Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 2
Setelah menerima telpon dari wanita yang bernama Ani yang mengaku sebagai pacar Kak Firman hatiku jadi terusik. Bagaimana tidak, keluarga kami sudah punya rencana untuk menikahkan kami tahun depan tepatnya 6 bulan lagi.
"Mbak, jalan yuk!"suara Sofi adikku dari depan kamar memanggilku. Dan dia pun masuk ke kamarku.
"Ngapain mbak?" tanyanya.
"Eh enggak ini cuma lagi kirim pesan dengan Putri, mau jalan kemana dik?"
aku mencoba menetralkan perasaanku saat ini, aku tidak mau adikku tahu.
"Ke market yuk beli camilan," ajak sofi.
"Ya udah ayuk mbak pakai jilbab dulu." Kami pun keluar ke market untuk membeli yang kami butuhkan. Sejenak aku melupakan masalah yang ada di benakku.
Setelah dari market aku langsing masuk ke kamar, aku pandangi hp-ku. Dalam hati aku berkata mungkin sebaiknya aku kirim pesan pada kak Fir. Selama hampir 4 tahun bertunangan kami jarang sekali bertukar kabar. Aku sangat memahami krna dulu aku memang ada di pesantren tidak boleh membawa HP. Dan setelah keluar pun kami jarang berkomunikasi karn saya tidak mau mengganggu privasinya.
Dulu dia pernah mengatakan padaku "aku tidak menentang perjodohan ini, kita jalani saja seperti air yang mengalir, karena kita tidak pernah tahu Allah mentakdirkan kita untuk siapa." Dari kalimat itu aku mengartikan bahwa mungkin sebenarnya dia tidak terima dengan perjodohan ini, tapi aku tidak berpikir kalau dia sudah punya tambatan hati.Karna kala itu usiaku yang masih dibilang sangat muda. Tapi setelah tadi aku mendapat telfon dari yang mengaku Ani, aku harus menghubungi kak Firman. Aku harus berani bertanya.
"Bismillahirromahmaanirrahim..." ucapku dalam hati. aku pun mencari nomor hp Kak Firman yang aku save 2 tahun lalu, ternyata aktif tapi tidak diangkat. Aku pikir mungkin dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengirim pesan.
💌Raisya
Assalamu'alaikum kak Firman, ini aku Raisya, kita perlu untuk bicara berdua mengenai hubungan kita, tolong hubungi aku kembali kak, terima kasih.
Aku sangat berharap dia mau membalas atau menelponku balik.
Satu minggu berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda ada telpon ataupun balasan dari kak Firman. Hal ini sangat mengganggu hari-hariku. Aku harus konsentrasi dengan ujian smester dan ditambah lagi dengan masalah ini.
" Rai, udah selesai?" Putri berbisik di belakangku.
"Udah Put, kumpulkan yuk."aku dan Putri maju ke depan untuk mengumpulkan hasil ujian kami.
"Laper Put, ke kantin yuk!" aku tarik lengan Putri untuk mengikutiku jalan ke kantin.
Di kantin kami makan soto ayam.
"Rai, Raisya!" Putri melambaikan tangannya di depan wajahku
"Apa sich Put? aku tahu kamu manggil aku kayak jauh aja dech manggilnya pake nada tinggi." jawabku karna kaget.
"Ya, kamu sih ngelamun kayaknya. Awas kesambet setan!"
"Iya setannya kamu Put," balasku.
"hahahaha." kami pun tertawa bersma.
Memiliki teman seperti Putri adalah sebuah anugrah bagiku, sosoknya yg periang, hamble, dan oarasnya yang cantik. Kampus kami kampus umum, jadi di dalamnya campuran. Ada yg pakai jilbab ada juga yang tidak memakai jilbab. Seperti temanku Putri, dia tidak berjilbab tapi hatinya baik.
"Rai, kamu jadi nikah tahun depan?" pertanyaan Putri membuatku tersedak es jeruk yang aku sedot.
"Pelan dong Raisya, aku gak akan rebut es jeruk mu." goda Putri.
"Ya mungkin, karna orang tua Kak Firman akan datang nantik malam ke rumah. Mau membicarakan masalah itu katanya."jawabku sambil kembali mengaduk es jeruk.
"Jamu cinta gak sih sama tunanganmu?" tanya Putri penasaran.
"Cinta gk ya?" aku pura-pura berpikir.
"Ah sudahlah kalau gak mau dibahas, malas dengarnya aku. Habis kalian aneh tunangan tapi gak pernah komunikasi. Kayak jalan sendiri-sendiri begitu.Kalau aku digituin pasti curiga sama si Fir Fir itu." Putri berkata sambil menggerakkan tangannya.
Benar sekali apa yang dikatakan Putri. Andai aku punya keberanian untuk berbicara. Tapi aku tidak mau mempermalukan keluargaku. Kalaupun hubungan ini bisa berakhir, kuharap bukan karna adanya kesalahan dari pihak ku.
See You again kakak, terima kasih masih mau membaca karyaku.