NovelToon NovelToon
Cinta Sang RV

Cinta Sang RV

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marlita Marlita

Sejak Menolong pria bernama Reyvan, nasib Annira berubah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marlita Marlita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suatu Tempat

Anira dibawa ke sebuah kafe mewah, namun kafe tersebut sangat sepi. Adapun orang-orang di sana, namun mereka terlihat seperti pasangan muda yang elite. Reyvan memegang tangan Annira lalu membawanya duduk di tempat paling pojok, mungkin ada sesuatu yang harus mereka bicarakan.

Annira deg deg-an, baru kali ini seorang lelaki yang baru di kenalnya bertindak seperti ini. Karena Annira ingin menghindari berpegangan tangan, ia melepas tangan Reyvan yang menggenggam tangannya dengan paksa tetapi Reyvan tidak mau, Annira terpaksa harus menerima perlakuan itu.

“Apa maksudmu membawaku kemari?” tanya Anira sedikit kesal, ia ingin pulang lalu rebahan dengan tenang di asramanya.

“Minum, itu saja. Aku akan membawamu kesini setiap hari.” Annira tercengang mendengarnya. Reyvan kemudian mengeluarkan rokoknya, menyalakan korek, lalu merokok di hadapan Annira dengan santai seperti bos, padahal kondisinya saat ini, ia masih mengenakan seragam putih abu-abu.

“Anak sekolah merokok? Lebih baik kamu jangan sekolah.” Annira kecewa melihat lelaki tampan yang pernah ia tolong beberapa hari yang lalu, memang beginilah tabiatnya. Andai saja waktu itu Annira jangan menolongnya, tetapi sekarang sudah terlambat.

“Katamu benar, seharusnya aku tidak usah bersekolah karena aku lebih suka merokok. Sayangnya dipaksa sekolah membuatku stres.” Jawab Reyvan.

Seorang pramusaji di restoran membawa satu gelas Espresso coffee dan satu gelas coffee milk boba. Reyvan menyodorkan coffee milk boba ke arah Annira. Sebelum Reyvan ke kafe itu sebenarnya ia sudah memesan kopi itu, tanpa harus ia bertanya terlebih dahulu kepada Annira. Annira hanya tercengang untuk ke sekian kalinya, bagaimana bisa Reyvan menerima minuman sebelum ia pesan, ia tidak tahu Reyvan telah memesannya sebelum mereka tiba, alasan lainnya karena Anira menyukai minuman seperti kopi, mana mungkin ini hal yang kebetulan.

“Tempat ini, tempat favoritku. Jadi aku tidak perlu memesan.” Kata Reyvan seakan menjawab pertanyaan dibatin Annira.

“Kamu sendiri yang minum?” tanya Annira, sebab minuman di hadapan mereka ada dua gelas, jadi ia curiga. Mungkin saja Reyvan kemari bersama seseorang, dan seharusnya hari ini dia bersama seseorang yang di maksud, ia tidak mungkin sendiri. Reyvan mengangguk membuat Anira tidak percaya.

“Lalu kamu sering meminum dua-duanya sekaligus?”

“Jangan berpikir gila. Minuman di hadapanmu itu untukmu dan di hadapanku ini untukku. Kalau aku kemari sendirian, aku akan memesan satu saja.” Jelas Reyvan membuat Annira mengerti, ternyata Reyvan suka menikmati waktunya sendirian. Tapi tunggu! Kalau Reyvan suka menikmati waktunya sendirian, mengapa hari ini Reyvan membawanya kemari? Aneh!

Annira mulai meminum coffee milk boba saat Reyvan menyuruhnya. Reyvan menyeruput kopi Espresso panas sambil memandang Annira yang tengah tertunduk gugup. Reyvan mengamati rambut panjang, alis, mata, bibir, dan caranya menikmati coffee milk boba, Reyvan menganggap gadis di hadapannya begitu unik meskipun tidak terlalu cantik seperti gadis cantik lain yang selama ini tergila-gila mengidolakannya. Annira begitu berbeda baginya, terutama ketika Annira memeluknya dan menggantikan posisinya dipukuli oleh warga, hal itu membuat seorang Reyvan tersentuh oleh sebuah perasaan, perasaan ingin melihat gadis itu, ingin dekat selalu dengan gadis di hadapannya itu, entah perasaan apakah ini.

Anira selesai menghabiskan minumannya, ia kemudian baru teringat, ibu asramanya pasti mencarinya. Seketika ia terlihat gelisah, Reyvan melihat kegelisahan itu. Ia tahu apa yang gadis itu rasakan, ia pasti memikirkan untuk pulang.

