Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Farel Harzan
"Ayo ... kemasi barangmu," titah Yunita pada sang putri tanpa rasa iba. Mungkin karena hal itu sudah biasa di kampung mereka. Malah banyak yang pulang-pulang jadi sukses. Setelah melakukan perkawinan kontrak dengan orang kaya, kebanyakan mereka dapat pundi-pundi yang melimpah.
Tidak jauh dari rumah mereka, bahkan beberapa tahun lalu, tetangga mereka bisa membeli banyak sawah dan rumah bagus, setelah kawin kontrak dengan pria asing. Siapa tahu, nasib keluarga itu akan mujur lewat Aira. Ya, harapan besar kini ada di pundak sang putri satu-satunya itu.
"Sebenarnya tidak usah membawa banyak barang, kamu bawa barang yang penting saja."
Aira mengangguk, ia kemudian masuk ke dalam kamar, kamar yang bahkan hanya ditutup dengan kain lusuh, kamar yang tidak ada pintunya. Kemudian Yunita menyusul ke kamar itu.
Saya permisi, Non." Pamitnya pada Nita kemudian menemui Aira. Dilihatnya Aira malah duduk di tepi ranjang besi yang reot dengan seprai sobek di sana sini.
"Loh, cepet masukin barang-barangmu, Lan. Nona dari kota itu sudah menunggu." Yunita langsung mengambil tas ransel yang biasanya dipakai Aira sekolah. Dengan cepat-cepat ia memasukkan beberapa lembar baju milik putrinya.
"Bu," panggil Aira. Dalam suaranya tergambar rasa takut campur gelisah.
"Sudah, kamu jangan begitu. Itu si Wati setelah nikah kontrak dapat sawah. Bisa umrohkan bapak ibunya. Kamu jangan begini! Kamu gak mau nolong Bapakmu? Rumah ini juga kalau hujan pasti bocor, bantu keluarga keluar dari masalah ini Lan, dari pada jadi TKW, ibu gak mau, kamu pulang-pulang mati kaya anaknya bu Idris," tutur Yunita panjang lebar sembari menarik resleting tas milik Aira.
Aira yang masih belum mau menikah, apalagi tujuan menikah hanya jadi pencetak anak lalu diceraikan, tanpa ia sadari bulir bening menetes dan menyeberangi pipinya yang bersih. Meskipun orang tak punya, dan hidup dalam keterbatasan, hanya karena rajin mandi, cuci muka dengan sabun beli di warung, kulit Aira putih bersih. Boleh dibilang dia ini salah satu kembang desa.
Makanya, setelah melihat foto Aira, Nita langsung datang jauh-jauh dari kota. Kalau tidak bagus rupanya, pasti suaminya tidak mau. Dan ditambah lagi mertuanya selalu minta dia hamil, akhir-akhir ia pun memilih jalan pintas. Membayar seseorang untuk melahirkan anak untuknya.
"Apa kalian masih lama? Saya tidak bisa lama-lama di sini." Nita melirik ke kamar dengan tirai yang buluk tersebut, ia yang haus, lebih memilih menahan minum, karena takut tidak higienis.
Tap tap tap
Dua wanita keluar dari kamar, satu membawa tas, satu pagi menggandeng tangannya.
"Sudah siap?"
Yunita yang menjawab, "Sudah, Non."
"Ya sudah, ayo Aira ... masuk mobil."
Aira menatap wajah ibunya, mungkin hari ini adalah hari yang berat, ia harus meninggalkan kampung halaman, menuju kota besar untuk menjadi istri kontrak.
Yunita hanya diam, ia menepis nuraninya. Apalagi saat melirik amplop yang masih di atas meja. Itu pasti banyak sekali. Dan benar saja, setelah Aira dan orang kaya itu masuk mobil, kemudian meninggalkan rumahnya, Yunita langsung membuka isi amplop. Matanya terbelalak, melihat uang sebanyak itu.
Seketika ia berlari ke luar, melihat mobil yang sudah jauh. Kemudian menatap sekeliling, setelah itu langsung masuk rumah dan mengunci semua pintu. Yunita yang lelah dengan kemiskinan, memeluk yang itu seperti anaknya sendiri. Terlihat sekali, ia tidak memikirkan nasib putrinya.
***
Jakarta
Di sebuah rumah mewah, besar dan megah, seorang pria baru saja pulang dari kantor. Hari ini ia pulang telat karena ada beberapa dokumen penting yang harus ia periksa. Farel Harzan, pria berusia 35 tahun. Ia melonggarkan dasi, kemudian melepaskan jas yang ia kenakan. Ia berikan pada art yang berdiri sejak tadi di sebelahnya.
"Nita belum pulang?" tanya pria pemilik alis rapi dan tebal tersebut.
"Belum, Tuan."
Farel kemudian mengangguk, lalu pergi ke kamarnya. Bukannya langsung mandi, ia malah melempar tubuhnya ke atas ranjang, kemudian memejamkan mata.
Ia masih ingat, hari di mana, di kamar itu terjadi keributan besar antara dia dan Nita. Apalagi kalau bukan masalah anak. Farel anak satu-satunya dalam keluarga. Tuntutan keturunan jelas mendesak dari mama dan papanya.
Pria itu kemudian mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, terlihat menyesal karena hal gila yang ia sepakati dengan sang istri. Menyewa rahim lain, dan selama 9 bulan, Nita akan pura-pura hamil di depan keluarga besar mereka.
Mbremmm ... Terdengar deru mobil, dari suaranya Farel yakin itu istrinya. Ia pun memilih mandi, dari pada menyambut kedatangan sang istri.
Di luar rumah, Nita berjalan masuk diikuti oleh Aira di belakangnya.
"Ayo, masuk!"
Aira masuk dengan menundukkan wajah. Ada ketakutan masuk ke dalam rumah yang sangat besar itu.
"Bikkk ... Bibik."
Tap tap tap
Bibi berlari menghampiri.
"Mas Farel sudah datang?"
"Sudah, Non."
"Hemm ... siapkan kamar tamu untuk gadis ini," titahnya.
"Baik, Non."
"Aira, kamu duduk di sini. Saya temui suami saya dulu."
Aira pun mengangguk.
"Mas ... Mas ..."
Sesaat kemudian, Farel muncul dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Farel habis mandi, terlihat segar, seketika lelahnya tadi menghilang.
“Mas, aku sudah membawa gadis itu ke rumah ini," ucap Nita antusias. Suaminya menatap dengan datar. Tidak ada wanita yang terlihat senang membawa wanita lain ke rumahnya. Nita benar-benar membuatnya tidak habis pikir.
"Mas cepet pakai pakaian, temui dia. Dia ada di depan. Aku keluar dulu."
Farel yang masih pusing melihat kelakuan istrinya, memilih diam.
Beberapa saat kemudian.
Tap tap tap
"Nah, itu suami saya," seru Nita sambil menatap pria berbaju kota-kota yang melangkah ke arah mereka.
Farel balik menatap, kemudian melirik pada sosok gadis yang duduk tidak jauh dari istrinya. Kebetulan, Aira juga sempat mendongak, membuat mata mereka saling bertemu untuk sesaat. Ada rasa tidak suka saat pertama kali Farel menatap calon istri keduanya. Wanita yang disipakan oleh Nita untuk hamil anaknya. BERSAMBUNG
IG Sept_September2020
Fb Sept September
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