Kesalahan masa lalu membuat seorang Kaynara Flora terus di sakiti oleh suaminya sendiri. Wanita itu sama sekali tak di anggap oleh sang suami. Kehadiran anak tak mampu meluluhkan hati prianya.
Akankah Kaynara akan tetap bertahan dalam pernikahannya atau justru menyerah dan memilih mengakhiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayu andita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Pernyataan Cinta
Pagi itu, sinar matahari menembus jendela kamar Flora, menciptakan suasana hangat dan cerah. Flora bangun dengan perasaan yang campur aduk setelah kejadian yang mengerikan beberapa hari sebelumnya. Namun, ada satu hal yang membuatnya merasa sedikit lebih baik – pesan dari Jonathan, teman lama yang mengajaknya untuk berjalan-jalan dan menghabiskan waktu bersama.
Flora memutuskan untuk menerima ajakan Jonathan. Dia berharap bahwa menghabiskan waktu di luar dan berbicara dengan seseorang yang peduli padanya akan membantu menghilangkan bayangan buruk dari ingatannya. Setelah mandi dan bersiap-siap, Flora mengenakan pakaian yang nyaman dan ringan, siap untuk menikmati hari yang tenang.
Jonathan tiba di rumah Flora tepat waktu. Dia keluar dari mobilnya dengan senyum lebar dan melambai ke arah Flora. "Selamat pagi, Flora! Siap untuk jalan-jalan hari ini?" tanyanya dengan nada ceria.
Flora tersenyum, meskipun masih ada sedikit kecemasan di matanya. "Pagi, Jonathan. Ya, aku siap. Terima kasih sudah mengajakku keluar."
Mereka berdua masuk ke mobil Jonathan dan segera berangkat. Jonathan memutar musik yang lembut di radio, menciptakan suasana yang menyenangkan di dalam mobil. Mereka memutuskan untuk pergi ke taman kota yang luas dan indah, tempat yang penuh dengan pepohonan rindang, danau kecil, serta jalur berjalan kaki yang menenangkan.
Sesampainya di taman, Jonathan memarkir mobil dan keduanya keluar, menghirup udara segar pagi yang sejuk. "Aku pikir berjalan-jalan di taman ini bisa membantu menenangkan pikiranmu," kata Jonathan sambil tersenyum hangat.
Flora mengangguk setuju. "Ya, ini tempat yang sempurna. Terima kasih, Jonathan."
Mereka mulai berjalan di jalur yang mengelilingi danau. Jonathan dengan sabar mendengarkan Flora bercerita tentang perasaan dan kekhawatirannya. Dia tidak memaksanya untuk berbicara tentang kejadian beberapa hari yang lalu, tetapi memberikan dukungan emosional yang Flora butuhkan.
"Kamu tahu, Flora," kata Jonathan saat mereka berhenti sejenak di tepi danau, "kadang-kadang kita perlu meluangkan waktu untuk diri sendiri dan menikmati hal-hal sederhana dalam hidup. Aku ada di sini untuk mendukungmu kapan saja kamu butuh."
Flora merasa tersentuh oleh kata-kata Jonathan. "Terima kasih, Jonathan. Aku benar-benar menghargai perhatianmu. Kehadiranmu sangat berarti bagiku."
Jonathan tersenyum dan menggenggam tangan Flora dengan lembut. "Kamu tidak perlu berterima kasih. Kamu adalah teman yang baik, dan aku ingin melihatmu bahagia."
Mereka melanjutkan berjalan-jalan, menikmati pemandangan alam yang indah dan percakapan yang menyenangkan. Flora mulai merasa lebih rileks dan tenang, menikmati momen-momen kebersamaan yang sederhana tetapi berarti. Jonathan mengajaknya berhenti sejenak di sebuah kios kecil yang menjual es krim. Mereka membeli es krim dan duduk di bangku taman, menikmati makanan manis sambil bercanda dan tertawa.
"Aku dulu sering ke sini, Sekarang kita akan menciptakan kenangan indah di taman ini," kata Jonathan sambil tersenyum.
Flora tertawa dengan ucapan Jonathan. itu. "Ya, Aku beruntung bisa mengenal kamu. siapapun yang menjadi istrimu nanti dia akan menjadi wanita paling beruntung."
