El-Syakir namanya. kehidupannya biasa saja sama seperti manusia pada umumnya. hingga suatu hari ia mengalami kecelakaan dan akhirnya ia dapat melihat mereka yang tidak terlihat
mata batinnya terbuka dan bahkan banyak dari mereka yang meminta bantuan padanya. berbagai rangkaian kejadian ia alami.
ia bertemu dengan hantu anak remaja laki-laki yang akan mengikutinya kemanapun ia pergi.
"bantu aku mencari siapa pembunuhku dan aku akan membantumu untuk menolong mereka yang meminta bantuan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2
"kira-kira nilai kita tinggi nggak ya le" ucap Vino meneguk minumannya
"tunggu, gue terawang dulu" leo menutup matanya dan jari telunjuknya ia simpan di dahinya
"abu-abu Vin" ucap Leo membuka matanya
"artinya...?" tanya Vino
"yaaa dua kemungkinan antara tinggi dan rendah" leo mengunyah makanannya
"makanya, kalau disuruh belajar ya belajar. main Mulu kerjanya" timpal El
"otak gue kalau soal pelajaran eror mulu kerjanya" ucap Vino
"elu emang suka eror biar bukan waktunya pelajaran" cibir Leo
"apakah gue harus menabrakkan diri di mobil, terus kepala gue terbentur lalu otak gue bisa normal...?" tanya Vino
"bahlul. yang ada elu malah game over Maemunah" leo menggeplak kepala Vino
"jadi almarhum" ucap El
"tau ah" Vino membuka bungkusan kacangnya dan memakannya
karena jam istrahat, mereka menggunakan kesempatan itu untuk nongkrong ditempat biasa mereka sering berkumpul.
"kalian sering nonton berita nggak akhir-akhir ini...?" tanya Leo
"gue sih nggak terlalu sering nonton berita. tapi ya kata nyokap gue berita akhir-akhir ini tentang pembunuhan berantai. ada-ada saja yang mati" jawab Leo
"motifnya apa coba sampai membunuh gitu. nggak punya hati nurani banget" ucap El
"percintaan, harta atau semacamnya mungkin. zaman sekarang banyak manusia yang dibutakan oleh cinta dan juga banyak yang tamak karena harta. kedua hal ini terkadang adalah penyebab seseorang masuk jeruji besi" timpal Leo
"cinta oh cinta, kau sungguh merumitkan" ucap Vino
"ck...harta lebih rumit bro. elu pikir nyari harta gampang apa. tanpa harta cewek mana yang mau sama cowok kere tapi coba kalau elu punya banyak uang, beuuh dijamin cewek-cewek pada namplok sama lu kawan" ucap Leo
"itu artinya dia hanya mau sama uangnya kita saja. malas gue kalau cewek modelan kayak gitu" ucap El
"terus cewek modelan yang kayak gimana yang menjadi idealmu...? tanya Vino penasaran
"banyak dan salah satunya paham agama" jawab El
"wanita solehah. hummm, si Nisa kayaknya paham agama tuh, pakai hijab, santun, lemah lembut tapi kenapa elu nggak mau sama dia...? tanya Leo
"apaan sih, jangan ngomongin orang, nggak baik" tegas El
"iya iya" jawab keduanya
jam kedua pun segera dimulai, mereka yang berada di luar kelas langsung memasuki kelas masing-masing.
kriiiiiing....bel pulang berbunyi
"akhirnya pulang juga" girang Vino
mereka bertiga mengambil tas dan keluar kelas menuju parkiran. El akan diantar pulang oleh mereka.
"kita nongkrong dulu yuk, jangan dulu pulang" ucap Leo
"boleh tuh" sahut Vino
"nggak bisa. gue harus pulang sekarang, itu pesan bokap" ucap El
"yah elu nggak asik banget El. ayolah, kita kemana gitu udah lama tau kita nggak nongkrong semenjak kita di skors satu minggu" ucap Vino
"kita di skors itu juga gara-gara elu Maemunah" kesal El
"iya iya maap...tapi ayo dong nongkrong" kekeh Vino
"nggak bisa, gue harus pulang sekarang itu pesan bokap. mendingan kalian juga pulang deh, nggak usah keluyuran. nggak takut apa kalian, di luar sana lagi rawan pembunuhan" ucap El
"ok gini aja. gimana kalau nongkrongnya di rumah elu aja, sekalian kita nginap. ngomongin tentang pembunuhan gue jadi takut, dirumah nggak ada siapa-siapa selain bi Ira dan pak Adit. bokap nyokap gue lagi ke luar kota" usul Leo
"makanya le minta adik sama nyokap lu, biar lu ada teman main" ucap Vino
"udah Segede gini gue mau punya adik...ogah. jadi gimana, bisa nggak...?" ucap Leo
"ya udah ayo. tapi kalian harus tetap izin. Vino, elu telpon orang tua lu dan untuk leo elu telpon bi Ira biar dia tau kalau elu di rumah gue" ucap El
"assiaaap bos" jawab keduanya
setelah mendapatkan izin, mereka segera meluncur ke rumah El. karena tidak punya kendaraan alhasil leo membonceng El dan Vino sendirian.
di perjalan Vino mengkode kedua sahabatnya untuk berhenti karena dirinya kebelet pipis.
