Pernikahan Arya dan Ranti adalah sebuah ikatan yang dingin tanpa cinta. Sejak awal, Arya terpaksa menikahi Ranti karena keadaan, tetapi hatinya tak pernah bisa mencintai Ranti yang keras kepala dan arogan. Dia selalu ingin mengendalikan Arya, menuntut perhatian, dan tak segan-segan bersikap kasar jika keinginannya tak dipenuhi.
Segalanya berubah ketika Arya bertemu Alice, Gadis belasan tahun yang polos penuh kelembutan. Alice membawa kehangatan yang selama ini tidak pernah Arya rasakan dalam pernikahannya dengan Ranti. Tanpa ragu, Arya menikahi Alice sebagai istri kedua.
Ranti marah besar. Harga dirinya hancur karena Arya lebih memilih gadis muda daripada dirinya. Dengan segala cara, Ranti berusaha menghancurkan hubungan Arya dan Alice. Dia terus menebar fitnah, mempermalukan Alice di depan banyak orang, bahkan berusaha membuat Arya membenci Alice. Akankah Arya dan Alice bisa hidup bahagia? Atau justru Ranti berhasil menghancurkan hubungan Arya dan Alice?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erna BM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Hari-hari berlalu. Arya mulai terbiasa dengan ritme kerja yang melelahkan. Bangun sebelum fajar, menyiapkan truk, mengangkut barang, dan mengantar ke berbagai tempat. Tubuhnya kerap terasa pegal, tapi ia tidak mengeluh.
Suatu hari, ia mendapat tugas mengantarkan besi dan baja ringan ke proyek yang agak jauh. Saat sedang melintas di jalanan sepi, truknya mengalami masalah. Ban belakang bocor.
Arya turun dan memeriksa kondisi ban. Ia mengelap keringat di dahinya, lalu mengambil dongkrak dan ban cadangan. Ia mulai bekerja mengganti ban, meski sinar matahari siang terasa menyengat kulitnya.
Tiba-tiba, sebuah mobil berhenti di dekatnya. Seorang pria keluar dari dalam mobil.
"Arya?"
Arya menoleh dan mendapati Mike berdiri di sana. Kakaknya mengenakan kemeja rapi, celana bahan, dan sepatu mengilap. Wajahnya tampak terkejut melihat Arya yang berlumuran debu dan keringat.
"Kamu kerja di sini sekarang?" tanya Mike dengan nada heran.
"Iya," jawab Arya santai.
"Jadi sopir antar barang? Kenapa nggak cari kerja yang lebih baik?"
Arya menghela napas dan menatap kakaknya dengan tenang. "Aku nggak mau terus-terusan bergantung sama orang lain. Lagipula, kerja di sini halal dan aku bisa hidup dari hasil keringat sendiri."
Mike terdiam sejenak. Ia memandang Arya, seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia hanya menggeleng pelan. "Demi bucin pada istri mudanya, akhirnya kau memilih hidup seperti ini," batinnya sambil melangkah pergi.
"Ya sudah. Hati-hati di jalan," katanya sebelum kembali masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanannya.
Arya tersenyum kecil. Ia tahu Mike mungkin masih tidak memahami keputusannya, tapi itu tidak masalah. Yang penting, ia merasa lebih tenang dan bahagia dengan hidupnya sekarang.
Dengan penuh semangat, Arya kembali ke pekerjaannya, melanjutkan perjalanan dengan truknya, dan menatap masa depan dengan keyakinan baru.
Hingga hari berganti sore, bahkan hampir gelap, Maka setelah di pastikan pekerjaannya selesai, ia pulang ke rumah.
Di rumah ia mendapati kedua istrinya. Sedangkan Alice baru selesai masak. "Kamu makan dulu yah Mas Arya. Masakan sudah matang. Aku masak sayur asem kesukaanmu, di tambah sambal terasi dan ikan asin" Ucap Alice merapihkan meja makan. Maka Arya duduk untuk makan.
"Wah, harumnya membuat perutku semakin lapar," gumam Arya sambil menyendokkan nasi.
Alice menemaninya berhadapan di depan meja menemani Arya makan.
"Kamu sendri yang masak?" tanya Arya.
"Iya, aku masak sendri. semoga kamu suka"
Arya menyuapkan sendok berisi sayur asam dan ikan Baru saja Arya menyuapkan makanan itu pada suapan yang pertama, Tiba-tiba ia membuangnya di dalam tisiu.
"Makanan apa. ini? kenapa banyak pasirnya?
" Pasir? Tadi gak ada pasirnya kok. Tadi sudah aku cuci bersih!"
Arya melepaskan garpu dan sendok. Selera makannya sudah hilang. ia menghela nafas kesal, di tambah lagi nafas lelahnya sehabis kerja berat.
