NovelToon NovelToon
ALTAIR: The Guardian Eagles

ALTAIR: The Guardian Eagles

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur
Popularitas:15.4k
Nilai: 5
Nama Author: Altairael

[MOHON DUKUNGAN UNTUK CERITA INI. NGGAK BAKAL NYESEL SIH NGIKUTIN PERJALANAN ARKA DAN DIYAN ✌️👍]

Karena keserakahan sang pemilik, cahaya mulia itu pun terbagi menjadi dua. Seharusnya cahaya tersebut kelak akan menjadi inti dari kemuliaan diri si empunya, tetapi yang terjadi justru sebaliknya---menjadi titik balik kejatuhannya.

Kemuliaan cahaya itu pun ternoda dan untuk memurnikannya kembali, cahaya yang telah menjadi bayi harus tinggal di bumi seperti makhluk buangan untuk menggenapi takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Altairael, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DIYAN GAGANANTARA

Seorang pemuda berdiri di pelataran, tenang, tegak, kaku, seperti patung menghadap ke utara. Jauh di depan sana dengan latar ilam-ilam, Gunung Pandan terlihat pongah karena menjadi satu-satunya yang paling tinggi di wilayah ini.

Di puncak gunung yang eksistensinya tidak populer ini sebenarnya sering terjadi peristiwa-peristiwa aneh.  Peristiwa aneh yang dampaknya bisa dirasakan semua makhluk, tetapi sumbernya tidak bisa ditemukan atau tidak bisa dilihat karena berasal dari dunia yang bukan dunia manusia.

Pemuda itu mengembuskan napas kasar. Dia tidak mengerti kenapa jiwanya selalu merasakan fluktuasi yang sangat intens setiap kali menatap gunung tersebut. Rasanya seperti ada suatu ikatan antara dirinya dan gunung berapi yang sudah lama tidak aktif lagi itu.

Menyadari bahwa hari sudah gelap, dia pun segera beranjak. Sembari mendorong pintu hingga terbuka, pemuda berambut hitam panjang sepunggung itu berucap lirih, "Aku pulang."

Setelah itu dia pun tertegun di ambang pintu. Ucapan barusan hanyalah sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging. Tinggal sendirian, sudah tentu tidak akan ada yang menyambut atau membalas salamnya. Namun, kali ini dia bisa merasakan adanya kehidupan di dalam rumah.

Apa Pakde Suta?

"Sudah pulang, An ...."

Terdengar suara pria dari arah dalam, dahi pemuda itu langsung mengernyit. Dugaannya benar. "Pakde Suta! Pakde, ngapain di sini jam segini?" teriaknya kemudian.

Sudah hampir pukul delapan malam walinya itu tidak seharusnya ada di sini. Diyan, lengkapnya Diyan Gaganantara, segera menutup pintu, lalu melangkah lebar-lebar melintasi ruang depan.

Suara desisan dari penggorengan disusul oleh aroma harum merebak sudah merupakan jawaban. Wali sekaligus orang kepercayaan Keluarga Gaganantara itu dulu memang kerap datang untuk memasak makan malam untuknya, tetapi sudah cukup lama tidak pernah lagi karena Diyan melarang. Pikirnya tidak perlu repot-repot karena dia bisa makan apa pun di mana pun.

Diyan pun teringat sesuatu dan mengerti kenapa tiba-tiba Pakde Suta datang. Pemuda itu tersenyuman lebar, senyum yang menciptakan cekungan cantik di kedua pipi dan dipermanis oleh dua gigi taring kecil yang menyembul dari balik bibir.

"Selamat ulang tahun, Mas Diyan!"

Bocah laki-laki kisaran usia sepuluh tahun tiba-tiba muncul dari balik dinding pemisah ruang depan dan ruang tengah. Setelah membuat Diyan terlonjak mundur, dengan sekuat tenaga dia meniup terompet yang bisa memanjang. Sangat berisik, Diyan sampai harus menutup kedua telinganya.