"nggak bisa tahan apa Vin, bentar lagi juga nyampe" ucap Leo
"nggak bisa, udah diujung tanduk nih"
Vino segera berlari ke semak-semak, untung saja tempat itu sangat sepi tidak ada seorangpun yang lewat itu karena mereka mengambil jalan pintas agar cepat sampai di rumah.
setelah selesai dengan hajatnya, Vino segera kembali ke para sahabatnya namun ia tidak sengaja bertabrakan dengan seseorang.
bruukk....
"aww...maaf bang, nggak sengaja" ucap Vino
tanpa menjawab orang tersebut hanya melihat sekilas ke arah Vino dan kemudian pergi begitu saja.
Vino melihat ada bercak darah di tangannya
(kenapa tuh orang, habis berantem kali ya. pakaiannya juga aneh banget, hitam semua) batin Vino
tanpa ambil pusing, Vino kembali ke teman-temannya.
"lama banget sih lu Vin" ucap El
"tadi gue nabrak orang jadinya lama. ayo lanjut" jawab Vino
mereka kembali melajukan kendaraan dan beberapa menit sampailah mereka di rumah El.
"kakak baru pulang...?" tanya Alana yang berada di teras rumah
"iya. kamu pulangnya diantar ayah kan...?" ucap El
"nggak, Lana naik angkot. soalnya ayah lagi sibuk di toko
"hai Lana" sapa Leo
"hai juga kak Leo" sapa Lana balik
mereka semua duduk di kursi yang ada di teras rumah.
"terus ibu mana...?" tanya El
"biasalah, ibu lagi ngurus laundry" jawab Alana
keluarga mereka mempunyai minimarket, menjual apapun untuk kebutuhan masyarakat terlebih lagi untuk kebutuhan para ibu-ibu.
karena tidak ingin santai di rumah, ibu Arini mendirikan laundry dan alhamdulihnya banyak orang yang menjadi langganannya.
"kamu kok nggak bantuin ibu...?" tanya El
"Lana mau ke rumah Meri kak, mau kerja tugas kelompok" jawab Alana
"biar Kakak antar" ucap El
"nggak usah, Meri mau jemput Lana kok. nah itu dia udah datang" Meri datang dengan sepeda motornya
"ayo Na" ajak Meri
"Alana jalan dulu ya kak" assalamu'alaikum
gadis itu mencium tangan kakaknya dan juga tangan Leo dan Vino. Meri pun berpamitan kepada mereka kemudian pergi meninggalkan halaman rumah.
"masuk yuk" ajak El
ketiga remaja itu masuk ke dalam rumah. karena belum melaksanakan sholat dzuhur, mereka sholat terlebih dahulu di mushola yang di sediakan di rumah itu untuk tempat mereka beribadah.
orang tua El-Syakir menyediakan ruang khusus untuk tempat mereka beribadah.
kruuuk.... kruuuk
setelah sholat tiba-tiba perut Vino berbunyi, kedua sahabatnya itu melihat ke arahnya.
"hehehe" Vino cengengesan dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"penghuni perut gue udah demo nih minta jatah" ucap Vino
"kalau gitu ayo kita makan, gue juga udah lapar" ucap El
segera mereka beranjak menuju meja makan. di atas meja sudah tersedia berbagai macam lauk.
dengan lahap mereka menyantap makanan itu. terlebih lagi Vino, ia makan seperti orang yang tidak makan seharian.
"pelan-pelan Vin, elu makan kayak anak kecil saja" tegur Leo
"abis gue lapar banget Le" jawab Vino
"masakan tante Arini emang the best, gue harus sering-sering ke sini nih" ucap Leo
"kalau kalian sering ke sini yang ada kita malah bangkrut karena elu berdua makannya banyak" cibir El
"tenang aja, gue akan bawa beras satu karung...kalau perlu dengan tokonya gue bawakan sekalian" jawab Leo
"bagus...bagus...dan gue hanya bawa diri saja" ucap Vino
selesai makan mereka menonton televisi di ruang tengah. rumah keluarga El sangat sederhana, dengan halaman luas di depan, dan juga di belakang rumah.
laundry ibu Arini tidak jauh dari rumah mereka, hanya beberapa meter saja sudah sampai. terkadang El dan Alana membantu ibunya mencuci bahkan menyetrika pakaian langganan ibunya.
untuk toko minimarket mereka lumayan jauh karena ayah Adnan mendirikannya di tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan tentu saja dengan keadaan yang strategis ramai pengunjung.
