Ayra Khansa Adiba Dokter muda yang menjadi korban ke egoisan ke dua orang tuanya, ia hidup sendiri di ibu kota.
ia tak tau kemana ibunya pergi, sedangkan ayahnya sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya.
Ayahnya memang bertanggung jawab atas pendidikan dan kehidupan Ayra, namun itu semua tidak di sukai oleh Ibu sambung dan saudara tirinya.
Yang membuat Ayra geram dan jengkel, dan Ayra bertekad untuk mengembalikan, semua uang ayahnya yang di keluarkan untuk membiayai kuliahnya.
Namun satu hal terjadi karena ulah kakak tirinya,yang membuat hidup Ayra berubah,apakah hidup Ayra berubah lebih apa atau malah memburuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana Kusumaningrum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DCMGA 24
Alfarezeel menunggu sang istri keluar, ia masih berdiam diri di mobil, memikirkan bagaimana nasib rumah tangganya dengan sang istri! dan ingin di bawa kemana keluarga ini!, sekarang ia adalah kepala keluarga sekaligus imam untuk sang istri.
Tak pernah ada di dalam benaknya untuk menikah dengan seorang dokter, apalagi Ayra yang ia tahu adalah independent woman, mendengar dari cerita orang yang dekat dengan Sang istri, termasuk mantan pacar Ayra yaitu Lucas.
" Astagfirullah aku belom sholat " gumam Alfarezeel.
Alfarezeel tampak ragu untuk turun namun demi kewajibannya sebagai muslim ia akhirnya turun dan masuk ke toko milik sang istri.
Toko tampak ramai, Alfarezeel menuju meja kasir terdapat sang istri yang sudah berganti pakaian mengenakan celana beige di padukann dengan blouse garis- garis berwarna biru dan rambut yang di gerai.
" Silahkan mau pesan apa?" tanya Ayra denan ramah, ia belom menyadari jika sang suami yang berdiri.
" saya belom sholat " jawab Alfarezeel menatap sang istri.
Ayra mengangkat kepalanya, mendapati sang suami berdiri di hadapannya, dengan rambut yang sedikit tidak beraturan dan juga kemeja yang sudah di lepas meninggalkan kaos polos berwarna hitam yang membentuk badannya dan menentang tas berisi baju ganti.
" Ya... sholat lah Gus, di sebrang ada masjid, bukannya anda tadi langsung pulang?" sahut Ayra.
" Badan aku kotor Ayra, aku mau numpak mandi dan sholat di tempat istri sendiri memang tidak boleh?".
Ayra terdiam sebentar lalu menghela nafas panjang, " Yaa sudah ayo ikut saya ke atas" ujar Ayra kemudian keluar dari meja kasir.
" Risaa, aku titip kasir yaa... aku tinggal ke atas bentar" ujar Ayra pada Rissa.
Rissa kemudian melihat Alfarezeel dari jauh dan tersenyum , " Iya mb yang lama juga gapapa" jawab Rissa .
Ayra kemudian menatap tajam ke arah Rissa, sedangkan Rissa hanya terkekeh geli melihat Ayra berjalan bersama suaminya.
"tiba- tiba punya Pak Bos" gumam Rissa.
Ayra dan Alfarezeel kemudian beriringan menuju ke lantai dua,sesampainya di lantai dua Ayra memberi tahu letak kamar mandi dan menyiapkan sajadah di kamarnya untuk sholat suaminya.
" aku enggak bawa handuk" ujar Alfarezeel ketika berada di depan pintu kamar mandi.
Ayra menghela nafas dan memijat pangkal hidungnya " Ya sudah anda masuk dulu, saya ambilkan handuk saya dulu" pinta Ayra.
Alfarezeel kemudian masuk ke dalam kamar mandi, dan Ayra menuju ke kamarnya untuk mengambil handuk.
" Untung ada yang baru" gumam Ayra mengambil handuk baru, yang di kasih Alfarezeel untuk seserahan.
Ayra menatap box seserahan miliknya yang di angkut oleh Rissa dan juga Farah, berbagai macam barang mahal dari tas, sepatu, set perhiasan, heels, baju, mukena dan masih banyak lagi.
" berapa dia habisin ini semua, tapi pasti ini pilihan kak Naura, tapi emang kak Naura pakai kayak gini ya" gumam Ayra menatap blazer berwarna soft Pink.
Ayra kemudian menatap jemarinya yang tersemat cincin berlian, simple namun ia tahu harganya tidak sesimple bentuknya.
Ayra kemudian bangkit dan menuju ke kamar mandi, saat di luar ia mendengar Alfarezeel yang terus memanggil dirinya.
" Ayra aku sudah kedinginan ini, mana handuknya" teriak Alfarezeel.
tok...
tok....
tok....
Ayra mengetuk pintu kamar mandi,kemudian tak lama Alfarezeel membuka sedikit pintunya dan mengulurkan tangannya, Ayra segera memberikan handuk.
Ayra masih senantiasa menunggu sang suami di tangga, ia duduk dan termenung disana.
" Ayra" panggil Alfarezeel.
Ayra kemudian berdiri dan berbalik badan, melihat sang suami mengenakan baju kaos putih dan celana pendek dengan rambut masih basah,membuat jantung Ayra berdetak lebih kencang dari biasanya.
" Ayra, kenapa malah melamun? keburu habis waktunya" Alfarezeel melambaikan tangan di depan wajah sang istri.
" Ah.. iya, ke kamar saya Gus" Ayra kemudian menuju ke kamarnya.
" Silahkan gus, saya tunggu di luar" Ujar Ayra membuka pintu.
" masuk Ayra, bentar lagi sholat magrib" pinta Alfarezeel melihat Ayra ingin menghindarinya.
Dengan terpaksa Ayra menuruti apa kata sang suami, ia duduk termenung di belakang sang suami, ia ingin duduk di ranjang namun dirinya baru saja dari luar.
Ayra mengecek ponsel jika ada panggilan darurat sebelum jam kerjanya masih nanti.
Tak lama Alfarezeel telah menyelesaikan sholatnya ia berbalik dan mendapati sang istri duduk di belakangnya sambil fokus ke ponselnya.
Alfarezeel yang begitu lelah merebahkan dirinya di pangkuan sang istri, Ayra yang melihat itu terkejut dan reflek memukul sang suami, menggunakan ponselnya.
plakkk...
Alfarezeel mengeluh sakit namun ia tak beranjak dari tempatnya, " Aduh... sakit Ayra... kamu mau bunuh aku, emang kamu siap jadi janda" pekik Alfarezeel.
" lagian gus ngapain tidur di paha saya?" tanya Ayra.
" aku suami kamu jadi sah- sah sajakan, aku tidur di pangkuan sang istri, satu lagi boleh enggak jangan formal, kita suami istri loh... bukan atasan dan bawahan" sahut Alfarezeel dengan santainya sambil memejamkan mata.
" tapikan........" belom juga Ayra menyelesaikan kalimatnya sudah di potong oleh Alfarezeel.
" enggak ada tapi- tapian Ayra, aku pengen rumah tangga kita bahagia nantinya, habis ini kamu beres- beres baju kamu, mulai sekarang kamu tinggal sama aku di apartemen " potong Alfarezeel.
Ayra ingin protes namun ia sadar jika ia sekarang adalah seorang istri, seorang istri bukan seharusnya memang mengikuti kemana suaminya pergi.
Ayra hanya membalas singkat " Ya"
segitu GK pedulinya kah ia pd anak kandungnya .. selalu dapat ketidak adilan dr ibu/kakak tirinya
semangat ya!
semangat selalu ya kak🤍