Di balik wanita yang selalu di bully dan di hina culun ini ternyata mempunyai kehidupan yang begitu misterius dan tidak ada yang mengetahui siapa dia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xialin12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 02
Keesokan harinya Xixi dan Lulu juga melihat Leon duduk di kursi yang sama. Entah sejak kapan kursi itu seperti sudah menjadi hak milik bagi laki-laki itu.
Sementara Xixi terpaksa harus duduk di kursi yang lainnya, meskipun dia tetap memilih untuk duduk di deretan paling akhir.
Setelah mata pelajaran selesai, Xixi membereskan buku-bukunya dan berniat untuk pergi dari kelas itu.
"Kau, namamu Xixi?" Tanya Leon dengan suaranya yang cukup berat namun enak di dengar.
Xixi menoleh dan menatap Leon, dia lalu membenarkan kaca matanya.
"Iya, aku Xixi." Ucap Xixi pelan.
Leon mengangguk, dia lalu berdiri dan tiba-tiba merangkul bahu Xixi dari samping.
"Baiklah, kalau begitu mulai hari ini kau menjadi pacarku."
Kedua mata Xixi membulat mendengar ucapan Leon, dia tentu tidak percaya. Laki-laki yang di puja dan di idolakan di kampus tiba-tiba berkata jika dia ingin menjadikan dirinya pacaranya.
Xixi menghempaskan tangan Leon dari atas bahunya dan menatap dia dengan bingung.
"Kenapa, apa kau tidak mau menjadi pacarku?" Tanya Leon.
"Ka... Kau. Kau jangan membodohiku! Aku..."
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat pada bibir tipis Xixi dan itu membuat mahasiswa yang melihatnya berteriak dan menutup mulut mereka karena terkejut.
Leon tersenyum melihat reaksi Xixi saat ini. Terlihat bola mata yang membulat sempurna di balik kaca matanya yang besar, seolah mata itu akan loncat keluar.
"Dengan ini, kita sudah pacaran." Ucap Leon.
Plak!
Tamparan keras melayang dan jatuh tepat di pipi Leon, dan wajah Leon seketika berubah merah.
Lagi mahasiswa yang melihat ke belakang berteriak saat tangan Xixi menampar pipi Leon dengan keras.
"Siapa kau? Apa karena kau di tampan dan di sukai banyak wanita, kau jadi bisa melakukan apapun yang kau mau?" Seru Xixi pada Leon.
Xixi tampak sangat marah karena Leon dengan kurangajar telah menicuimnya, dan itu adalah ciuman pertamanya.
Leon memegangi pipi yang Xixi tampar, pipi itu terasa cukup panas akibat tamparan yang lumayan keras.
"Heh, apa kau pikir aku benar-benar menyukaimu?" Ucap Leon dengan nada menghina.
"Apa?"
"Yo! Aku berhasil mencium bibirnya. Berikan uang taruhannya padaku." Teriak Leon pada teman-temannya yang ada di luar kelas.
Beberapa orang masuk kedalam setelah Leon berteriak.
Tangan Xixi mengepal saat mengetahui jika dirinya di jadikan bahan taruhan oleh laki-laki br*ngsek yang ada di depannya.
"Leonardo Damian. Aku sudah mengingatmu, kau akan mendapatkan balasan karena sudah melakukan ini padaku."
Dengan kesal, Xixi berlari dengan cepat keluar dari kelas.
Lulu yang melihat itu menatap Leon dengan rasa jijik.
"Benar-benar menjijikan, bagaimana bisa kakak ku berteman dengan orang menjijikan seperti mu?" Ucap Lulu.
"Kau mengatakan apa?" Tanya Leon yang tidak terima.
"Kau, Leonardo Damian. Laki-laki paling menjijikan yang pernah aku temui di dunia ini. Jangan pernah injakan kakimu lagi di rumahku! Jika tidak, aku juga akan mengusir kakak ku keluar."
Setelah mengatakan itu, Lulu langsung pergi untuk menyusul Xixi, dan meninggalkan Leon yang kebingungan.
"Apa yang dia katakan, siapa dia?" Ucap Leon bingung.
"Dia adalah Lucia Smith." Ucap salah seorang mahasiswa.
Leon terdiam, dia mengingat-ingat apa yang tadi di katakan oleh Lulu.
"Oh ****! Dia adiknya Joseph." Gumam Leon.
Setelah tahu jika Lulu adalah adik dari teman dekatnya yang tidak pernah terlihat, Leon langsung bergegas keluar untuk mencarinya. Akan gawat kalau dia menceritakan hal tadi pada kakaknya, karena pasti bisa membuat hubungan pertemanan mereka kacau.
Joseph sendiri pernah berkata jika dia sangat menyayangi adik perempuannya, dan tidak akan pernah membuat adiknya itu kecewa. Dan tentu saja, setelah Lulu tahu jika teman kakaknya adalah orang yang brengs*k, pasti dia akan membencinya.
"Ck, dimana dia. Cepat sekali sudah menghilang!" Gerutu Leon yang berdiri di koridor kampus.
*
*
Di tempat lain, Xixi tengah berdiam di atap kampus. Dia duduk di sudut atap dan tatapannya lurus ke depan.