Ranti menghampiri. "Sudahlah.kamu kan baru kerja keras. Jangan kesal-kesal. Lebih baik kita makan diluar aja yuk. Mungkin Alice masih kecil. Masih belum bisa masak"
"Oke.. Siap-siap kita makan diluar. Kamu mau ikut Alice?" tanya Arya bangkit berdiri.
"ngga, aku gak mau ikut. Aku sudah makan. Sudah kenyang," jawab Alice.
"Yah sudah, kalau gitu kita makan sama anak-anak aja Ar... " Ajak Ranti tersenyum puas. Sambil membayangkan saat Alice masak tadi. Hingga Alice makan sendrian di meja makan. Setelah Alice selesai makan, ia merapihkan makanan di meja makan dengan di tutupi tudung saji.
Alice masuk ke kamarnya. Namun Ranti mengambil segenggam pasir di halaman. Ia mengendap-endap masuk ke ruang makan. Membuka tudung saji, dan menaburkan pasir di genggamannya. "Kali ini aku menang, dasar perempuan tolol!" batinnya.
Sepeninggal Arya dan Ranti makan diluar bersama anak-anaknya, Alice merasa penasaran. "Dari mana pasir? Tadi aku makan gak ada pasir?" gumamnya sambil membuka tudung saji, dan memeriksa sayur asem yang di masaknya.
Ia mengorek-ngorek ke dalam mangkok sayur asem itu. Matanya membelalak. Benar saja, Pasir sebanyak itu. "Siapa yang menaruh pasir di makananku? Ini pasti ada yang taroh pasir disini. Tadi aku makan gak ada pasir kok?" Alice mengernyitkan keningnya. Apa mbak Ranti? Aaaah... Sudahlah. Mungkin aku saja yang teledor. Besok aku akan memasak lebih hati-hati lagi," gumamnya.
______
Di restauran, Arya dan Ranti bersama anak-anaknya sedang makan bersama. Sesakali Ranti menatap Arya. Menyendokkan nasi dan lauk ke piring Arya. "Makanya, kamu menikah sama anak kecil. Mana bisa masak sih, anak semuda itu!" Ujar Ranti. "Cuma bisanya merepotkan saja."
"Sudahlah, tidak perlu di permasalahkan. Kamu harus maklum kalau dia masih muda," jawab Arya.
"Papa, dede mau makan yang itu!" Ujar Dela.
"Iya iya... Sini papa ambilin!" Jawab Arya menuangkan salah satu lauk.
Ranti memandang Arya sangat dekat dengan anak-anaknya. Seharus Arya tidak menikah lagi, pikir Ranti.
Ponsel di saku Arya berdering. Arya mencoba membuka layar itu. Terlihat nama Alice.
"Siapa Ar? Alice yah? Sudahlah. Kamu makan dulu sama anak-anak. Dari tadi kamu makan selalu aja terganggu. kapan makannya?" Kasihan itu Dela mau makan sama kamu!" Ujar Ranti ketus. Menjadikan Arya memasukkan kembali ponsel itu.
Sedangkan Alice di rumah hanya sendiri mengeluh kesakitan. "Mas Arya.... kenapa tidak angkat telpon aku? Perutku sakit mas... Hiks hiks hiks... " Alice mencoba menelpon Arya kembali. Tapi sambungan telpon masih tidak di angkat. "Aduuuuh.... Sakit... Huuuu... Sebaiknya aku ke rumah sakit sekarang,"
Alice meraih ponselnya membuka aplikasi ojek online. Tangannya gemetar. Namun ia berhasil mendapatkan ojek online.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara klakson dari halaman. Dengan jalan tertatih, Alice memaksakan diri untuk melangkah hingga keluar rumah dengan perut buncitnya.
Pria supir ojek merasa kasihan melihat Alice jalan sangatlah sulit untuk melangkah sambil meringis sakit. Maka pria itu turun dari motornya, membantu Alice melangkah.
"Ibu pelan-pelan yah... Mari saya bantu. Memangnya suami ibu kemana?"
Alice kesulitan untuk menjawab, ia hanya bisa merintih sakit untuk sampai ke motor. Pria ojek naik ke motornya. Dengan susah payah, pria itu membantu Alice naik ke boncengannya. Akhirnya Alice berhasil naik, Mesin motor mulai menyala dan ngebut ke rumah sakit.
Hanya memerlukan waktu 15 menit, motor ojek sampai di halaman rumah sakit. "Terima kasih yah bang.. Sudah mau bantu saya," ucap Alice pelan
"Sama-sama Bu... Tidak perlu berterima kasih. Ini sudah menjadi tugas saya. Mari Bu, saya bantu turun"
Setelah Alice turun, pria ojek berlari ke dalam rumah sakit, memberi tahu kan kalau ada yang mau melahirkan. Secepatnya perawat mengambil brangkar menuju halaman.
Alice masih berdiri disana memegangi perutnya, dua orang petugas membaringkan tubuh Alice di atas brangkar. Dan membawa ke ruang bersalin