Lensi Deva Gumilang. Seorang anak kandung yang tersisih. Anak pengusaha ternama, namun lebih bahagia hidup di dunia hitam. Siapa sangka pergaulannya di dunia itu, menjadikan dirinya dijuluki sebagai Dewi judi.
Lensi seorang gadis lulusan design. Menjadi seorang model busana muslim. Prkerjaan sampingan yang tidak seorangpun tahu, kecuali sahabat setianya. Perjodohan bisnis yang dilakukan ayahnya membuat dirinya kabur dari rumah, dan mengikuti perjudian kelas kakap. Lensi memenangkan hasil perjudian 300 milyar dan dikejar oleh bandar judi. Hingga dirinya masuk kedalam kawasan terlarang dari dunianya, dan bertemu seseorang yang mampu menggetarkan hatinya.
Akankah Lensi selamat? apakah Lensi mampu menundukkan hati pria pujaannya?
Yuk kepoin kisahnya🙈🙈🙈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neti Jalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Kalah Maning
Trotototot
Tot
Tot
Suara bising dari motor Okta sudah terdengar meski dari jarak 200 meter. Wajah Okta cengar cengir dari kejauhan, karena dirinya tahu kalau dia sudah terlambat hampir 1 jam lamanya.
"Jangan pada ditekuk begitu dong. Biasa ini laki gue mogok di tengah jalan. Maklum kurang service diye," ujar Okta setelah mematikan mesin motornya yang berisik.
Riko menghampiri Okta dan meraih botol minuman dan kacang kulit yang dibawa gadis itu. Sementara itu Lensi tengah berbaring telentang sembari menyilangkan salah satu kaki dilututnya.
"Duduk napa si Dew? kayak udah nggak punya pinggang aja loe," ujar Okta sembari melempar sebungkus kacang kulit diatas perut Lensi.
"Loe kelamaan. Jadi pada ngantuk ini," ucap Lensi.
"Tenang. Gue bawa permen kopi biar melek," ujar Okta sembari memperlihatkan sebungkus permen kopi pada teman-temannya.
"Ah...gue kira apaan. Kagak menpan kali Ta," ujar Riko.
Bukkkk
Okta sedikit melempar sekotak kartu diatas meja, sembari dirinya duduk disalah satu sudut meja.
"Udah. Jangan kebanyakan bacot. Pokoknya malam ini adalah malam kekalahan kalian semua. Gue yang bakal menang. Taruhan kita naikkan menjadi 200 ribu," ujar Okta.
"Widih...lagi banyak duit loe Ta? biasanya juga cuma sanggup ceban," tanya Riko.
"Ho'oh. Celengan emak lagi loe bedel?" tanya pak Karman.
"Enak aja. Itu udah seminggu yang lalu." Jawab Okta.
"Jadi celengan siapa lagi?" tanya Mawan.
"Celengan adik gue." Jawab Okta.
"Dasar mpok durhaka loe," ujar Riko.
"Celengan adek gue ini, bukan adek elu tong." Jawab Okta.
"Ya udah cepat bagikan kartunya," ujar Lensi.
Riko mulai mengocok kartu selama hampir 10 detik. Sebenarnya Lensi sama sekali tidak tertarik lagi bermain judi dengan uang kecil seperti sekarang ini. Hanya saja dia menemui teman-temannya karena ingin menghilangkan rasa suntuknya. Saat ini dia tengah gila main judi secara online. Judi yang tengah digandrungi banyak orang. Bahkan Lensi selalu memenangkan judi online puluhan juta dalam dua hari sekali.
Tap
Tap
Tap
Riko mulai membagikan kartu diatas meja. Semua orang meraih kartu yang sudah dibagikan, dan melihat peruntungan selanjutnya. Ada yang memegang dagu, ada yang melintir kumis, dan ada yang menggaruk-garuk kepalanya.
Tap
Tap
Tap
Tap
Satu persatu mereka perang kartu, dengan mengeluarkan berbagai ekspresi. Hanya Lensi yang tidak pernah mengeluarkan ekspresi apapun tiap kali dirinya bermain judi.
"Ah...kartu semprul. Jelas kalah ini mah," ujar pak Karman yang menyerah dan lansung melempar kartunya diatas meja.
"Ho'oh. Apes mulu," disusul Mawan.
Tinggallah Riko, Lensi dan Okta yang masih bertahan dengan pertarungan sengit.
"Sialan. Kalah maning," Riko menyerah sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Jangan banyak bacot. Keluarin duit loe pada. Malam ini gue Dewi judinya," ujar Okta.
"Mimpi aja di gedein," ucap Riko sembari merogoh uang 200 ribu dari kantong celananya.
"Kalau kalah nangis nggak nih?" tanya Lensi.
"Malam ini loe yang kalah." Jawab Okta.
"Ya udah keluarin aja semua kartu loe," ujar Lensi.
