Dipertemukan di sebuah masjid dengan kejadian memalukan membuat Galexia Adhara, gadis berumur 18 tahun ini menyukai sosok dokter muda.
Namun, masalahnya dokter muda yang ia sukai itu adalah kakak dari musuh bebuyutannya di sekolah.
Galexia maupun dokter muda itu pun tak sadar jika sudah mengenal sejak dulu, hanya saja jarak dan waktu memisahkan keduanya menjadi dua orang yang asing. Hingga suatu hari kebenarannya terungkap, jika dulu mereka pernah saling mengenal.
Bagaimana perjuangan Galexia mendapatkan hati si dokter muda, apakah masa lalu akan menjadi penghalang keduanya untuk bersatu ? Dan ujian apa yang datang menghampiri keduanya ? Ikuti kisah si gadis natckal ini yuk !
Sequel ISTRINYA PAK GURU ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jomblo akut
Pintu pagar dibuka, nampak olehnya sang adik Andromeda tengah bermain basket di area carport yang terdapat ring basket. Biasanya ia akan ditemani sang momy bermain basket. Perawakan dan sifat Andro layaknya Arka, tapi hobbynya seperti Shania. Beda dengan Galexia pecicilan dan sifatnya mirip Shania tapi kemampuannya lebih menyerupai Arka. Sebenarnya Galexia pintar. Namun, jika hanya pintar saja tak cukup, jika tidak dibarengi oleh rajin dan sikap yang bagus tanpa cacat. Jika saat ini Galexia kelas XII SMA maka Andro baru kelas IX SMP.
"Assalamu'alaikum," jawabnya lemas.
"Wa'alaikumsalam," jawab Andro.
"Tumben telat, biasanya juga pulang awal..ga pernah kelewat tidur siang," senyum Andro mengejek kakanya yang kerjanya pemalasan mirip harimau, sudah makan ya bobo siang. Suatu kebetulan yang sangat langka seperti pelangi setelah hujan melihat Galexia melewatkan tidur siangnya.
"Diem loe Indro !" sarkas Gale, saat ini yang ia inginkan hanyalah menyerbu kulkas dan mengambil air minum dingin dari dalamnya.
Plukkk ! bola basket terlempar dan mendarat cantik di punggung Gale.
"Njirrr ! Awas loe ya, kalo kaka lagi ga haus udah kaka sikat kamu !" pelototnya. Andro malah tertawa, ia dan kakanya adalah duet maut yang bisa membuat darah tinggi kedua orangtuanya naik. Wajah rupawan blasteran nabi Yusuf tapi sayang usilnya mengalahkan tuyul yang lagi nyuri uang.
"Sikat pake apa ka Lele ?" tanya Andro.
"Pake sikat w_c !!!" bentak Gale. Andro tertawa, tapi sejurus kemudian sepatu putih mendarat mulus di dadanya.
Plukkk !
"1 sama Ha-ha-ha!!" pekik Gale dari dalam rumah.
"Oyyy !"
"Assalamu'alaikum momy, ayah !"
"Wa'alaikumsalam,"
"Tumben ?" tanya Arka. Arka dan Shania selalu pulang sore hari, meskipun pekerjaan menumpuk. Sebisa mungkin keduanya tak pernah sampai telat, alasan keduanya adalah meluangkan waktu untuk anak-anak setiap harinya demi hubungan harmonis.
"Capek yah," ia berlari ke arah kulkas dan langsung meneguk air dari botolnya, kebiasaan buruk Gale. Setelah dahaganya hilang, ia menghempaskan badannya di sofa samping sang ayah dan menaruh kepala serta memeluk lengan ayahnya.
"Capek sih capek, tapi suami momy jangan dipeluk-peluk gini juga," Shania mendorong-dorong Gale agar menjauh dari Arka.
"Idih, udah tua juga masih cemburu, ini anak sendiri loh ! Bukan anak tetangga," sewot Gale.
"Kaka ga punya pacar apa ?!" tanya Shania.
"Kaya ga tau suami momy aja, giliran kaka jalan sama cowok, belum ada sehari dibawa ke rumah besoknya diputusin !" cebik Gale, ditertawai Shania karena sikap overprotektif Arka, sampai sekarang anak-anaknya ini harus betah dengan status jomblonya.