"Hentikan, Wan!" Diyan terpaksa berteriak untuk mengatasi suara terompet yang memekakkan. "Wawan, berhenti!" Dia segera merampas terompet dari tangan bocah itu, lalu menyembunyikannya di belakang punggung.

Mata Wawan menyipit dan bibirnya manyun. "Balikin atau aku ngadu sama i---adu du du!"

Telinga kiri bocah itu dijewer oleh seorang perempuan yang muncul dari arah pintu samping kiri, arah di mana dapur berada.

"Bude Ranti ...." Diyan menyapa sembari meringis, seperti ikut merasakan sakitnya dijewer.

"Ibu lepas. Sakit ini loh." Setelah berusaha melepaskan diri dengan cara memukul-mukul tangan sang ibu gagal, akhirnya bocah itu pun memohon.

Akan tetapi, Ranti, perempuan berpostur tinggi yang masih konsisten mengenakan kain batik dan kebaya sebagai pakaian sehari-hari itu tidak hirau, malah tersenyum lebar pada Diyan.

"Kami sengaja datang khusus buat merayakan ulang tahunmu. Kamu wes genap delapan belas tahun sekarang, An."

Melepaskan putranya, perempuan itu sangat antusias memeluk Diyan dan mendekapnya erat-erat sambil berkata lirih dengan suara goyah, "Semoga kebaikan dan keberuntungan selalu bersamamu."

Membalas pelukannya, Diyan merasa hangat dan tentram. Dada pun tiba-tiba terasa penuh. Dia tidak tahu harus berkata apa karena rasa haru membuat tenggorokannya seperti tersumbat dan lidah pun kelu.

Kecelakaan satu tahun yang lalu tidak hanya membuatnya kehilangan orang tua dan kakak, tetapi juga menjadi penyebab dia menderita amnesia. Selama satu tahun ini pula, Keluarga Pak Suta yang merawat serta bertindak sebagai walinya.

Pak Suta tidak hanya orang kepercayaan Pak Satria Gaganantara di perusahaan, tetapi juga sahabat baik. Bahkan merangkap sebagai sopir perjalanan jauh karena dia tidak pernah percaya Pak Satria bisa mengemudi dengan baik.

Pak Suta bahkan menyalahkan diri sendiri atas kecelakaan yang menimpa Pak Satria sekeluarga. Padahal, waktu itu Pak Satria sengaja diam-diam mengemudi perjalanan jauh tanpa dirinya karena suatu alasan. Dalam perjalanan mereka mengalami kecelakaan nahas---mobil yang dikendarai masuk ke jurang.

Walaupun kecelakaan itu terjadi bukan karenanya, tetapi sampai saat ini Pak Suta masih merasa bersalah dan selalu menyesali peristiwa itu sebagai keteledoran terburuknya. Andai saja dia tidak kecolongan, kecelakaan itu pasti tidak akan pernah terjadi. Begitulah dia selalu mengingatkan dan menyalahkan diri sendiri.

Akan tetapi, Pak Suta masih memiliki satu hal berharga yang patut disyukuri, yaitu Diyan masih ditemukan dan bisa diselamatkan. Sementara itu, jasad kedua orang tua dan kakaknya entah di mana. Para petugas penyelamat sudah berulang kali melakukan pencarian, tetapi tidak ada hasil.

Hari ini, tanggal 10 Agustus 2000, adalah ulang tahun Diyan yang ke-17. Sebelum Pak Suta sekeluarga datang untuk merayakan, dia sudah tahu dari teman-teman di kampus. Tadi banyak dari mereka yang mengucapkan selamat.

Hari lahirnya berbarengan dengan hari peringatan kematian kedua orang tua dan sang kakak. Sungguh ironis, dua momen yang sangat bertolak belakang terjadi dalam satu waktu. Akhirnya, di acara malam ini tidak ada nyanyian ulang tahun maupun tepuk tangan. Saat makan pun sangat hening dan khidmat.

