NovelToon NovelToon
PENGASUH TUAN LUMPUH

PENGASUH TUAN LUMPUH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintamanis
Popularitas:3.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: Chyntia R

Raya Syakila harus menerima nasib buruk saat ia pulang ke Indonesia. Rumah mewah orangtuanya telah di sita dan keluarganya jatuh miskin seketika.

Dia harus bekerja sebagai pengasuh seorang pria tampan yang lumpuh bernama Nevan, semata-mata karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chyntia R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2 - Kau tahu namaku?

Malam menjelang, Raya yang baru saja selesai menelepon pihak Rumah Sakit untuk menanyakan keadaan sang Mama, harus buru-buru keluar kamar karena suara Nimas memanggilnya.

Dia segera menyeka airmatanya sendiri akibat sempat bersedih mengenang semua kejadian bertubi-tubi yang menimpa keluarganya.

"Ada apa, Mbak?" Raya menemui Nimas di depan pintu dengan wajahnya yang sembab.

"Kamu gak apa-apa, Ray?" tanya Nimas yang melihat semburat kemerahan dimata Raya.

Raya menggeleng keras. "Apa Tuan Nev perlu sesuatu?"

Nimas buru-buru teringat hal apa yang membuatnya memanggil Raya tadi.

"Iya, itu ... Tuan Nev sepertinya manggil kamu."

"Hah?" Raya terkesiap lalu buru-buru berlari menuju arah kamar Nev sampai ia lupa mengucapkan terima kasih pada Nimas yang sudah memberitahunya.

Sesampainya di depan pintu Kamar majikan barunya itu, dia sedikit gugup karena dia belum terbiasa dengan kondisi ini.

Tok tok tok ...

Raya memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar Nev.

"Tuan, ini saya Raya." ucapnya pelan.

Raya sungguh merasa aneh dengan pekerjaan barunya. Karena jujur saja, dia yang dulu adalah seorang gadis yang semaunya sendiri dan sulit untuk mengontrol emosi.

Sedangkan sekarang, dia harus membiasakan diri bersikap lembut lalu menahan kesabaran untuk menghadapi berbagai sifat dan watak orang-orang yang mengatasnamakan sebagai Atasannya.

Raya pikir Nev akan sedikit menjerit untuk menyuruhnya masuk kedalam kamar, nyatanya pintu kamar itu terbuka dari dalam lalu menampilkan wajah datar Nev.

"Mana obatku?" tanya Nev dingin.

"O-obat?" Raya sedikit mengernyit heran.

"Ya, aku mau tidur. Aku akan meminum obatku sebelum tidur." sahut Nev tetap datar tanpa ekspresi.

Raya semakin bingung, dia tidak tahu jika Nev harus minum obat atau semacamnya, dia hanya tahu mengurus kebutuhan Nev seperti makan, minum dan kalaupun Nev membutuhkan bantuannya soal obat, dia mungkin hanya bisa menyediakan air minum tanpa tahu dimana letak obat Nev berada.

Bukannya bertanya, Raya malah menyengir didepan Nev yang terduduk kaku dikursi rodanya. "Saya-saya tidak tahu dimana obatnya." akunya jujur.

Nev masih tetap datar sembari mengendikkan dagu ke arah dalam kamarnya, sebagai isyarat bahwa Raya harus masuk ke dalam kamar untuk mencari obat itu.

Raya menautkan kedua alisnya, kemudian paham dan melangkah masuk ke kamar Nev.

Kamar yang sangat dingin seperti yang menempatinya.

Nev terdengar mengembuskan nafas kasar, "Ternyata kau benar-benar tidak mau menggunakan mulutmu untuk bertanya," gerutu Nev seraya memacu kursi rodanya menuju nakas.

Raya terkesiap sadar akan sindiran Nev itu, dia tahu seharusnya dialah yang bertanya pada Nev dimana letak obatnya dan berinisiatif mengambilkan obat itu.

"Sudahlah..." kata Nev dengan mendengkus sebal. "Ambilkan saja aku air minum." gumamnya pelan yang masih dapat didengar Raya.

"Baik, Tuan Nev..." jawab Raya mencoba sopan, tapi Nev langsung memutar kepalanya demi melihat wajah Raya.

"Kau tahu namaku?" tanyanya heran.

"Iya, Tuan. Ada yang salah?"

Nev tersenyum kecil, senyum yang membuat mata Raya membola karena terheran-heran.

Ternyata Tuan Nev bisa tersenyum juga.

