Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 14
Om Arif tak menyambut uluran tangan Bu Rani, kedua tangannya seakan enggan menurunkan buku dan laptop milikku. Dia juga tidak mau menatap Bu Rani hanya kepala nya yang sempat mengangguk sedikit.
Bu Rani tersenyum kaku. Tapi, dia seperti nya tak mempermasalahkan tindakan Om Arif yang tak mengindahkan uluran tangan nya. Mungkin dia menyadari jika Om Arif sibuk dengan barang barang ku.
Bu Rani dengan antusias mengantarkan kami, eh, ralat mengantar Om Arif ke kamar ku. Dia mengajak Om Arif bicara. lagi lagi sikap Om Arif datar dan dingin. Om Arif tak sekalipun melirik Bu Rani.
Bahkan ketika Bu Rani berusaha mepet, Om Arif malah mempercepat langkahnya.
"Dasar ganjen." umpat nya lirih ketika Bu Rani meninggal kan kami karena Bu Rani sedang memasak.
Aku melipat bibir ku, melihat wajah kesal Om Arif. Aku semakin yakin jika Om Arif memiliki orientasi menyimpang.
Dia tidak tergoda dengan penampilan Bu Rani yang masih terlihat menawan di usia nya yang hampir 35 tahun tak mampu membuat Om Arif menoleh sedikit pun.
"Cie cie yang lagi di taksir janda niye." Ceplos ku menggoda nya sembari menaik turunkan alis ku.
Plak
Aku mendelik ketika dengan entengnya tangan Om Arif menggeplak mulut ku.
"Jangan asal ngomong kamu, Aurel, sadar tidak apa yang sedang kamu katakan??? Dia mungkin salah paham karena panggilan mu terhadap ku. Tapi kamu tahu benar kalau aku ini suami kamu. Harus kah aku katakan padanya????" Ancam Om Arif sembari melayang tatapan tajam ke arah ku. Dia terlalu frontal menunjukkan ke tidak sukaan nya.
Aku mencebik manyun. ish, gak asyik Om om ini, gak bisa di ajak bercanda blas.
"Om, kan janji akan merahasiakan nya.'
"Makanya jangan aneh aneh kamu." Dumel nya.
Aku menarik nafas panjang. Kan aku cuma ingin membuktikan jika dugaan ku benar. Dan ku rasa memang benar.
Mana ada laki laki normal tidak menyantap hidangan gratisan yang sudah di suguhkan untuk nya. Bahu terbuka dan belahan dada yang terpampang jelas. Kan itu namanya mubadzir.
Srett
Tangan besar Om Arif meraup wajah ku kasar.
"Apa yang sedang kamu pikirkan Aurel?? Jangan memikirkan hal gila lainnya. Aku tak segan mengetok kepala mu biar pikiran mu jernih." Ancam Om Arif lagi.
"Dih, kasar banget jadi orang. pasti KDRT ya dulu, makanya di jadiin duda sama mama nya Aldo???" ketus ku.
Om Arif tersentak mendengar kalimat ku. Dia langsung diam gak mendumel lagi. Dia memilih sibuk menata barang barang ku dengan sangat rapi tanpa bersuara.
Hatiku tercubit. Tidak ada ekspresi yang bisa aku pahami dari tatapan mata dan wajah nya yang terlalu datar. Seperti nya ucapan ku yang asal ceplos itu membuat dia terluka.
"Terima kasih, Om." Desis ku ketika semua barang barang ku sudah tersusun rapi.
Om Arif mengangguk. "Apa butuh kasur??? Seperti nya itu tidak nyaman." Ujar Om Arif seraya melirik kasur lantai merah yang selama ini aku gunakan untuk tidur.
Aku tersenyum tipis, menggeleng. "Aku sudah terbiasa tidur beralaskan kasur itu dan masih nyaman kok untuk ku. Lagi pula, aku disini hanya tinggal 2 bulan lagi, setelah itu aku keluar untuk mencari pekerjaan." Ujar ku.
Om Arif tak menyahut, dia menatap ku dalam.
Aku memicingkan mataku. "Om tidak berpikiran bakalan melarang aku kerja kan? Kan Om sudah janji."