"Belum waktunya," jawab Arka santai. Gale beranjak menuju lantai atas ke arah kamarnya, ia merebahkan badannya di ranjang tanpa membuka seragamnya.
"Kaka !!! Jangan langsung rebahan, buka dulu seragam. Bersih-bersih dulu !!!" teriak Shania dari lantai bawah, suara 8 oktafnya bisa langsung sampai ke lantai atas, bahkan menggema memenuhi seluruh isi rumah.
"Mii, ga usah teriak-teriak juga. Samperin aja ka Gale ke atas, berisik," ujar Andro yang masuk ke dalam rumah.
"Iya Sha,"
"Males naik ke atas mas," kekeh Shania.
"Telinga masih aman kan yah ?" tanya Andro.
"Udah bolong gendang telinganya," jawab Arka datar sontak saja Andro tertawa dan Shania cemberut.
"Ihhh, awas aja kalo malem minta, ga akan Sha kasih. Hari ini mas tidur bareng Andro !" cebik Shania pergi ke lantai atas.
"Sha, becanda Sha...sayanggg !!!" susul Arka, Andro terkekeh melihat kedua orangtuanya yang semakin tua semakin bucin tak mau kalah dengan anak muda.
Galexia menatap langit-langit kamarnya dimana ada bintang dan bulan stiker glow in the dark-nya. Tapi tiba-tiba ia mengernyitkan dahi.
"Kenapa ada muka om om yang tadi ?!" gumamnya.
"Otak gue nih udah konslet kayanya ! Mesti berendam, ga tau kebanyakan makan cilor tadi. Atau karma gue yang nyela antrian cilor si Cika ?!" ia bermonolog, membuka seragamnya dan masuk ke kamar mandi.
Arka sengaja membuat kamar mandi di kamar Gale, karena putrinya ini selalu ceroboh. Ia hanya menjaga agar tak bercampur dengan Andro, karena setidaknya, meskipun adik dan kaka, kedua anaknya ini sudah akhil baligh juga memiliki sy4h_wat.
"Ka Lele !!!" ketuk Andro di pintu kamar Gale. Tak ada suara sahutan di dalam.
"Ka Le, loe tidur apa mati ?!" tanya Andro mengganggu masa tenang gadis ini. Meregangkan, merelaksasi otot badan dan juga otak yang bekerja seharian untuk belajar.
"Huffttt kimvrittt," dengus Gale. Jika bukan adiknya sendiri, mungkin Gale sudah menggantungnya di pohon cabe dan menguburnya bersama Suza_nna.
"Apa ?!" teriak Gale.
"Kata momy turun ! Disuruh makan,"
"Iya entar juga kalo laper turun, lagi mandi nih nanggung !" jawab Gale.
"Awas jangan tidur di kamar mandi loe, kalo ga mau gue bawa densus 88 buat dobrak pintu ?!"
"Loe pergi apa mau kaka siram pake minyak tanah terus kaka bakar ?!" jawab Gale, Andro tertawa. Memang paling asyik mengganggu kakanya begini, padahal Andro terkenal dingin di luaran sana.
Gale menenggelamkan kepalanya lalu segera beranjak dan memakai handuk juga berpakaian.
"Huuu, mau makan aja mesti disuruh-suruh kaya bocah !" dengus Andro sedang membaca buku pelajarannya.
"Makasih, kaka emang bocah kesayangan momy sama ayah," senyumnya menyebalkan menuju meja makan.
"Dih, pede banget !" decih Andro.
"Kemaren ada yang dateng ke rumah cewek mii, yah. Tau ngga siapa namanya ?" goda Gale membalas Andro seraya membuka tudung saji dan mengambil lauk makan.
"Siapa ?" tanya Arka di sofa, Shania ikut mendongak saat sedang mengerjakan laporan keuangan toko kue.
"Namanya Jasmine," kekeh Gale, Andro membekap mulut Gale.
"Ember!! Cepuu!" bisik Andro.
"Siapa tuh ?" tanya Shania.
"Calon-calon korban gamonnya Andro ! Hati-hati, anak gadis orang nanti niat gantung diri di pohon tomat," ujar Gale melepaskan diri dari bekapan Andro.
"Ck, pesona bujangnya momy memang luar biasa. Kaya ayahnya !" Shania menaik turunkan alisnya.
"Belum ada yang boleh pacaran, belajar dulu yang bener," jika Arka sudah berucap dengan nada datar begini, tak akan ada yang berani mendebat termasuk Shania.
