NovelToon NovelToon
Menikahi Pria Bangkrut Dan Arogan

Menikahi Pria Bangkrut Dan Arogan

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Cinta Terlarang / Pernikahan Kilat / Diam-Diam Cinta / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:110.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jesi Jasinah

Patah hati saat mengetahui kenyataan kekasihnya menikahi perempuan lain yang sudah dihamilinya. Membuat Elena terpaksa menerima lamaran seorang lelaki yang jauh dari impiannya selama ini. Hal ini terpaksa dia lakukan demi menutupi rasa malu kedua orang tuanya karena undangan pernikahannya yang sudah tersebar.

Diliputi rasa sedih, akhirnya kini dia sah menjadi istri Anggara seorang lelaki yang usahanya sedang bangkrut, dan terkenal dingin juga arogan.

Menikah tanpa cinta dengan kondisi ekonominya yang sulit ditambah sikap arogan dan dingin suaminya, sungguh merupakan tantangan berat baginya. Namun tekatnya yang ingin mempertanggung jawabkan keputusan yang telah diambil dan hanya ingin menikah sekali seumur hidup membuatnya harus bertahan dan berusaha menyesuaikan diri dengan situasi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jesi Jasinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Pulang Membawa Luka

Dengan susah payah, aku berusaha bangun dan duduk, terlihat darah menetes dari luka dikakiku.  Kuraba pipiku yang terasa basah, ternyata darah segar juga mengalir membasahi pipiku.  Perih yang kurasakan namun tak seperih hatiku saat ini, aku hanya diam bingung tak tahu harus berbuat apa.

"Elen kamu tidak apa-apa"

Anggara, ya kak Anggara tiba-tiba muncul dihadapanku.  Dia meraih tanganku dan berusaha membantuku berdiri.  Lelaki yang terkenal jutek dan Arogan di kampusku mengangkatku dan membawaku masuk kedalam mobilnya.

"Pak tolong bawa kendaraannya kebengkel itu, aku akan membawanya berobat kerumah sakit terdekat"

Kudengar kak Anggara kakak tingkatku saat kuliah berbicara.  Aku hanya diam membeku, berusaha mengingat apa yang terjadi.  Tak lama kak Anggara yang terlihat tegang melajukan mobilnya.  Aku lihat darah dikakiku terus mengalir begitupun darah yang membasahi pipiku.  Kak Anggara berhenti dan mengambil kotak obat lalu dia mengikat luka yang ada dikepalaku dan juga kakiku.

"Sabar ya Elen, sebentar lagi kita sampai dirumah sakit.  Kamu pasti baik-baik saja, tak akan terjadi apapun padamu, percayalah"

Dengan lembut kak Anggara berbicara untuk menenangkanku.  Hal langka yang terjadi pada diri seorang Anggara.  Hampir semua mahasiswa dikampus tahu, Anggara adalah seorang pemuda tampan namun sangat arogan, jutek dan dingin pada wanita.  Setelah menenangkanku dengan beberapa kalimat, lelaki yang sedang mengemudikan mobilnya disampingku selanjutnya diam tanpa ekspresi apapun.  Wajahnya yang datar kembali mengingatkanku pada kak Anggara yang aku kenal dulu.  Kufikir tadi dia telah berubah, namun Anggara tetaplah Anggara.

Beberapa menit kemudian mobil kak Anggara memasuki halaman rumah sakit dan langsung berhenti tepat dimuka IGD.  Kak Anggara dengan sigap mengangkat tubuhku, dua orang suster menyambut kami dengan sebuah ranjang dorong.  Setelah aku dibaringkan diranjang dan di tarik menuju ruangan untuk mendapat penanganan medis, sementara kak Anggara hanya diperkenankan menunggu diluar saja.

Setelah semua lukaku diperiksa, dibersihkan, diobati dan diperban.  Perawat memperbolehkan kak Anggara masuk.  Menurut dokter tak ada cidera serius dalam tubuhku, hanya luka-luka dan memar.  Dokter mengijinkan aku pulang setelah menghabiskan satu botol infus sekalian dilakukan observasi.