**pemirsa, hari ini ditemukan lagi mayat seorang wanita di sebuah kebun pisang para warga. mayat itu memiliki luka bacok yang sangat banyak.
tempat kejadian berada di jalan xxx, di tempat itu memang jarang orang yang berlalu lalang membuat sang pelaku dengan sangat mudah menghabisi korban**.
"lah loh...itu kan tempat tadi kita lewat" tunjuk Vino di televisi
"benar-benar, astagaaaa....kita kok nggak dengar ya kalau ada suara yang minta tolong" ucap Leo
"benar-benar biadab orang yang membunuhnya" geram El
seketika Vino teringat dengan seseorang yang ia tabrak tadi.
"jangan-jangan pelakunya orang yang gue tabrak tadi" ucap Vino
"emang yang lu tabrak itu gerak-geriknya mencurigakan...?" tanya El
"banget. malah gue lihat ada bercak darah di tangannya terus ya pakaiannya serba hitam semua" jawab Vino
"elu liat mukanya nggak...?" tanya Leo
"nggak, soalnya ia tutupi dengan topinya, terus dia pakai masker" jawab Vino
"fix...pasti orang itu pelakunya" ucap Leo
"gue jadi khawatir sama Alana. udah sore gini dia belum pulang juga" El melihat jam tangannya
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
"ibu udah pulang...?" tanya El
"udah, loh ada nak Vino sama nak Leo" jawab ibu Arini
"iya, apa kabar tante" Leo mencium tangan ibu Arini diikuti oleh Vino
"Alhamdulillah tante baik" ibu Arini tersenyum lembut
"maaf ya Bu, El nggak bantuin ibu tadi" ucap El
"nggak apa-apa, lagipula ada Sinta dan Dian" ucap ibu Arini. Sinta dan Dian adalah pegawainya
"adik kamu mana El...?" tanya ibu Arini
"tadi dia izin pergi kerja tugas Bu sama Meri tapi sampai jam segini dia belum pulang juga"
"ya Allah ini sudah sore, sebentar lagi magrib. kamu pergi susul dia, ibu khawatir kalau dia pulang sendirian" ucap ibu Arini
"baik Bu"
"kami ikut El" ucap Leo
"ayo" ajak El
setelah berpamitan mereka segera pergi menyusul Alana. beberapa menit mereka sampai di rumah Meri.
"assalamualaikum"
"wa alaikumsalam"
pintu rumah di buka dan pas sekali Meri sendiri yang membuka pintu.
"loh kak El, ada apa...?" tanya Meri
"Alana ada...?"
"Alana sudah pulang kak. tadi aku mau antar tapi dianya nolak dan katanya mau singgah di minimarket sekalian dia pulang sama-sama dengan om Adnan" jawab Meri
"ya udah, makasih ya Mer"
"iya kak"
mereka segera berbalik haluan menyusul Alana.
Alana berjalan sendirian menuju minimarket ayahnya namun ia merasa ada yang mengikutinya di belakang.
Alana sengaja mengambil jalan pintas karena jalan itu cepat sampai di minimarket dan dia selalu melewati jalan itu saat dari rumah Meri. bahkan ia pernah melewatinya bersama El.
hari sudah malam, magrib menghampiri. dengan perasaan was-was Alana berjalan cepat namun ia seperti mendengar suara langkah kaki yang mengikutinya.
Alana menoleh ke belakangnya dan ia melihat seseorang memakai serba hitam berdiri tidak jauh darinya.
segera saja Alana berlari sekuat tenaganya, orang itu mengejarnya dengan pisau tajam berada di tangannya.
"aaaa ayah...kak El" teriak Alana saat orang itu berhasil menggapainya
"woi... lepasin adik gue brengsek" teriak El dari kejauhan
mereka segera berlari menghampiri Alana, orang tersebut melarikan diri.
El segera mengejarnya bersama Vino, sedangkan Leo membawa Alana ke minimarket ayahnya yang sudah berada di depan gang.
"berhenti woi, gue habisi lu" teriak El dengan emosi
orang itu tetap saja berlari hingga ke jalan raya dan ia menyebrang secara paksa.
El mengejarnya, Vino tertinggal di belakangnya karena menunggu lampu merah. di saat El terus mengejar, sebuah mobil yang sangat cepat datang menabrak dirinya.
braaakkk....El melayang di atas mobil itu dan
bruukk...ia jatuh di belakang mobil
"El-Syakir" teriak Vino
Vino segera berlari menghampiri El yang sudah bermandikan darah. orang-orang mulai berdatangan dan mobil itu dihentikan oleh massal.
perlahan mata El tertutup hingga akhirnya ia tidak sadarkan diri.