." Sam gemetar. " Lo jangan marah-marah dulu, gue kan cuma nanyak."

" Ckkk ini semua gara-gara Leo nih! Nyebelin banget sih dia!" Sara menggebrak meja membuat semua orang terkejut.

" Lo belum nemuin pelakunya? Ya makanya kalo kerja itu yang bener, jangan suami Lo nelpon suruh pulang Lo beneran pulang." Ucap Bian.

" Lo mending diem deh, Lo ini sama nyebelin nya suami gue tahu nggak sih. Lo bahkan lebih nyebelin." Kesal Sara.

" Lo kemarin barusan numpang di apartemen gue ya, nggak tahu diri banget sih." Bian tak kalah kesal. " Lo itu..."

Namun belum selesai bicara, Sara dengan cepat menjambak rambut Bian.

Sara yang memang memiliki kesabaran setipis tisu itu pun naik ke atas meja Bian dan mengobrak-abrik semua barang milik Bian dan mencekik leher sahabatnya itu sekaligus saudaranya.

" Kerjaan gue susah babi, Lo seharusnya bantuin gue kek! Lo malah ngomelin gue!"

" Anjing Lo ya! Lepasin nggak!!" Bian menarik rambut Sara. " Lepas nggak!!!"

" Sakit babi!!"

" Anjing Lo!!

" Sara jangan emosi dong, gue mohon Lo tenang dulu." Sam menahan tangan Sara. " Ra, gue mohon jangan di sini pliss...."

Semua orang yang ada di sana juga dengan cepat menjauhkan Sara dan Bian yang memang suka gelud setiap saat.

" Iiii!!! Awan Lo ya!!! Lepassin nggak!!! Lepas gue bilang!"

" Apa Lo! Apa! Lo mau mukul gue? Ya pukul sini." Bian semakin memancing amarah Sara.

" Oke gue bakalan diam jika Lo lepasin gue, gue juga ada urusan sebentar. Jadi gue mohon lepasin gue." Pasrah Sara.

" Beneran nih? Lo nggak bohong kan? Ah Lo pasti bohong, gue nggak bakalan lepasin Lo." Ragu Sam.

" Lepasin nggak, gue nggak bohong. Jadi lepasin gue nggak!"

Namun Sam masih ragu untuk melepaskan genggamannya jadi ia masih saja menahan tubuh Sara dengan kuatnya.

" Lepas njir!! Lepasin gue!!!" Rusuh Sara.

Semua orang lalu melepas pegangannya pada Sara dan Sara lalu pergi dari sana.

Namun saat ia hendak ingin keluar, Sara tak lupa menendang lemari kaca yang ada di sana hingga pecah.

" Anjing Lo ya!!!! Gue baru beli itu kemarin!!!'

" Bi udahlah, biarin aja dia... Lagian dia kan juga adik Lo..." Ucap Reva yang baru datang.

" Nyebelin njink, untung gue sayang."

" Kalo nggak?"

" Udah gue bunuh dari dulu."

" Ya bener?" Reva mengejek Bian.

" Eh Lo diam ya!" Jengkel Bian menunjuk Reva.

" Btw Lo nggak takut ama dia?" Tanya Sam.

" Lo pikir gue ... Nggak takut ama dia? Tu cewek gila banget, tu anak selalu rusakin barang yang udah gue beli apalagi kalo di rumah... Pokoknya nyebelin banget deh!" Bian mengacak-acak rambutnya frustasi.

" Kepala detektif aja takut ama dia, apalagi gue." Ucap Sam. " Tu anak bahaya banget, apalagi suaminya. Tapi kok gue ngerasa aneh ya sama suaminya waktu gue ketemu dia di jalan, kek gue pernah lihat dia tapi nggak tahu di mana."

" Salah liat kali Lo." Ucap Reva lagi. " Btw suaminya ganteng banget tahu, gue jadi iri."

" Nggak usah iri, Lo Ama gue aja. Gue juga ganteng."

" Apasih, Lo nggak ganteng sama sekali. Lo jelek." Ejek Reva.

" Ckkk Lo juga jelek." Bian tak mau kalah.