Dengan wajah dingin kak Anggara duduk disampingku.

"Terimakasih kak atas pertolongan kakak, maaf aku telah merepotkan," ujarku terbata-bata.

Lelaki itu melirikku dengan pandangan wajah datar tanpa ekspresi lagi.

"Ini sebagai bentuk tanggung jawabku karena akulah yang menyerempet kendaraanmu hingga kendaraanmu terlempar ditrotoar.  Tapi itu bukan salahku, karena kamulah yang memotong jalan semaunya.  Tampaknya kamu melamun, kalau boleh tahu apa kamu lagi ada masalah"

Dia menatapku dengan intens, hatiku berdebar karena baru kali ini dia mau menatapku begitu dalam tak seperti biasanya yang angkuh dan acuh.

"Iya kak, aku lagi bingung bagaimana caraku menyampaikan masalahku pada kedua orang tuaku"

Tanpa fikir panjang aku langsung menceritakan masalah yang kualami.  Aku sudah tidak perduli, mungkin aku terlalu gampang bercerita pada orang asing yang tidak begitu aku kenal.  Tapi aku sudah tidak sanggup memendamnya sendiri, aku lagi perlu seseorang untuk berbagi.  Lelaki itu tersenyum dan kembali menatapku lebih dalam.

"Setiap manusia punya masalah, kita semua hidup untuk menjalani ujian agar kita semakin kuat dan dewasa.  Kita sama-sama sedang punya masalah, kamu sedang mengalami gagal nikah dan sebuah penghianatan.  Begitupun aku"

Aku mengernyitkan dahiku.  Rasanya kembali tak percaya kak Anggara bisa bicara panjang kali lebar.  Dulu saat temanku mengajaknya bicara untuk mencari perhatiannya. Jawabannya hanya iya, he eh dan sejenisnya.

"Emang orang seperti kakak bisa punya masalah juga?"

Kini lelaki itu justru tertawa garing.  Kembali kalimat demi kalimat lolos dari bibir tebal yang nampak berwarna coklat dan terlihat semakin jantan dan perkasa.

Dengan suara berat yang khas dia menceritakan kisah hidupnya yang ditinggal meninggal oleh kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan saat menuju bandara dan akan berangkat keluar negri.  Saat itu usianya masih belasan tahun.  Orang tuanya meninggalkan beberapa perusahaan dengan ribuan karyawan.  Keadaan membuatnya harus terjun memimpin langsung perusahaan peninggalan kedua orang tuanya.

Hari-harinya selalu sibuk antara sekolah  dan bekerja Mengelola perusahaan.  Untunglah sejak kecil papanya memang telah menyiapkan dirinya menjadi pemimpin.  Ia juga kerap ikut papanya saat meeting dengan tim manajemen perusahaannya dan perusahaan lain yang terlibat kerja sama.  

Dibawah kepemimpinan kak Anggara perusahaanya maju pesat, namun saat ini akibat penghianatan beberapa orang kepercayaannya, perusahaan mengalalami kebangkrutan habis-habisan.  

Setelah mendengar kisah kak Anggara, aku merasa bersyukur, ternyata masalahku gagal menikah dengan Andrea tak seberat masalah kak Anggara.  

"Sekarang aku jatuh miskin, perusahaan diambil alih oleh kolegaku karena hutang atas namaku yang dilakukan oleh penghianat itu.  Hartaku satu-satunya hanya mobil itu, bahkan rumahpun telah disita untuk membayar hutang"

Aku sangat terenyuh mendengar kisah kak Anggara.  Akhirnya dokter mengijinkan kami pulang.  Kak Anggara mengantarku pulang.

Aku memberitahukan alamatku padanya.  Dengan kecepatan sedang dia melajukan mobilnya kealamat rumahku.