"Aku pikir mulutmu itu tidak pernah menanyakan siapa namaku, tapi ternyata kau bisa tahu siapa namaku." kata Nev pelan.

"Semua orang menyebut namamu, jadi..."

"Berarti semua orang senang membicarakanku?" potong Nev.

Raya menggeleng kuat-kuat sembari mengibaskan tangannya kencang. "Tidak, Bu-bukan begitu, Tuan." Raya tertunduk.

"Cepat ambilkan saja air minumnya." ucap Nev kembali datar.

Raya pun keluar kamar dan menuju dapur, sampai didapur dia bertemu dengan Bi Asih dan Roro.

"Kenapa? Tuan Nev marahin kamu ya?" tanya Roro.

"Enggak, Mbak. Aku aja yang belum paham tugasku disini. Feli, eh maksudnya Nyonya muda juga gak memberitahu aku secara detail. Aku juga salah sih, mulutku gak banyak bertanya ..." kata Raya menggerutu.

Bi Asih dan Roro terlihat mengulumm senyuman.

"Gimana mau ngasih tahu secara detail, emangnya kamu udah ada liat Nyonya muda dirumah?" kata Roro terkekeh kecil.

Raya baru tersadar jika Feli memang tidak ada dirumah bahkan dikamar Nevan. Feli belum pulang?

"Sudah, sudah... nanti saja ngobrolnya. Anter dulu air minumnya itu." ucap Bi Asih menengahi.

Raya pun kembali ke kamar dengan nampan yang membawa segelas air putih. Nevan meminum obatnya dengan cepat kemudian dia menatap Raya yang menungguinya.

"Aku akan tidur, bantu aku berbaring di ranjang." ucap Nevan masih tanpa ekspresi alias datar plus kaku.

"Iya, Tuan." jawab Raya.

Raya menyibakkan bedcover yang menutupi sisi ranjang, kemudian dia mendekat kearah Nevan.

Raya mendorong kursi roda Nevan sampai bibir ranjang, sedikit membungkuk untuk mengunci rem kursi roda agar tidak bergerak.

Raya pernah melakukan ini saat membantu Ibunya di Rumah sakit dan ini bukan hal baru baginya.

"Maaf, Tuan... saya harus merangkul tubuh Anda. Ini tidak akan lama, hanya sebentar." kata Raya dengan percaya diri tinggi.

Raya meminta izin dulu untuk menyentuh tubuh Nev, karena dia takut Nev akan marah seperti saat--refleksnya siang tadi saat menepuk-nepuk punggung Nev yang tersedak.

Nev diam dan membiarkan Raya melakukan tugasnya.

Raya mulai mendekat ke tubuh Nev, melingkarkan tangan Nev di bahunya, sedangkan tangannya sendiri berada dipinggang Nev-- untuk membantunya bergerak cepat agar bisa langsung terduduk di ranjang.

Sayangnya, ekspektasi Raya tidak sesuai dengan kenyataannya. Tubuh Nev yang tegap dan ternyata tak ringan itu-- membuatnya sedikit kewalahan sampai mencoba berkali-kali namun tetap tidak berhasil.

 -----

Nevan

Saat Feli kembali siang tadi, ia hanya bisa tersenyum sinis karena apapun usaha Feli saat ini untuk merebut hatinya, tidak akan bisa membuatnya jatuh pada lubang yang sama. Ia tahu jika Feli adalah rubah betina.

Feli bisa saja bermuka dua dihadapannya, tapi ia sangat tahu jika Feli bertahan dengannya hanya karena harta yang ia miliki.

Ia pun dengan senang hati bersikap sama seperti yang Feli lakukan padanya. Mereka sama-sama bermuka dua sekarang. Feli baik didepannya dan ia pun begitu dihadapan istrinya.

Tapi, dibelakang itu ... ia sudah tahu apa yang harus ia perbuat terhadap wanita yang sudah membersamainya selama dua tahun belakangan ini.

Harusnya, sejak awal ia sudah sadar bahwa Feli memang hanya mengincar hartanya, bukan mencintainya, seperti ia mencintai Feli.

Tapi itu dulu, sekarang tidak lagi. Sejak ia tahu jika Feli terlibat dalam usaha melenyapkan nyawanya, saat itu pula cintanya pada Feli ikut lenyap ditelan bumi.

Percobaan pembunuhan itu pulalah yang menyebabkannya lumpuh, namun ia tidak mau Feli lepas begitu saja dari genggamannya, karena tidak adanya bukti yang mengarah pada istrinya itu.