" Sembarangan banget sih Lo."

" Apa ha?"

" Udah deh udah!!! Nggak capek apa." Kesal Sam. " Tadi Lo sama Sara sekarang mau sama Reva lagi gitu? Kita ini lagi di kantor polisi jangan Ampe gue masukin Lo ke penjara ya!"

" Ya maaf." Ucap Bian dan Reva bersamaan.

" Kok Lo ngikutin gue?" Bian kembali mulai.

" Apaan sih Lo, mulut-mulut gue..."

" Udah ya!! Udah! Plis banget! Gue capek banget ada di antara kalia! Lo diam dan tutup mulut Lo gini, susahnya apa sih!"

" Kok jadi Lo yang marah sih!"

" Uugghhhh!!!!"

Mereka bertiga lah yang makan kembali bertengkar hebat di ruangan itu hingga membuat semua orang hanya menghela napas pasrah karena memang sudah terbiasa dengan riuhnya kantor polisi jika ada mereka.

xxxxxxxxxxxxx

Sara kini sedang makan sendiri di restoran, ia memakan banyak begitu makanan karena sangat stress.

Ia bahkan mengabaikan panggilan Leo dan mematikan handphonenya.

" Ckkk ganggu banget sih, ni pasti nyuruh gue buat pulang lagi ni." Kesal Sara. " Gue kan Ama dia nggak ngelakuin itu tadi malam,. apa dia marah ya? Nggak kan? Nggak mungkin dia juga marah. Tapi kok gue marah ya?" Bingungnya.

Sara terus melihat ke sana kemari untuk memastikan tidak ada yang mengikutinya.

" Leo pikir gue bodoh apa? Ngapain dia nyuruh pengawalnya ngikutin gue?" Sara menatap tajam pria yang duduk jauh di hadapannya.

Pria itu langsung menunduk mengalihkan pandangannya saat Sara membulatkan matanya untuk mengancamnya.

" Mama aku ingin yang ini." Ucap salah satu anak yang berada di samping meja makan Sara.

" Baiklah anak ku saya, buka mulut mu lebar-lebar ?" Wanita itu lalu menyuapi anaknya.

" Wah berbahagia sekali, gue jadi iri ... Tunggu, kok gue nggak kepikiran untuk punya anak lagi sama Leo. Padahal udah 11 tahun nikah tapi gue masih nggak punya anak. Gue mau punya anak." Sara cemberut menopang dagunya.

" Ini makanan anda Bu." Ucap sang pelayan hendak meletakkan sup panas itu di meja Sara.

Namun tiba-tiba salah satu anak tanpa sengaja menabrak pelayan itu hingga pelayan itu pun juga tanpa sengaja menjatuhkan sup panas itu hingga mengenai dada Sara.

" Aaakhhh!! Panas-panas!" Sara lalu berdiri mengipas-ngipas dadanya.

" Albern!!"

" Aawww panas panas panas... Oh tidak..."

" Maaf Bu, saya minta maaf Bu, tolong Maafkan saya." Pelayan itu membungkuk meminta maaf.

" Anda baik-baik saja?!" Tanya pengawal Leo langsung menutup dada Sara dengan jaketnya.

" Kau... Astaga ini panas sekali." Sara semakin kesal.

" Kau baik-baik saja?" Tanya wanita bernama Mia. " Maafkan anak ku..."

" Ah tidak apa-apa, namanya juga anak-anak." Ucap Sara. " Astaga baju ku jadi basah..."

" Astaga aku benar-benar merasa bersalah pada mu, bagaimana jika kita ke rumah sakit saja?"

" Tidak usah, aku baik-baik saja."

" Tidak tidak tidak, dada mu pasti sangat sakit."

" Sungguh tidak apa-apa, aku baik...."

" Kau harus ke rumah sakit aiiishhh!!!" Bentak Mia membuat Sara terkejut. " Ayo ke rumah sakit, itu pasti sangat sakit."

" Iya, iya ayo ke rumah sakit. Kau orang yang baik hehehee." Sara langsung setuju sambil tersenyum paksa.

