Rayna Masuk Novel Harem?! Tolong

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut Rayna di luar helm full face nya. Sepanjang jalan, Rayna bersenandung. Tidak bisa di sangkal, gadis itu memang terlihat keren. Motor yang berkilap berwarna biru hitam, lalu Rayna yang menaikinya dengan jaket yang sama dengan warna motor. Lalu helm full face biru-abu.

Saat sampai di gerbang sekolah, semua tatapan tertuju pada motor itu. Dengan mata penasaran, kagum, mereka mengikuti motor itu sampai ke parkiran.

Bukan karena yang lain, walaupun tidak sedikit motor yang lebih keren dari itu, masalahnya orang yang mengendarainya adalah cewek. Bisa di lihat dari rambut dan rok nya.

Tidak ada gadis yang membawa motor sendiri. Apalagi motor besar seperti itu. Rata-rata mereka membawa mobil atau di antar supir sendiri.

Setelah Rayna memarkirkan motor, dia turun. Saat berbalik, semua orang berkumpul dan tengah menatapnya penasaran. 

“Wah sape tuh?”

“Cewek njir, keren juga.”

“Baru kali ini gue lihat cewek bawa motor gede gitu.”

Obrolan di sekitar masuk ke telinga Rayna. Diam-diam ia bangga.

Saat Rayna akan membuka helm, orang-orang semakin fokus menatapnya. Seakan waktu berhenti, Rayna membuka helm dengan gerakan pelan. Rambut yang menghalangi sebagian wajahnya, Rayna menyugarnya ke belakang. Mereka yang melihatnya tidak bisa menyangkal bahwa Rayna memang cantik. Namun terkesan lebih imut.

“Kelas mana? Gue kayak baru liat.”

“Anak baru kali.”

“Eh, bukannya dia yang pernah ngelawan Felisya di kantin ya?”

“Iya! Bener! Cewek lucu itu ya?”

“Huaa … imut juga dia.”

Rayna menyimpan helmnya. Saat ia akan berjalan, dagunya sedikit terangkat.

Tiba-tiba..

Duk!

Rayna tersandung sesuatu hingga tersungkur ke depan. Semua orang yang masih memerhatikan Rayna, menjerit kaget selama proses Rayna akan jatuh.

Bugh!

Rayna jatuh menelungkup ke tanah. Suasana hening. Beberapa detik kemudian, semburan tawa memenuhi parkiran.

“Hahaha.. udah keren-keren, malah jatuh!”

“Kasihan banget sih, haha..”

“Ya ampun! Malu banget..”

Rayna benar-benar tercengang. Ia tidak pernah menyangka akan tersandung dalam keadaan ini. Apalagi terdapat banyak orang. 

Matanya langsung berkaca-kaca. Ia diam tanpa niat beranjak. 

Rayna tidak tahu mengapa suasana menjadi hening, ia mengangkat kepalanya, dia malah menangis diam. Saat mendengar langkah kaki mendekat, Rayna tidak peduli. 

Ia menangis bukan karena sakit ataupun malu. Tapi karena kesialan di kehidupan pertamanya terbawa ke sini. Yaitu kesandung. Padahal, tanah rata dan tidak ada batu sedikit pun, tapi Rayna tersandung begitu saja.

Rayna merasa kesal dan sedih.

Tiba-tiba Rayna merasakan tangan seseorang membantunya bangun. Rayna bukannya bangun, ia malah terduduk dengan tangannya kotor menutupi wajahnya yang bercucur air mata.

“Hei, jangan nangis.” Suara lembut seseorang membuat Rayna mendongak. 

Rayna tertegun. Apakah dia bermimpi?

Bagaimana tidak? Saat ini dia di kelilingi lima cowok tampan. Yang membuatnya termangu adalah, mereka semua protagonis!

Tangisannya berhenti. Rayna menatap wajahnya satu persatu. Dengan mata dan hidung memerah, Rayna bertanya polos, “Kalian ngapain di sini?”

Saat Rayna bertanya, para cowok itu baru sadar bukan hanya mereka sendiri yang menghampiri Rayna. 

“Woy! Dia cewek mana?! Kok bisa di kelilingi pangeran kitaa!!”

“Anjirlah, suami gue.. “

“Sikirinshott! Sikirinshot!! Momen langka! Semua pangeran tengah berkumpul!!”

“Ketos gue..”

“Ahh, Amzar! Pacar gue kenapa di sana!”

Teriakan di sekitar kembali ramai. Rayna menatap sekeliling dengan pipi memerah. Ia langsung mengambil tangan Arsa, “Sa! Ayo ke kelas! Gue maluu..”

Atensi kelima pria itu kembali pada Rayna, Arsa tersenyum, namun ekspresi keempat lainnya terlihat suram saat melihat tangan Rayna yang memegang tangan Arsa.

“Rayn, lutut lo luka. Gue anter ke UKS gimana?” Ucapan Amzar membuat semua mata itu tertuju pada lutut Rayna yang memang berdarah.

Ekspresi mereka langsung khawatir.

“Gue aja yang bawa Rayna,” Arsa membuka suara.

Keempat cowok itu menatap Arsa dingin. Danies mengambil tangan Rayna yang memegang tangan Arsa sehingga pegangan Arsa dan Rayna terlepas. 

Lalu Danies berkata dingin, “Gak. Gue aja.”

Melihat mereka akan membuka mulut lagi, Danies langsung menggendong Rayna membuat si empu kaget. Danies melenggang pergi begitu saja meninggalkan teriakan yang lebih heboh serta keempat pemuda yang berekspresi suram itu.