Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANGKAT KAKI
Logan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktu dengan sahabatnya, Vin Walker dan Richard Rob. Mereka telah bersahabat sejak lama. Vin memilih menjadi asisten pribadi Logan, sementara Richard memilih berprofesi sebagai dokter.
”Akhirnya kamu datang juga, Log,” Vin menepuk bahu sahabatnya itu, sementara Logan hanya menghela nafasnya pelan.
Sebelumnya, Vin telah membuka meja di sana dan tentu saja ditemani oleh beberapa wanita cantik dengan pakaian sekssi. Vin yang melihat keadaan Logan, mulai merasa aneh. Jika sahabatnya itu masih memikirkan masalah yang ada di perusahaan, rasanya tak mungkin.
"Hei, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Vin pada Logan. Sahabatnya itu tampak sedang berpikir berat karena wajahnya benar-benar terlihat suram, padahal lampu di klub malam itu sudah remang remang, ditambah wajah Logan, malah semakin gelap dan suram.
"Banyak! Sebaiknya aku pulang dulu," kata Logan yang langsung berdiri dan menghempaskan kedua tangan wanita dengan pakaian seksi yang sejak tadi terus saja meraba daddanya.
“Kamu baru sampai, Log,” ujar Richard. Pria berkacamata itu tampak memperhatikan Logan.
Jika ia tak sedang marah dan tak banyak pikiran seperti saat ini, mungkin ia akan membawa kedua wanita itu ke atas tempat tidurnya. Namun kali ini ia tak menginginkan mereka sama sekali.
"Tak ingin bermain dulu denganku, Log?" salah seorang wanita itu masih terus berusaha menahan kepergian Logan dengan mengeratkan pegangan pada pergelangan tangan Logan.
Namun dengan cepat dan kasar, Logan menghempaskan tangan wanita itu hingga wanita itu terjatuh ke lantai dengan cukup keras.
“Jangan menyentuhku! Atau mau kupatahkan tanganmu itu?!” teriak Logan dengan tatapan tajam.
Logan segera keluar dari sana, bahkan tanpa berpamitan lagi dengan sahabat-sahabatnya yang hanya bisa memandang kepergian Logan, tanpa keinginan untuk memaksa menahan. Logan bahkan tak mempedulikan wanita yang tengah jatuh itu dan tak berniat menolongnya sama sekali.
"Kamu ini sudah gila ya menahan tangan Tuan Logan seperti tadi? Bagaimana kalau ia membuatmu dipecat dari sini?" kata salah satu wanita malam yang tadi juga duduk bersebelahan dengan Logan.
"Ia milikku, harus menjadi milikku," gumam wanita itu, tanpa mengindahkan peringatan rekan kerjanya itu. Wanita itu tak suka dengan penolakan Logan. Sudah sejak lama ia menginginkan Logan dan berharap Logan tertarik padanya dan menjadikannya seorang istri, Nyonya besar Keluarga Ruiz.
**
Tak tahu harus ke mana dan ingin melakukan apa, Logan memilih kembali pulang ke Kediaman Keluarga Ruiz. Ia masuk dan melihat suasana rumah yang terasa begitu sepi. Seorang pelayan datang membawakannya minuman seperti biasanya jika Logan kembali, meskipun hari sudah beranjak tengah malam.
"Di mana Daddy?" tanya Logan mencari tahu.
"Tuan Darius sedang pergi bersama Nyonya Flo, Tuan," jawab pelayan itu.
Pranggg!!
Logan langsung melemparkan gelas yang ia pegang ke sembarang arah hingga pecah. Pelayan yang berdiri tak jauh darinya pun langsung tersentak kaget dan memundurkan tubuhnya beberapa langkah.
"Pria tua bangka dan wanita tak tahu malu!" umpat Logan dengan rahang yang mengeras. Tangannya bahkan sudah mengepal dan siap menghancurkan apapun yang ada di dalam jangkauannya.