Terpaksa Sara menyetujuinya karena kekangan Mia yang entah kenapa membuatnya takut.

xxxxxxxxxxxxx

" Hehe seharusnya kau tak perlu melakukan ini." Sara merasa tidak enak. " Ini tidak apa-apa..."

" Nggak apa-apa juga, btw, pipi kamu kok bengkak dan memar gitu? Kamu nggak apa-apa kan?" Tanya Mia.

" Nggak kok...."

" Bilang aja, aku bakal bantu kamu jika ada kekerasan..."

" Aku hanya..."

" Katakanlah sejujurnya, jangan takut."

" Ya memar kek gini, aku udah biasa. Soalnya aku detektif."

" Oh?"

" Hahaha, ya wajah jika aku punya banyak luka ke gini, karena harus banyak gerak apalagi harus cari pembunuh gitu."

" Wah, kau pasti wanita yang kuat. Kau sangat keren." Mia menaikkan 2 jempolnya memuji Sara.

" Hahahaha terimakasih."

" Mia!!" Panggil Arga. " Mia, kamu nggak apa-apa kan? Mana yang luka? Mana yang sakit?" Arga mencari luka di tubuh Mia. " Ada apa? Kamu nggak kenapa-kenapa kan?"

" Aga, aku baik-baik aja kok. Albern tadi tak sengaja menjatuhkan sup panas ke dadanya jadi aku bawah dia di sini. Takutnya dia..."

" Huff syukurlah jika kamu baik-baik saja." Arga memeluk Mia. " Aku cemas banget sama kamu saat perjalanan kemari."

" Tunggu sebentar, bukannya kamu seharusnya di luar kota?"

" Aku sangat panik setelah Alden mengatakan kamu ada di rumah sakit. Jadi aku langsung pulang, takutnya kau terluka parah."

" Aku nggak apa-apa kok, isshh kamu bikin aku malu deh." Pipi Mia memerah.

Sedang Sara yang menatap mereka hanya tersenyum iri.

' ckkk iri banget gue njir. Ni mereka bedua kok romantis banget ya, mana suaminya ganteng banget lagi...' benak Sara.

" Sara." Panggil Leo yang tiba-tiba masuk ke ruangan. " Kamu baik-baik aja kan?"

" Kamu kok tahu aku ada di sini? Lo beritahu dia? Bukannya gue udah bilang jangan?" Sara memelototi pengawal Leo.

" Maaf nyonya, saya harus memberitahu tuan Leo jika terjadi sesuatu pada anda." Ucapnya menunduk.

" Kamu terluka?"

" Kamu kok nyuruh pengawal kamu lagi untuk ngikutin aku? Bukannya aku udah bilang jangan, kamu dengerin aku nggak sih?"

" Diam nggak!" Kesal Leo. " Aku benar-benar khawatir sama kamu dan kamu... Lo berdua siapa ha?" Tanya Leo pada Arga dan Mia.

" Nggak sopan banget sih." Arga menatap tajam Leo.

" Emangnya Lo siapa? Kenapa gue harus sopan?"

" Kamu sangat tidak sopan ya." Mia melipat kedua tangannya dan menatap tajam Leo. " Kamu sangat tidak sopan seperti kakak mu Albert Amstrong."

Sara langsung membulat kan matanya terkejut saat mendengar Mia yang tahu nama asli Leo.

" Lo siapa?" Leo mengerutkan keningnya.

" Saya Mia Darel Aaron."

" Aaron? Wah bukankah itu..." Sara mengangga tak percaya. " Aku sangat suka toko bunga mu, aku sering ke sana."

" Benarkah?" Mia tersenyum.

" Dan keluarga mu sangat terkenal di kantor polisi..."

" Kamu kenal mereka?" Tanya Leo.

" Ya kenal lah, Keluarga Aaron sangat terkenal di negara ini."

" Terkenal? Biasa aja kali." Ketus Leo.

" Leo diam nggak." Tegur Sara.

Beberapa saat kemudian...

Arga dan Mia pergi dari sana karena tak tahan dengan sikap kasar Leo terhadap mereka.