"Mau masuk ke perusahaan ku saja??? Jo bisa mengatur nya."
"Tidak, aku tidak mau!! Jangan macam macam. aku ingin bekerja dengan kemampuan ku sendiri." Tandas ku.
Om Arif mengusap wajahnya kasar. "Kamu bocah ajaib. Di saat banyak orang yang menginginkan kemudahan. Kamu malah menolak nya mentah mentah privilege yang aku berikan. kamu belum tahu saja susah nya mendapatkan pekerjaan di jaman sekarang."
Aku tersenyum mengangguk. " Aku tahu Om, bahkan untuk mendapatkan pekerjaan part time saja aku dulu sangat kesulitan. padahal sebagai pelayan cafe, tapi sangat sulit mendapatkan lowongan itu " Ucap ku mengingat perjuangan ku yang harus masuk keluar mencari kerja.
"Apakah kehidupan mu sangat sulit??? Kenapa harus kuliah sambil bekerja?? Papa kamu bilang kamu mendapatkan beasiswa penuh disini. Dan aku lihat kehidupan orang tua mu juga lumayan."
"Memang tidak sesulit itu Om. papa memang masih bisa mencukupi kebutuhan ku. Tapi aku hanya ingin menjadi perempuan yang mandiri dan tangguh. Selama aku bisa berdiri di kaki sendiri. Why not. Bukan berarti aku tidak membutuhkan laki laki nanti. Aku akan tetap akan menikah, menjadi istri yang patuh pada suami ku suatu hari nanti. Tapi dengan value tersendiri. Aku pikir aku bisa mempertahankan harga diri ku nanti. Jika suami ku nanti meremehkan kekurangan ku di depan ipar atau mertua ku."
"Jangan memaksa kan diri. Bukan nanti. Tapi kamu memang sudah menikah Aurel. Status kamu sudah sebagai istri. Tidak perlu khawatir tidak ada ipar atau mertua yang akan mencederai harga diri kamu. Aku tidak punya mereka semua. Juga tentang suami yang meremehkan kamu, aku tidak akan pernah melakukan itu. Selama ikatan kita tidak tercederai. Kamu adalah tanggung jawab ku penuh. Sebisa mungkin aku tidak akan pernah meremehkan kamu sebagai istri ku."
DEGH
Jantung ku berdesir sangat hebat. Kenapa aku merasa Om Arif serius dengan pernikahan kami??? Bukan kah pernikahan kami hanya status saja??? Tapi Om Arif terlalu menjiwai peran.
Tok....Tok....Tok....
Lamunan ku terpecah begitu melihat Bu Rani muncul di depan pintu kamar ku. Tampilan nya lebih fresh dari sebelumnya. Seperti nya dia habis mandi dan berdandan.
Dres yang dikenakan terlihat sangat kekecilan. Kasian dua aset kembar nya, terlihat sesak terjepit oleh dress ketat nya.
"Pak Arif, apa sudah selesai beres beres nya??? Kebetulan saja juga sudah selesai masak. Kalau bapak tidak keberatan mari ikut sarapan dengan saya. Di jamin masakan saya sangat enak dan bikin nagih." Tawar Bu Rani sembari terkekeh.
"Maaf, saya masih kenyang. Saya baru saja sarapan dengan istri saya." Tukas Om Arif.
"Is- istri???" Bu Rani tidak bisa menyembunyikan raut wajah shock nya.
Om Arif mengangguk. "Ya, istri saya tidak suka sarapan dengan orang lain selain istri saya." Tegas Om Arif. Membuat senyum di wajah Bu Rani langsung menghilang.
Om Arif terlihat acuh. "Hubungi aku jika kamu butuh sesuatu atau ada yang sengaja menyulitkan kamu disini, Rel. Yakinlah, aku tidak akan melepaskan siapa pun itu. Kamu dengar???"
Glek
Aku mengangguk kaku. seperti nya Om Arif sengaja mengintimidasi Bu Rani dengan kalimat nya. Bu Rani seperti nya menyadari itu . Wajah nya terlihat pias.
Astaga, si Om Om ini memang tidak mengenal basa basi.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.