Setelah berdoa untuk mereka yang sudah meninggal dan acara makan malam sederhana berakhir, Pak Suta sekeluarga pun pulang. Sekarang, Diyan kembali sendirian ditemani sunyi.

Berdiri di sebuah kamar yang terdapat dua tempat tidur di dalamnya, Diyan menatap foto keluarga yang terpajang di dinding. Foto itu menampilkan empat orang, tiga laki-laki dan satu perempuan. Namun, yang tampak sempurna hanya dua laki-laki muda, salah satunya adalah Diyan sendiri. Posisi jongkok, tangan berangkulan dengan pemuda lain rambut kecokelatan, wajah sendu dan tatapan sayu.

Dua sosok yang duduk di belakang mereka hanya tampak jelas sampai sebatas leher saja, sedangkan wajahnya buram. Tidak hanya di foto ini wajah kedua orang tua Diyan buram, tetapi di seluruh foto yang ada dalam koleksi pun begitu.

Ada satu hal aneh lagi yang selalu menimbulkan pertanyaan dalam benaknya, kenapa dia tidak bisa mengingat wajah sang kakak jika sedang berada di luar rumah? Emh, bukan hanya di luar rumah saja. Dia bahkan langsung lupa bagaimana rupa sang kakak begitu memalingkan pandangan dari fotonya.

Untuk satu hal itu dia hanya menyimpannya dalam hati. Dia terlalu takut menghadapi kenyataan kalau-kalau ternyata dirinya mengidap kelainan yang lebih parah dari amnesia. Amnesia sudah sangat menggangu dan wajah kedua orang tuanya hilang dari semua foto juga keanehan yang sulit diterima akal sehat. Dia tidak mau orang lain mengetahui keanehan lain yang dialaminya. Cukuplah dirinya sendiri yang tahu.

Menghela napas panjang, matanya melirik jam dinding yang berada tidak jauh dari foto itu tergantung. Hampir pukul sepuluh. Diyan pun beranjak, melangkah menuju salah satu tempat tidur, lalu membaringkan diri.

Sungguh tidak habis pikir. Bagaimana bisa orang tuanya tidur di pembaringan terpisah? Apakah dulu mereka tidak bahagia? Lalu, kenapa juga hanya foto mereka yang buram, sedangkan sang kakak tidak? Keganjilan itu kerap membuatnya merasa masih memiliki harapan pada sang kakak. Dia berharap Arka Gaganantara masih hidup dan tengah berbahagia di suatu tempat.

Sebenarnya, dosa besar apa yang sudah Diyan perbuat di kehidupan sebelumnya atau di masa lalu, sampai-sampai harus mengalami semua ini? Tidak hanya sebatang kara dan mengalami amnesia, tetapi, bahkan hanya sekadar ingin mengenang wajah orang tuanya di dalam foto pun sepertinya tidak diizinkan.

Ya, Tuhan. Diyan menekan pangkal hidung, lalu berniat memejamkan mata untuk tidur. Namun, sebelum kelopaknya terkatup rapat, ponsel dalam saku celana berdering. Dengan ogah-ogahan dia pun mengeluarkannya.

"Halo---"

Suara perempuan menyelanya, "Selamat ulang tahun, Sayangku. Maaf, aku nggak bisa nemenin tadi. Ibu maksa aku nemenin dia ke salon, habis itu mampir kuliner di alun-alun. Menyebalkan .... "

"Nggak masalah. Aku wes ngerti di acara liburan besok ada rencana kejutan ulang tahun buat aku, toh?"

"Hah?! Gimana bisa tau?! Ah, nggak seru lagi, ah!"

Diyan hanya tergelak. Tidak mau lebih lama mendengar ocehan dan gerutuan Intan---gadis yang mengaku sebagai kekasihnya---dia langsung mematikan sambungan.

Dia tidak tahu apakah Intan benar-benar kekasihnya, tetapi teman-teman di sekolah menegaskan bahwa gadis itu memang sangat dekat dengannya. Bahkan foto-foto dalam album pun membuktikan bahwa dia dan Intan, serta dua pemuda lain memiliki hubungan persahabatan yang sangat dekat.