"Tapi aku hanya ingin kamu Flo." batin Jonathan.
Jonathan tertawa bersama Flora, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan. Setelah beberapa saat, mereka melanjutkan berjalan-jalan, menikmati pemandangan bunga-bunga yang mekar dan burung-burung yang berkicau riang di pepohonan.
Hari semakin siang, dan Jonathan mengajak Flora untuk makan siang di sebuah kafe kecil yang terletak di dekat taman. Kafe itu memiliki suasana yang nyaman dengan dekorasi yang hangat dan makanan yang lezat. Mereka duduk di teras luar, menikmati sinar matahari dan angin sepoi-sepoi sambil memesan makanan.
Selama makan siang, Jonathan dan Flora melanjutkan percakapan mereka, berbicara tentang masa lalu, impian, dan rencana masa depan. Flora merasa semakin nyaman dan tenang, merasakan bahwa dirinya dikelilingi oleh dukungan dan perhatian yang tulus dari seorang teman baik.
Setelah makan siang, mereka kembali ke taman dan duduk di bangku di bawah pohon besar, menikmati ketenangan dan keindahan sekitar. Jonathan mengeluarkan buku sketsa dan mulai menggambar pemandangan di depan mereka. Flora tertarik melihat hasil karya Jonathan yang selalu berbakat dalam seni.
"Jonathan, gambarmu selalu luar biasa," kata Flora dengan kagum. "Aku selalu terkesan dengan bakatmu."
Jonathan tersenyum sambil melanjutkan menggambar. "Terima kasih, Flora. Menggambar adalah cara bagiku untuk mengekspresikan diri dan merasakan kedamaian. Aku senang bisa berbagi momen ini denganmu."
Flora merasa terharu dengan kata-kata Jonathan. Dia merasa bahwa hari ini sangat berarti baginya, memberikan ketenangan dan kebahagiaan yang sangat dibutuhkan setelah kejadian yang menakutkan beberapa hari yang lalu.
Saat matahari mulai condong ke barat, Jonathan mengajak Flora untuk berjalan-jalan terakhir mengelilingi danau sebelum pulang. Mereka berjalan dengan tenang, menikmati suasana senja yang indah. Flora merasa beban di hatinya mulai berkurang, digantikan oleh rasa syukur dan kebahagiaan karena memiliki teman seperti Jonathan.
"Terima kasih, Jonathan, untuk hari ini," kata Flora saat mereka berjalan kembali ke mobil. "Aku benar-benar merasa lebih baik."
Jonathan tersenyum hangat. "Aku senang bisa membantu, Flora. Kapan pun kamu butuh teman, aku selalu ada."
Flora mengangguk dan tersenyum, merasa beruntung memiliki Jonathan di sisinya.
Senja mulai menyelimuti kota saat Flora dan Jonathan pulang dari perjalanan mereka di taman dan danau. Mereka tiba di rumah Flora dengan perasaan lebih baik, membawa kenangan hari yang menyenangkan. Setelah memarkir mobil, mereka berjalan ke halaman samping rumah Flora yang penuh dengan tanaman hijau dan bunga-bunga yang indah. Di sudut halaman, ada sebuah ayunan kayu yang tergantung di bawah pohon besar, tempat favorit Flora untuk bersantai.
Jonathan melihat ayunan itu dan tersenyum. "Bagaimana kalau kita duduk di sana sejenak? Ayunan ini selalu terlihat nyaman," katanya.
Flora mengangguk setuju. "Tentu, itu tempat favoritku."
Mereka berdua berjalan menuju ayunan dan duduk berdampingan. Ayunan itu bergoyang pelan, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Angin sepoi-sepoi menghembuskan udara segar, sementara suara burung-burung yang kembali ke sarang mereka mengisi keheningan malam.
Flora memandang ke arah langit yang mulai gelap, beberapa bintang mulai bermunculan. "Hari ini benar-benar menyenangkan, Jonathan. Aku merasa jauh lebih baik. Terima kasih banyak."
Jonathan menoleh dan tersenyum padanya. "Aku senang mendengarnya, Flora. Terkadang, kita hanya perlu keluar dan menikmati hal-hal sederhana untuk merasa lebih baik."
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen damai itu. Flora merasa beban di hatinya semakin berkurang, dan dia merasa lebih tenang di hadapan Jonathan. Dia merasa bersyukur memiliki teman seperti Jonathan yang selalu ada untuk mendukungnya.