"Denger kan sayang-sayangnya momy ?!" tanya Shania cari aman. Memang paling bisa momynya ini seperti bunglon.
"Denger mii," jawab keduanya.
"Keburu jadi perawan tua gue-nya," batinnya menjerit. Padahal teman-temannya di sekolah banyak yang sudah memiliki kekasih, bahkan kedua teman satu genknya semua sudah merasakan indahnya masa pacaran, hanya dirinya saja yang belum pernah. Ngenes dan menyedihkan sekali hidupnya.
"Ekhem, terus siapa yang nikahin Shania pas usia Sha sama kaya kaka Gale ?!" bisik Shania pada Arka.
"Itu beda sayang," jawab Arka.
"Beda apanya ?!"
"Beda lah, laki-lakinya kan mas !" jawabnya menutup laptop dan berdiri dari situ.
"Cih ! Emang kalo bukan mas laki-lakinya bukan cowok baik gitu ?"
"Ga jamin !" jawabnya sedikit memekik.
****
Gale sudah selesai makan, ia meraih remot televisi dan duduk di sofa dengan tangan yang meraih toples kue berisi keripik buah, produk Pawon Kurawa.
"Ko tumben telat ?" tanya Shania duduk di samping anaknya, ia tak mau kalah dalam urusan cemilan.
"Tadi kaka di kejar-kejar anak sekolah lain mii," jawab Gale. Shania selalu bisa menempatkan diri sebagai seorang ibu dan teman untuk kedua anaknya.
"Loh, kenapa ?" tanya Shania.
"Gara-gara rebutan cilor," jawab Gale.
"Hah ?! Ga salah ? Meni ga level !" decih Shania.
"Iya mii, gara-gara kaka jambak rambutnya, enak aja dia nyela antrian..ya kaka sela lagi lah antriannya ! Dia nyolot, kaka jambak !" ucapnya seakan itu adalah kebangaan tersendiri.
"Good job, kenapa ga sekalian kaka ceburin aja ke minyak panas ?" Gale menoleh menatap ibunya, lalu sedetik kemudian keduanya tertawa.
"Momy sama anak sama-sama ga bener," entah sejak kapan Arka ada disana.
Arka menjewer telinga anaknya dan menjiwir hidung istrinya.
"Aw ! Ayah,"
"Mas ih, sakit !" aduh Shania.
"Nih, kaka tuh ngikutin kamu sayang. Jadinya dia kaya gini !" Arka berjalan menuju dapur. Shania tersenyum dan mengekor lalu dengan sekali lompatan ia sudah berada di punggung Arka.
Untung saja badan tegap ini masih kokoh. Gale dan Andro sudah terbiasa dengan kelakuan sepasang kekasih ini. Jahat sekali mereka tak membiarkan kedua remaja ini berpacaran sedangkan mereka selalu beromantis-romantis ria.
Mendadak bayangan pria sore tadi memenuhi otaknya. Membayangkan betapa asyikna menyentuh hidung si pria manis gula aren. Menyentuh rahang tegas dan mata tajam bak elangnya, jangan lupakan bibirnya yang sexy kaya minta di bubuhin stiker, sold out. Sepaket badan atletisnya, yang minta dijadikan sandaran hidup.
"Ini sejak kapan otak gue jadi ga waras gini ?!" benaknya, Gale memutuskan untuk kembali ke kamar.
Di tengah keasyikan mereka, tiba-tiba ponsel Shania berdering.
"Ya yah ?"
(..)
"Apa ?! Bunda masuk RS ?"
(..)
"Oke, Sha sama mas Arka kesana sekarang !"
Shania menutup panggilannya,
"Kenapa Sha ?" tanya Arka.
"Bunda masuk RS mas," dengan gerakan cepat Shania ke lantai atas.
"Kaka Gale, Andro jaga nenek. Ayah sama momy ke RS dulu," pinta Arka.
"Oma kenapa ?!" tanya mereka.
"Darah tinggi sama diabetesnya tinggi lagi," jawab Shania cepat dari atas.
"Kaka ikut ?!"
"Tunggu aja di rumah."
.
.
Noted :
*Gamon : gagal move on.
bingung koment apa
saaaaa kingggg candu nyaaa sama karya author 👏👏👏💃💃💃