Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pernikahan Impian
Ah ya, aku memang pantas mendapatkannya. Aku cantik dan dia tampan. Sebuah pasangan yang sangat diinginkan oleh semua orang.
Yang beda hanyalah aku miskin dan banyak utang sedangkan ia adalah pria kaya yang diinginkan oleh semua wanita di dunia ini.
Tapi kenapa harus aku? Ada apa dengannya dan ada apa dengan diriku?
Apa kami mempunyai hubungan dimasa lalu yang belum usai?
Gadis itu tak berhenti bermonolog dengan dirinya sendiri tentang rejeki nomplok yang ia dapatkan. Terkadang pikiran-pikiran absurd pun muncul di otaknya yang memang kecil dengan kapasitas pas-pasan itu.
Ingin ia tak percaya tapi sayangnya ini adalah kenyataan.
"Anda cantik sekali nona." Ia tersentak dari lamunannya dan menatap wajahnya di dalam kaca.
"Aku?" Nampaknya ia masih bingung.
"Iya nona. Anda cantik sekali," ucap salah satu tim make up yang sedang mendandaninya sebelum duduk bersanding dengan Arjuna Raka Sastrowardoyo.
"Terimakasih banyak mbak." Ia berucap dengan wajah penuh syukur. Ya, ia akui kalau banyak yang memuji kecantikannya dan bahkan ada yang ingin menjadikannya selingkuhan.
Sayangnya ia sangat miskin hingga ia hanya bisa menjadi seorang penyanyi organ tunggal dan bergaul dengan orang-orang miskin dan tentu saja dengan para pria hidung belang yang tak punya uang.
"Anda bagaikan seorang Dewi yang memang pantas dan serasi untuk tuan muda Arjuna."
"Hum, ya. Itu betul sekali mbak."
Mayang Sari tersenyum tipis. Ia bahagia dan sangat bangga. Keluarganya yang miskin akan naik level dalam masyarakat. Dan ia sendiri akan jadi seorang ratu yang bebas melakukan apa saja dengan uang dan kekayaan suaminya.
Maafkan aku Han, aku mengkhianati cinta kita, tapi ini karena aku sedang dalam keadaan terjepit, dan ya, pak Arjuna itu sangat tampan dan pastinya mampu membahagiakan aku, hiks.
Semoga kamu dapat jodoh yang baik dan gak seperti diriku ini.
Gadis itu menghela nafasnya berusaha untuk memberikan ruang di dalam hatinya yang tiba-tiba berubah sesak dan sempit ditengah rasa bahagianya yang terasa semu.
"Mari nona. Waktunya untuk bersanding dengan Tuan muda Arjuna." Seorang perempuan cantik dengan kebaya modern yang sangat pas ditubuhnya itu menyentak lamunannya.
"Ah iya baik." Mayang Sari pun berdiri dari duduknya dan bersiap untuk keluar dari ruangan itu. Akan tetapi sebelumnya, pakaian adat yang dipakainya harus diperiksa kembali agar tampil maksimal saat duduk di samping seorang pria yang telah sah menjadi suaminya.
Arjuna Raka Sastrowardoyo nampak terpana melihatnya keluar dari kamar itu. Ia tak percaya kalau istrinya itu ternyata semakin cantik saat diberikan polesan make up dari tim terbaik di negeri ini.
Pria itu lupa berkedip sampai Vincent sang sahabat menepuk bahunya.
"Sadar pak Arjuna. Kamu sudah memilikinya jadi kamu tak perlu memasang wajah seperti itu."
Arjuna tersenyum tipis.
"Ah ya, kamu bisa saja. Tapi dia memang sangat cantik," ucap Arjuna dengan tatapan tak lepas dari wajah sang istri.
"Berbahagialah dan pastikan ia juga bahagia denganmu."
Deg
Arjuna tiba-tiba merasakan hatinya tak nyaman. Entah kenapa ia merasa perkataan sang sahabat mengganggu perasaannya.
Apakah aku akan mampu membahagiakan gadis itu?
Ah, tentu saja aku mampu. Semua orang bisa bahagia dengan harta. Dan aku akan memberikannya pada Mayang Sari.
Mayang Sari pun tiba di hadapannya diantar oleh beberapa orang perempuan yang memakai pakaian seragam. Mereka adalah para pagar ayu dalam pesta pernikahan itu.
Arjuna pun meraih tangannya dan membawanya ke atas pelaminan dimana ada mertua dan juga orang tuanya sudah menunggu.
Rasa haru dan bahagia pun semakin menyeruak keluar dari dalam hati Mayang Sari. Orang tuanya yang miskin bisa duduk berdampingan dengan orang kaya dan terhormat di kota ini membuatnya semakin merasa bersyukur. Apalagi semua orang datang memberikan selamat pada acara pernikahannya.
Orang-orang di kampungnya pun datang berbondong-bondong memberinya doa restu sekaligus untuk makan gratis.
Lumayanlah kata para tetangga. Mereka bisa makan sepuasnya dan kembali dengan membawa bungkusan untuk anggota keluarga yang lain.
Mayang Sari sangat bahagia. Ia benar-benar telah melupakan kekasih nya. Wajahnya yang memang cantik kini semakin cantik saja.
Ia diperlakukan seperti seorang ratu di sebuah kerajaan. Rumah mewah dan mertua yang sangat baik serta perhatian membuatnya semakin diatas angin.
Sebuah kartu sakti sudah tersedia di atas meja di dalam kamar tidurnya saat ia sudah selesai melaksanakan resepsi selama dua hari dua malam.
"Apa ini pak?" tanyanya pada pria yang menjadi suaminya itu. Arjuna tersenyum tipis kemudian menjawab.
"Itu untuk kamu. Isinya uang dan kamu bebas membelanjakannya yang penting tidak berlebih-lebihan."
"Ah benarkah?" ucapnya dengan ekspresi yang sangat senang. Ia pun langsung melompat ke arah pria tampan itu dan memeluknya.
Akan tetapi Arjuna sama sekali tidak bereaksi dan malah mendorong tubuhnya agar menjauh.
"Ada apa pak? Apa aku salah?" tanya Mayang Sari dengan wajah kecewa. Arjuna tidak menjawab tetapi langsung meninggalkan kamar itu.
Mayang Sari tampak bingung dan juga bengong.
Ah sudahlah, mungkin ia lelah ucapnya membatin. Yang terpenting adalah ia bebas menikmati harta dan fasilitas yang dimiliki oleh Arjuna Raka Sastrowardoyo. Ia tak akan memikirkan tentang penolakan yang ia terima tadi.
Sebulan menikah ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Kenapa suaminya yang tampan itu tidak pernah mendatanginya dan mengajaknya melakukan hal yang wajar dilakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.
Ia jadi mempertanyakan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.
"Apakah pria itu tidak normal? Kenapa ia tidak juga tertarik pada diriku ini?" tanyanya seraya menatap tubuhnya yang sedang berbalut lingerie seksi.
"Apa aku harus menggodanya terlebih dahulu?"
🌺
*Bersambung.