" Kamu kenapa bisa terluka?" Tanya Leo bernada lembut.

" Nggak luka juga sih, cuma ketumpaham sup panas."

" Berarti itu luka bakar, kulit mu tidak melepuh kan?"

" Nggak, dokter tadi dengan cepat kasih obat..."

" Dokternya cowok apa cewek."

" Cowok." Sara tersenyum.

Leo lantas tersenyum tak menyangka. " Jadi dokter cowok tadi pegang dada kamu?"

" Ya mau gimana lagi? Jelas harus di sembuhin secepatnya. Omong-omong dokternya sangat tampan."

" Jadi kamu seneng?"

" Apa aku harus marah?"

Leo langsung memasang wajah kesalnyang membuat Sara tak kuasa menahan tawanya yang besar.

Tentu Leo bingung melihat Sara yang tiba-tiba tertawa seperti itu.

" Aku minta maaf... Astaga kau sangat lucu, aku cuma becanda soal tadi..." Sara terus tertawa. " Kau sangat lucu..."

" Lucunya di mana?"

Sara langsung berhenti tertawa. " Ya nggak lucu sih. Kamu tahu? Aku sangat iri dengan mereka tadi, mereka berhubungan tanpa bicara kasar sama sekali."

" Baiklah, aku akui aku sangat kasar. Nggak sama dengan cowok lainnya, jadi kamu mau ninggalin aku hanya karena itu?"

" Mungkin, jika aku bisa melakukannya."

" Jika kamu ngelakuin itu aku bakalan ikat kamu di rumah, kamu nggak boleh sama orang lain sebelum aku mati bahkan setelah aku mati."

" Wuhh, sangat menakutkan."

" Aku serius Sara."

" Aku nggak bilang kamu bercanda."

" Coba ulangi apa yang aku bilang tadi?"

" Jika kamu ngelakuin itu aku bakalan ikat kamu di rumah, kamu nggak boleh sama orang lain sebelum aku mati bahkan setelah aku mati. Gitu kan?" Sara tersenyum.

Leo kembali menghela napas pasrah dan menunduk menatap cincin perkawinan mereka.

Senyuman Sara juga langsung pudar saat melihat Leo memasang wajah seperti itu, sepertinya Leo benar-benar lelah dan khawatir padanya.

Ia pun langsung memeluk suaminya itu dan menepuk-nepuk pundaknya dan mencium pipi suaminya.

" Aku minta maaf jika aku bikin kamu kesal lagi." Ucap Sara. " Aku minta maaf suami ku sayang."

" Nggak usah lebay deh."

" Maaf kan kau suami ku sayang."

" Nggak mau."

" Astaga, aku lupa gengsi suami ku ini sangat tinggi melewati langit. Baiklah, aku minta maaf." Sara berkali-kali mencium pipi Leo bahkan bibirnya. " Maafin aku ya."

" Apasih." Leo mengalihkan pandangannya.

" Telinga mu memerah."

" Nggak ya..."

Namun Sara kembali mencium bibirnya bahkan memberikannya sedikit lumatan hingga ia tenggelam dalam kenikmatan itu.

Leo juga kini semakin brutal membalasnya bahkan tak ingin berhenti.

Karena tak melakukannya kemarin malam, Leo kebablasan melakukannya di ranjang rumah sakit meski dada istrinya kini sakit.

Sara juga tak terlalu memedulikan rasa sakitnya demi menyenangkan suaminya yang kini tengah berhasrat besar padanya.

TO BE CONTINUED...

1
Anita Jenius
Seru banget ceritanya.
aku baca sampai sini dulu ya.
5 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Meihua Yap imut
jangan blng nanti suami sara lah pembunuh ayahnya, kalo benar kasian sara menerima kenyataan suami nya pembunuh yang ia cari
shookiebu👽
Wuih, seru abis!
Valentino (elle/eso)
cerita ini bisa bikin saya menangis! Tapi juga sukses bikin saya tertawa geli beberapa kali.
0-Lui-0
Ayo thor, kangen sama kelanjutan cerita yang seru ini! Update sekarang juga, ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!