Entahlah. Diyan tidak mau ambil pusing. Jalani saja. Setelah menonaktifkan ponsel, Diyan segera meraih guling lalu memeluknya. Dengan mata terpejam dia berucap dalam hati, Ayah, Ibu, Mas Arka ... hari ini aku ulang tahun. Kalian nggak pengen gucapin selamat meski hanya dalam mimpi?

Di sudut ruangan, sesosok perempuan berjubah putih cemerlang hingga seluruh tubuhnya tampak berpendar, menatap penuh kasih pada Diyan yang sudah terlelap.

"Selamat ulang tahun Diyan putra Gaganantara," ucapnya lirih sembari mengangkat tangan untuk memberi berkat. "Kebahagiaan akan segera kamu jelang, Nak."

"Altair Suli!"

Altair perempuan itu menghela napas kasar karena merasa terganggu oleh suara tanpa rupa yang tiba-tiba saja terdengar.

"Ada apa, Altair Tawang? Bagaimana situasi di sana?" Altair Suli mengibaskan tangan menyapu udara, kemudian suara pria yang berbicara kepadanya hanya menggema dalam benak saja.

" ... "

"Baiklah, besok kita bertemu di sana. Ingat, jangan sampai ada kesalahan."

" ... "

"Jangan sampai! Aku nggak yakin bisa sekuat Altair Satria dan Altair Harnum"

" ... "

"Baiklah, sampai jumpa besok."

Setelah itu, sosoknya langsung berubah menjadi gumpalan cahaya, lalu melesat menembus atap, melintas gelap malam dengan wujud manusia bersayap, disaksikan oleh bintang-bintang yang berpendar lembut.

Dia adalah salah satu altair, makhluk yang dianggap suci setara dewa atau malaikat, penghuni Sahen Gaganantara. Dunia lain yang dekat dengan dunia manusia, tetapi tidak kasatmata. Bagi masyarakat sekitar Gunung Pandan, kabar tentang Pasukan Manusia Elang yang bersemayam di puncak gunung hanyalah mitos atau sekadar dongeng anak-anak belaka. Padahal, sebenarnya mereka memang ada, tetapi hanya orang-orang istimewa yang bisa melihatnya.

1
bang sleepy
Akhirnya sampai di chap terakhir update/Whimper/ aku bagi secangkir kopi biar authornya semangat nulis 🤭💗
bang sleepy
pengen kuguyur dengan saos kacang rasanya/Panic/
bang sleepy
brisik kamu kutu anjing! /Panic/
bang sleepy
bisa bisanya ngebucin di moment begini /Drowsy/
bang sleepy
mank eak?
diyan selalu berada di sisi mas arka/Chuckle/
bang sleepy
shock is an understatement....... /Scare/
bang sleepy
sabar ya bang arka wkwwk
bang sleepy
tetanggaku namanya cecilia trs penyakitan, sakit sakitan trs. akhirnya namanya diubah. bru sembuh
bang sleepy
mau heran tp mrk kan iblis /Drowsy/
bang sleepy
dun dun dun dunnnn~♪
bang sleepy
astaga suaranya kedengeran di telingaku /Gosh/
bang sleepy
Hah... jd raga palsu itu ya cuma buat nguji arka ama diyan
Alta [Fantasi Nusantara]: Kenyataan emang pahit ya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
bang sleepy
bener uga ciii /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
bang sleepy
idih idihhh
bang sleepy
nyembur wkwkwkwk
bang sleepy
Tiba-tiba cinta datang kepadaku~♪ #woi
bang sleepy
kan bener. kelakuannye kek bokem. tp dia altair
bang sleepy
agak ngeri ngeri sedap emg si diyan ini wkwkw
Alta [Fantasi Nusantara]: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
bang sleepy
anaknya anu kah
bang sleepy
buseeeeddd
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!