Logan ingin sekali menghancurkan beberapa barang yang ada di rumah itu untuk meluapkan rasa kesalnya. Namun, ia teringat bagaimana ibunya sangat menyayangi barang-barang itu, membuatnya urung melakukannya. Akhirnya ia naik ke atas dan masuk ke dalam kamar tidurnya, serta menguncinya rapat.
Keesokan paginya, Logan melihat Dad Darius sudah duduk di ruang makan untuk menyantap sarapan paginya. Tanpa menyapa Dad Darius, Logan menarik kursi dan duduk di sana. Ia mengambil roti dan mulai mengoles selai ke atasnya.
Baru saja ia mau memakannya, seorang wanita tampak menghampiri meja makan, membuat selera makan Logan langsung menghilang begitu saja. Logan melemparkan pisau yang ia gunakan untuk mengolesi selai lalu meletakkan rotinya kembali ke atas piring dengan kasar, kemudian bangkit dari sana.
"Menghilangkan selera makanku saja! Dasar wanita murahann tak tahu diri!” gumam Logan dengan sedikit kencang dan sudah pasti di dengar oleh Flo.
"Logan!" teriak Darius yang tak suka dengan ucapan Logan.
Logan melihat Flo memegang lengan Dad Darius, seakan mencoba untuk menenangkannya. Namun Logan sama sekali tak bersimpati dengan apa yang ia lakukan.
Apa ia mengira dengan menahan Daddy berkata kasar padaku, aku akan menerima kehadirannya? Aku kenal sifat wanita seperti dia, wanita materialistis yang berharap hidup nyaman di sisa hidupnya. - batin Logan.
Logan segera kembali ke kamar tidurnya untuk mengambil jas serta kunci mobil miliknya. Ia merasa lebih baik pergi ke Perusahaan Ruiz saja dan menenggelamkan diri dengan pekerjaan daripada harus melihat pemandangan yang tak menyenangkan di Mansion keluarganya itu.
Saat ia keluar dari kamar tidurnya, tampak Alina yang juga keluar dari kamar tidur, yang tepat ada di sebelah kamar tidurnya. Ia menatap tajam ke arah Alina, bahkan mengepalkan tangannya erat. Mungkin jika Alina adalah seorang pria, ia akan langsung menantangnya untuk berkelahi.
"Selamat pagi, Kak," sapa Alina.
"Jangan memanggilku kakak. Aku bukan kakakmu dan tak akan pernah mau menjadi kakakmu. Aku peringatkan kamu, sebaiknya kamu dan Mommymu segera angkat kaki dari rumah ini, atau kamu akan menerima akibatnya," ancam Logan dengan setengah berbisik tapi terdengar begitu ketus.
Tubuh Alina bergetar saat mendengar ancaman Logan. Ia tak pernah mengira akan mendapatkan sosok kakak yang begitu membencinya, padahal mereka belum saling mengenal.
Alina pun hanya bisa menundukkan wajahnya sampai Logan berlalu dari sana. Ia menghampiri Mom Flo di meja makan dan menyapa Tuan Darius.
"Selamat pagi, Uncle, Mom," sapa Alina.
"Makanlah dulu. Uncle kira kamu akan bangun siang, apalagi semalam kita baru kembali setelah lewat tengah malam," kata Darius ramah dan lembut. Alina seakan menemukan sosok seorang Daddy yang ia impikan sejak dulu.
"Alina tak pernah bangun siang, Kak. Ia selalu bangun pagi dan membantuku. Hari ini juga ia bangun pagi dan membantuku membuat sarapan, hanya saja ia kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya," kata Flo.
Darius menatap Alina dan tersenyum, kemudian kembali membuka pembicaraan, "Apa kamu mau bekerja di perusahaan Uncle, Al?"
Alina kini menatap Dad Darius dan juga Mom Flo. Ia merasa ragu menerimanya, apalagi tadi ia sudah mendapat ancaman dari Logan. Ia takut berada di dekat kakaknya itu. Ia tak ingin mengambil langkah dan membuat keputusan yang salah.
"Aku ..."
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