Pakkkk
Lensi mengeluarkan kartunya diatas meja. Mata Okta terbelalak saat melihat jenis kartu yang Lensi keluarkan. Tentu saja dirinya kalah telak.
"Sial. Kok bisa sih Dew? loe curang ya? pasti loe nyumputin kartu lain dibadan loe ya?" tanya Okta tak terima.
"Sembarangan loe. Kalah ya kalah aja." Jawab Lensi.
"Ho'oh Ta. Kali aja diputaran kedua loe menang," timpal Mawan.
"Hufftttt...dua ratus ribu lagi," ujar Okta yang penasaran.
Sementara itu Lensi mencium uang 800 ribu dari teman-temannya.
"Lumayan nih buat top up ntar malam," ujar Lensi sembari terkekeh.
"Loe maen online juga nyet?" tanya Riko.
"Oh ya iya dong. Main receh cukup sama kalian saja." Jawab Lensi dengan sombongnya.
"Pernah menang Dew?" tanya Pak Karman.
"Nggak pernah kalah." Jawab Lensi.
"Berapa banyak duit yang sudah loe manangin?" tanya Mawan.
"Seratus juta lebih." Jawab Lensi.
"Apa???" Okta dan kawan-kawan terjengkit kaget.
Hap
Okta merampas uang 800 ribu dari tangan Lensi.
"Woy...duit gue itu," ujar Lensi.
"Duit loe apaan? teman Dzolim loe. Loe itu berarti bukan lawan kita-kita. Beraninya loe nindas kaum teri kayak kita. Sono mainnya ke klub Casino," ucap Okta.
"Ho'oh Dew. Loe punya kemampuan gitu harusnya main sama pemain kelas kakap dong. Jangan main sama ikan ****** kayak kita," timpal Pak Karman.
"Jadi nggak Sah ya permainan yang tadi? kita main ulang kalau gitu," ujar Riko.
"Setuju." Jawab Karman.
"Dasar nggak sportif loe pada. Masak gue cuma liatin kalian main kayak kambing congek?" tanya Lensi.
"Sana top up. Loe bisa main sembari nungguin kita," ujar Riko.
"Ah...sialan bener-bener deh," ujar Lensi.
Lensi beranjak dari duduknya, dan pergi ke salah satu mini market buat top up dana salah satu aplikasi perjudian di ponselnya. Namun saat dia akan kembali ke pondok tempat temannya berkumpul, ditengah jalan dirinya melihat sebuah mobil yang di cegat oleh beberapa preman.
Tap
Tap
Tap
Bagh
Bugh
Bagh
Bugh
Seorang pemuda di keroyok, sementara seorang ibu-ibu menjerit ketakutan di dalam mobil.
Hap
Tap
Tap
Tap
Lensi menangkis serangan salah satu preman yang akan menusuk pemuda itu dengan pisau.
Zrassssss
Tangan Lensi terkena sabetan pisau. Darah mengucur dari lengannya.
Tap
Tap
Tap.
Bagh
Bugh
Bagh
Bugh
"Ahhkkkhh...." salah seorang preman tangannya dipelintir oleh Lensi.
"Anak buah siapa loe?" bisik Lensi.
"Bos Arman." Jawab pria dewasa itu.
"Bilang sama dia. Lensi yang gagalin usaha kalian. Yang kalian rampok tunangan gua," ujar Lensi asal.
"Baik." Jawab Pria itu.
Lensi melepaskan orang itu, dan preman itupun memberikan kode pada teman-temannya agar segera mundur.
Lensi segera menaiki motor sportnya, pemuda yang dia tolong pun berusaha memanggilnya.
"Tunggu!"
Namun Lensi sudah menghilang dikegelapan malam.
"Masya Allah. Siapa gadis itu? dia tadi terluka di lengannya karena menahan pisau yang akan menusukmu," ujar Aisyah.
"Alhamdulillah umi. Mungkin itu adalah bentuk pertolongan Allah, sehingga kita dijauhkan dari balak."
"Ya Allah. Kasihan sekali dia. Dia pasti kesakitan sekarang. Kita bahkan belum sempat berterima kasih sama dia," ucap Aisyah.
Mata pemuda itu kemudian tertuju pada satu benda yang tergeletak di tanah. Sebuah kalung indah milik Lensi yang terjatuh saat bertarung. Sebuah kalung pemberian ibunya sebelum meninggal.
"Apa itu milik gadis tadi?" tanya Aisyah.
"Sepertinya iya."
"Kalau begitu simpanlah. Jika memang itu rejeki dia, pasti akan kembali lagi pada tuannya," ujar Aisyah.
"Iya."
Pemuda itu menggenggam erat kalung itu. Namun sangat disayangkan, dirinya tidak mengingat dengan jelas wajah gadis yang sudah menyelamatkan nyawanya itu.
males ah klu rebut rebut