"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perbedaan
Di kamar tidak luas itu, seorang gadis bermata bening memakai mukena putih menengadahkan kedua tangan. Di sepertiga malam ini ia memohon agar Allah Swt. memudahkan segala urusannya. Berharap ia bisa lebih sabar lagi dalam menjalani kehidupan.
Setelah mengusapkan tangan ke wajah, gadis itu membuka sebuah kitab yang ia ambil di atas meja belajar. Membacanya dengan syahdu. Al-qur'an memanglah sangat ampuh menghilangkan rasa gelisah yang ada di dada. Sesibuk apapun kita, cobalah biasakan diri membaca Al-qur'an setiap harinya walaupun cuma satu ayat. Itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Tepat saat gadis bernama Rahma itu menutup Al-qur'an, suara azan terdengar. Gadis itu dengan khusyuk mendengarkan hingga selesai lalu berdoa. Ia sempatkan salat sunnah 2 raka'at terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat subuh. Salat sunnah Qabliyah subuh.
***
"Biar ibu aja, Nak!" Fatimah yang baru saja masuk ke dapur menegur anaknya. "Mendingan kamu siap-siap ntar telat!"
Pisau yang dipegang sang putri untuk memotong sayuran, ia ambil alih.
"Tapi Bu-
"Sekolah kamu lebih penting dari ini." Ia memotong ucapan putrinya. "Ini pekerjaan ibu bukan kamu."
Menghela nafas, Rahma pasrah. "Baiklah, Bu. Aku siap-siap sekarang," balasnya lalu pergi.
***
Pagi ini matahari bersinar cerah. Setelah turun dari angkot ayahnya Rahma melangkah menuju gerbang. Kerudung putihnya diterpa angin saat ia berjalan. Padangan siswa-siswi tampak merendahkan membuatnya tidak nyaman. Gadis itu mempercepat langkah hingga tanpa sengaja menabrak seseorang. Seseorang yang tidak ia temui hari ini, esok, atau nanti.
"Maaf," ucapnya pelan.
"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maaf Rahma, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya mata tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Setelahnya pemuda itu pergi membawa kekesalan di dalam dada. Awas aja ia akan membalas gadis ini, tekadnya dalam hati.
"Padahal nggak sengaja." Rahma menghela nafas, berurusan dengan orang tadi pasti masalah akan berujung panjang. Rahma ingat bagaimana orang itu membulinya, tertawa saat berhasil mengerjainya.
Menguatkan mental, ia melanjutkan perjalanan menuju kelas.
***
"Kamu kenapa?"
Gadis cantik berambut panjang bertanya saat Ridho memasuki kelas dengan wajah masam.
Melihat Ridho hanya diam ia bersuara lagi. "Cewek aneh itu lagi?" tebaknya.
Pemuda itu meliriknya sekilas. "Hmm."
"Kenapa tuh orang selalu bikin masalah terus sama kamu," dumel gadis itu.
Ridho tak menghiraukannya. Pemuda itu menuju bangku dan tidur disana. Ransel yang cuma berisi satu buku ia alaskan ke kepala. Semalam ia pulang pukul tiga dini hari sehabis nongkrong dengan teman-temannya. Rasanya ia mengantuk sekali. Ridho menguap lebar lalu memejamkan mata.
Di saat bersamaan Rahma muncul di depan kelas. Memasuki kelas setelah mengucap salam yang dijawab ogah-ogahan bagi sebagian orang di sana. Duduk di bangku yang hanya dihuni ia sendiri. Tidak berdua seperti yang lain. Tidak ada yang mau duduk di sampingnya. Tidak ada yang mau dekat-dekat dengannya. Tidak ada yang mau berteman dengannya.
Perbedaan kasta sangat kentara sekali di sini. Orang-orang menyisihkannya karna tak punya. Anak tukang angkot dan penjual gado-gado, yang pasti membuat mereka malu jika berteman dengannya.
Terimakasih telah membaca😇