"Ini adalah hari terakhir aku memakai mobil ini, besok aku akan menjualnya dan ku belikan rumah sederhana dan sepeda motor dengan harga murah, aku tidak ingin terpuruk, aku ingin bangkit dan memperjuangkan masa depanku" gumamnya.

"Eleeen….kamu kenapa nak, Ibu kan sudah bilang kalau calon pengantin tidak boleh bepergian  pamali kata orang tua.  Begini kan jadinya kalau tidak mendengarkan omongan orangtua," teriak ibu.

Ibuku berlari kehalaman menyambutku yang sedang berjalan dipapah oleh kak Anggara.  Dia membantu memapahku juga dan menyuruhku duduk diruang tamu.

"Terimakasih ya nak,sudah menolong Elena anakku.  Dia itu memang bandel tidak mau mendengar nasihat orangtua agar tidak pergi menjelang hari pernikahannya," ucap ibuku pada lelaki muda dihadapannya. Ibu mengambil sebuah kartu undangan dari dalam lemari kecil yang terletak disamping dia duduk.

Aku mengenalkan kak Anggara pada ibu dan menceritakan kronologis kecelakaan yang menimpaku.  Namun aku belum sanggup untuk menceritakan tentang Andrea yang telah menikah dengan Nina adik kelasku. Rasanya tak sanggup untuk memberitahu wanita terkasihku.  Sakit rasanya jika melihat orang-orang tercinta menangisi takdirku. Namun tak ada pilihan, ibu dan ayah harus tahu semua ini.

Dengan tersenyum bahagia, ibu memberikan undangan itu dan menyuruh kak Anggara datang dihari pernikahanku.  Aku hendak mencegahnya, namun kak Anggara melarangku dengan isyarat mata.

"Beri tahu ibumu nanti saja secara perlahan," bisiknya ditelingaku.

Tak lama kemudian kak Anggara segera pamit pulang dengan diantar ibuku sampai diteras rumah.

"Jangan lupa datang dihari pernikahan Elena ya nak Anggara. Oh ya kamu sudah punya calon, atau sudah menikah?"

Kudengar ibuku terus bicara dengan kak Anggara.  Lelaki yang selalu irit bicara itu hanya menjawab dengan satu dua kata saja. dia bilang kalau dirinya masih jombo kemudian dia terkekeh.

Setelah mengantarkan kak Anggara, ibu kembali masuk menemuiku.  

"Sebaiknya mulai sekarang kamu harus mulai perawatan Elen, supaya dihari bahagiamu kamu tampil mempesona dan sedap dipandang mata"

Mendengar ucapan ibu, seketika air mataku berderai tak tertahankan. Mungkin saat ini juga aku harus menceritakan apa yang terjadi pada ibu.  Aku tidak mau melihat ibu dan ayah terus mengharapkan pernikahanku akan segera terjadi.

********

  

1
Alisia Tapilatu
Kecewa
Alisia Tapilatu
Buruk
💫0m@~ga0eL🔱
mampir slm knl thor🙏
Da Kurnianto
Luar biasa
R. Kamal
haa ha NENEK BENERRR ITUUUU
auliasiamatir
awas kau leha, kalau macam macam si sumpel aja mulut leha yab elen
auliasiamatir
ise elena keren....
auliasiamatir
yam ampun buk, 🤣🤣🤣
auliasiamatir
dah lima bulan aka yah thor, koma nya.
auliasiamatir
makin keren..
auliasiamatir
semiga nina tertolong
dan andrea segera mampus
auliasiamatir
cepat bantu nina jhon
auliasiamatir
wajar sih papa nya nina, ragu
buktiin jhon kamu lelaki yang tepat 💪
auliasiamatir
semoga dapat restu dari orang tua mereka
auliasiamatir
ha....siapa dia
auliasiamatir
aku juga bahagia bacanya Anggara
auliasiamatir
semiga nanti kamu bangkit lagi yah anggara
auliasiamatir
lucu yah anggara, masa bisa ngomong gitu sama mertua 🤣
auliasiamatir
laki gak guna .😏
auliasiamatir
tobat nasuha yah nina
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!