Jonathan memecah keheningan dengan sebuah pertanyaan. "Flora, apa kamu masih memikirkan kejadian kemarin mmalam"
Flora terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan itu. "Iya Nathan,aku takut Arkana akan kembali mendekatiku. "
"Aku ingin menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia, Jonathan. Setelah semua yang terjadi, aku menyadari betapa pentingnya kedamaian dan kebahagiaan sederhana. Aku ingin fokus pada pekerjaanku, mungkin mencoba hobi baru, dan tentu saja, meluangkan waktu lebih banyak untuk Keyra."
Jonathan mengangguk, menyetujui. "Itu rencana yang bagus, Flora. Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan dan kedamaian. Aku yakin kamu akan mencapai semua itu."
Flora tersenyum dan merasa hangat oleh kata-kata Jonathan. "Bagaimana denganmu, Jonathan? Apa rencanamu ke depan?"
Jonathan menghela napas dan memandang langit sejenak. "Aku juga ingin fokus pada hal-hal yang membuatku bahagia. Aku ingin terus mengejar passion-ku dalam seni, mungkin mencoba pameran kecil untuk karyaku. Dan tentu saja, aku ingin selalu ada untuk orang-orang yang aku pedulikan, terutama kamu dan Jerico. "
Flora merasa tersentuh oleh kata-kata Jonathan. "Kamu benar-benar teman yang baik, Jonathan. Aku beruntung memiliki kamu dalam hidupku."
Jonathan menoleh dan tersenyum padanya. "Aku juga merasa beruntung, Flora. Kita selalu bisa saling mendukung dan menguatkan. Itu yang terpenting."
Mereka berdua terdiam lagi, membiarkan ayunan bergoyang perlahan. Malam semakin gelap, dan bintang-bintang semakin banyak bermunculan di langit. Flora merasa perasaan hangat dan nyaman menyelimuti hatinya, seolah semua kekhawatiran dan ketakutannya mulai memudar.
"Jonathan, aku ingin bertanya sesuatu," kata Flora tiba-tiba, memecah keheningan.
"Tentu, Flora. Apa itu?" jawab Jonathan dengan nada penuh perhatian.
"Apa yang membuatmu selalu ada untukku, meskipun baru mengenal?" tanya Flora dengan penasaran.
Jonathan tersenyum lembut. "Flora, kita mungkin tidak selalu bersama, tapi aku selalu menganggap kamu hal terindah dalam hidupku. Ketika aku mendengar tentang apa yang terjadi, aku merasa perlu untuk berada di sini dan mendukungmu. Aku peduli padamu, Flora. Itu alasan utamanya."
Flora merasa matanya berkaca-kaca oleh kehangatan dan ketulusan kata-kata Jonathan. "Terima kasih, Jonathan. Aku benar-benar menghargai itu."
Jonathan mengangguk dan menggenggam tangan Flora dengan lembut. "Kamu tidak perlu berterima kasih, Flora. Kita adalah teman, dan itu yang dilakukan teman – saling mendukung."
Mereka duduk dalam diam lagi, menikmati momen kebersamaan yang damai. Flora merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Malam itu menjadi kenangan indah yang akan selalu dia ingat, momen di mana dia merasa benar-benar didukung dan dicintai oleh seorang teman sejati.
Setelah beberapa waktu, Flora akhirnya berkata, "Mungkin kita harus masuk ke dalam. Malam sudah semakin larut."
Jonathan mengangguk. "Ya, aku juga berpikir begitu. Besok kita bisa melanjutkan lagi jika kamu mau.Kalau begitu aku pulang dulu."
Flora tersenyum. "Tentu, aku akan sangat senang."
Mereka berdua bangkit dari ayunan dan berjalan menuju rumah. Flora merasa lebih kuat dan tenang daripada s sebelumnya.
"Tunggu Flo." pinta Jonathan.
Flora menoleh kearah Jonathan dengan penuh tanda tanya.Jonathan menghampiri Flora lalu berdiri di depannya.
"Aku menyukaimu."
Deg
Flora terkejut mendengarnya, dia menatap kepergian Jonathan dari rumahnya. Wanita itu segera masuk ke dalam rumah.