“Mau pulang?” Reyvan mencoba bertanya ingin melihat reaksi Annira. Seperti yang ia duga, Annira bereaksi dengan penuh semangat, gadis itu bangkit dari kursinya.

“Kita masih akan mengunjungi suatu tempat.” Kata Reyvan dengan santai, Anira semakin gelisah. Ini sudah menunjukkan pukul 17.14, sudah sangat lama mereka di kafe itu setelah pulang dari sekolah pukul 15.25, seharusnya ia sudah pulang dan berada di asrama.

“Tapi aku tidak bisa. Aku harus pulang.” Anira hendak beranjak dan berlari pergi meninggalkan Reyvan di sana, sialnya setelah melewati pintu keluar, dua orang satpam menghalanginya. Ternyata Reyvan telah memberi aba-aba kepada satpam untuk menghentikan Anira yang hendak keluar, Alhasil Anira tidak bisa pergi tanpa Reyvan.

“Bukankah kamu tahu kota ini terlalu luas. Bahkan kafe ini sangat jauh, kamu ingin pulang dengan berjalan kaki? Aku yakin kalaupun kamu ingin menaiki kendaraan umum atau semacamnya, uang jajanmu sudah lama habis.” Perkataan yang di ucapkan Reyvan sangat tepat. Anira tidak bisa pulang tanpa Reyvan, kalau ia pulang dengan berjalan kaki mungkin saja bahaya sudah siap setelah beberapa langkah, dan uangnya saat ini memang sudah habis.

Anira mendadak takut melihat Reyvan berjalan ke arahnya dengan pelan. Reyvan akan membawanya ke mana lagi setelah ini, apakah ini adalah cara seseorang untuk menculik. Tidak! Anira berusaha mengamati tampang Reyvan, ia bukan seperti seorang penculik perempuan, tetapi disisi hatinya yang lain mengatakan penculikan itu bisa saja terjadi, dan pelakunya mungkin saja bisa menggunakan tampangnya yang tampan seperti Reyvan.

Reyvan meraih tangan Anira, tetapi Anira menepisnya, sisi buasnya muncul ketika ia merasa terancam, meskipun detak jantungnya sangat kuat, tubuhnya gemetar bagaikan gempa. Ia larut dalam pikirannya yang buruk terlalu takut akan sesuatu terjadi padanya seperti kejadian beberapa tahun yang lalu, ia di khianati beberapa teman sekelasnya.

“Aku sudah bilang, kita akan ke suatu tempat.” Reyvan kembali mengatakannya.

“Tidak!” Anira berteriak dengan nada gemetar, ia takut dengan bayangan-bayangan yang muncul di otaknya, 'suatu tempat' kata itu pernah terlontar dari mulut seseorang yang menjebaknya, dan kata itu kembali menghantuinya setelah sekian lama, ia takut dan membayangkan apabila terjadi lagi dan pelakunya Reyvan.

Reyvan melihat situasinya sangat menekan Anira, ia tidak mengerti lagi apa yang Anira pikirkan. Padahal sebelumnya Anira normal-normal saja, tetapi sekarang ia tahu Anira sedang tertekan oleh ketakutan. Reyvan sadar, mungkin dirinya terlalu baru untuk mengenal Anira. Reyvan berhenti membujuk Anira untuk pergi ke suatu tempat dengannya, karena ia tahu Anira akan bereaksi lebih menakutkan dan bisa mengacaukan situasi di kafe.

“Mbak, bantu saya antarkan gadis ini pulang. Mbak yang membawanya menggunakan sepeda motor dan saya akan mengawasi dari belakang. Saya akan membayar jasa mbak.” Reyvan mengambil keputusan yang pasti dengan meminta kasir di kafe itu, kebetulan kasir cantik yang mengetahui Reyvan adalah pelanggan setia disini langsung menyetujunya.

“Baiklah, tampan. Apa sih yang enggak untuk kamu.” Jawab kasir kafe itu dengan gaya centilnya, bukan tanpa alasan, kasir cantik itu memang sudah lama mengagumi Reyvan, sayangnya Reyvan bukan tipe lelaki yang sasimo (sana sini mao), Ada kriteria tertentu baginya untuk seorang cewek. Reyvan melihat Anira yang berkeringat sembari menutup kedua telinganya. Ini adalah pemandangan aneh bagi para pengunjung kafe ini, Reyvan harus segera membawanya pulang.

1
Tiwi
Kecewa
Tiwi
Buruk
CatLiee: nasibnya Annira atau authornya nih, hehe
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!