"Leonardo Damian, kau pasti akan menyesal. Dasar brengs*k, seenaknya saja mencium ku dan menjadikan aku bahan taruhan!" Gumam Xixi.
Pintu yang menghubungkan lantai atas dan atap terbuka.
Mendengar suara pintu terbuka, Xixi yang yakin itu adalah Lulu, langsung menenggelamkan wajahnya pada kedua kaki dan berpura-pura menangis.
"Xixi." Ucap Lulu sambil berlari mendekati Xixi yang tengah menangis.
"Lulu." Ucap Xixi pelan.
Lulu langsung memeluk tubuh Xixi yang bergetar karena menangis. Dia lalu mengusap pelan punggung Xixi berkali-kali untuk menenangkannya.
"Sudah, tidak apa-apa. Aku benar-benar tidak menyangka dia adalah laki-laki yang seperti itu." Ucap Lulu.
"Lulu, tidak apa-apa jika mereka menghinaku culun atau kampungan, tapi kenapa mereka juga harus melakukan itu padaku? Apakah aku seburuk itu?" Ucap Xixi sambil sesenggukan dalam pelukan Lulu.
"Tidak, kamu tidak seperti itu. Merekalah yang buruk, sangat buruk."
Lulu melepaskan pelukan mereka dan membantu Xixi menyeka air matanya.
"Jangan menangis lagi, aku akan membuat dia menyesal. Lihat saja aku akan mengatakannya pada kakak ku."
"Kakakmu?"
"Iya, Leon dan kakak ku berteman baik. Selama ini dia tidak tahu jika kak Joseph adalah kakak ku, karena setiap dia datang ke rumah, aku tidak pernah keluar dari kamar."
"Mereka teman baik?"
Lulu mengangguk "Tapi kamu tenang saja, kakak ku tidak akan terlibat hal menjijikan seperti apa yang sudah Leon lakukan. Lagi pula kakak ku berada di universitas yang berbeda dengan kita."
Xixi mnegangguk mengerti.
"Jadi berhentilah menangis, aku akan membuat kakak ku memukuli si laki-laki gila itu."
Lulu mengatakan itu sambil mengerucutkan bibirnya, jadi bukannya takut akan ucapan Lulu, justru malah ingin tertawa karena melihat tingkahnya yang lucu itu.
"Aku sudah tidak apa-apa, terima kasih." Ucap Xixi.
"Kita adalah teman, jadi untuk apa berterima kasih seperti itu."
Xixi tersenyum, dia sangat bersyukur dan beruntung mempunyai teman yang begitu baik dan peduli padanya.
"Baiklah, ayo kita pulang." Ajak Lulu.
"Iya, ayo."
Xixi dan Lulu pun berdiri dan berjalan masuk kedalam gedung kampus.
"Aku sangat lapar, bagaimana kalau kita pergi ke kedai pinggir jalan sebelum pulang?" Ucap Lulu saat mereka tengah menuruni tangga.
"Ya itu terdengar bagus, aku juga lapar."
"Oke, sudah di putuskan."
Mereka pun langsung pergi ke kedai pinggir jalan setelah keluar dari kampus.
Sebagai anak orang kaya yang terkenal, Lulu tidak pernah memilih makanan dan tempat untuk makan. Dimana makanan itu dia rasa enak, maka disitulah dia akan makan, apakah itu di pinggir jalan atau di sebuah restoran.
Sampai di kedai, mereka memesan makanan yang mereka inginkan pada pemilik kedai.
Kedai langganan mereka tidak begitu besar, selain rasa makanan yang buat enak, kedai itu cukup rapi dan bersih. Itu yang membuat Lulu dan Xixi sering datang ke kedai itu untuk makan.
Tak berapa lama setelah mereka memesan, makanan pun datang.
"Waahh, ini terlihat lebih enak dari biasanya." Ucap Lulu.
"Hahaha benarkah? Kalau begitu cepat makan sebelum itu dingin." Ucap pemilik kedai yang juga pembuat makanan itu.
"Baik, teirma kasih paman."
Lulu dan Xixi pun menikmati makanan mereka dengan tenang.
"Setelah ini apakah kau akan langsung bekerja, Xixi?" Tanya Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya "Hari ini aku minta libur."
"Benarkah, apa boleh?"
"Tentu saja, dalam satu minggu aku boleh mengambil satu hari untuk libur."
"Oh." Lulu mengangguk mengerti.
Selesai makan mereka pun berpisah di depan kedai, karena arah mereka pulang berlawanan.
"Sampai jumpa besok." Ucap Lulu.
"Iya, hati-hati di jalan."
Mereka saling melambaikan tangan sebelum akhirnya Lulu pergi.
Bis yang biasa Xixi naiki berhenti didepan halte tak jauh dari kedai. Xixi pun terpaksa berlari agar tidak tertinggal bis itu.
Sebenarnya Xixi bisa saja naik mobil pribadi miliknya, tapi dia menolak untuk menggunakannya. Itu karena orang-orang akan curiga padanya dan identitas yang selama ini dia sembunyikan pasti akan ketahuan.