Entahlah, bukti-bukti itu seakan lenyap dan tidak bisa terdeteksi.

Siang tadi, Feli kembali kerumah dan...

Suprise!!!!

Feli pulang membawa seorang wanita yang ia perkirakan usianya hampir sama seperti Feli, sekitar awal 25 tahun-an.

Ini tidak seperti biasanya, biasanya Feli akan meminta bantuan perawat lelaki dari yayasan pilihan untuk merawatnya.

Kenapa sekarang seorang wanita? Cukup menarik--saat Feli justru terlihat tak menyukai wanita yang sempat berdiri dihadapannya. Terbukti, kosa-katanya pada wanita itu sangat tidak bersahabat dan terkesan angkuh.

Ia tidak tertarik untuk berkenalan dengan wanita yang bersama Feli, walau ia mengakui bahwa wanita itu cantik bahkan lebih cantik dari Feli yang pernah ia cintai.

Meski Feli mengenalkan Wanita bernama Raya itu padanya, tapi ia tidak berminat memperkenalkan diri. Basa-basi yang sangat biasa dan klise.

Mau tak mau ia harus menerima Raya, ia penasaran kenapa Feli terkesan tak menyukai Raya. Mungkin ia bisa memanfaatkan keadaan ini nantinya, entahlah... kondisinya memaksanya agar bergantung pada orang lain dan itu sangat menyebalkan. Ia benci harus dibantu oleh orang lain sekarang.

Tanpa ia sadari, ia memperhatikan Raya yang banyak diam, ia tertarik untuk memulai kata-kata, walau kata-katanya pada Raya terkesan dingin dan memarahi wanita itu, tapi sejatinya ia mengharapkan Raya memperhatikannya. Why?

Mungkin karena sebuah perhatian sudah lama tak ia dapatkan. Atau, mungkin Raya memang menarik dimatanya?

Saat ia memarahi wanita itu tentang makanan yang tidak ia suka, Raya hanya meminta maaf. Membuatnya sebal, dia butuh kata-kata lain yang keluar dari mulut wanita itu.

Heh, apa kau tidak punya mulut untuk bertanya apa yang ku suka dan tak ku sukai?

Dia mendadak marah karena Raya tidak menanyakan hal itu.

Tapi, mendengarnya terbatuk-batuk, Raya spontan menepuk pelan punggungnya, apa ini bentuk perhatian?

Kenapa sekarang ia seperti pria yang haus perhatian seorang wanita? Dari Raya? Bahkan ia belum mengenalnya 24 jam?

Ia hanya bisa mendengkus kesal dan sedikit menghindar dari sentuhan tangan refleks Raya.

Karena, sentuhan itu sedikit melenakannya. Sia lan!

Sekali lagi dia mencoba mengingatkan diri--karena dia bahkan baru mengenal Raya beberapa jam.

Sampai malam menjelang, dia belum melihat keberadaan Feli. Namun dia tak mempermasalahkan hal yang sudah lumrah terjadi. Feli bahkan sering tak pulang.

Dia sudah menyelesaikan makan malamnya-- yang disiapkan oleh Raya tadi, tapi kenapa perasaan ingin diperhatikan terus menghantuinya. Ia pun meminta Nimas memanggilakn Raya.

Ah, apa Raya semenarik itu? Ya, dia memang menarik seperti memiliki magnet.

Ia buru-buru melenyapkan pikiran itu karena suara Raya yang mengetuk pintu kamarnya sudah terdengar.

Ia mencari-cari alasan agar Raya terus memperhatikannya, padahal memang itulah tugas Raya.

Yah, dia tidak perlu khawatir karena tugas Raya memang harus memperhatikannya.

Ia sudah lama tak mengonsumsi obat, karena sebenarnya kondisinya mulai pulih, tapi hanya ia sendiri yang mengetahui itu, tidak dengan yang lainnya.

Saat ia dengan sengaja meminta bantuan Raya untuk membantunya membaringkan diri di ranjang, ia pikir Raya akan menolak. Tapi nyatanya...

"Maaf, Tuan... saya harus merangkul tubuh Anda. Ini tidak akan lama, hanya sebentar." ucap Raya dan terlihat sekali bahwa wanita itu penuh percaya diri saat mengucapkannya.

Ia sedikit terkesima karena ini adalah kalimat terpanjang Raya saat bicara padanya--sejak awal kedatangan wanita itu kerumahnya.

Entah kenapa ia dengan ke-iseng-an-nya, justru sengaja menahan tubuhnya sendiri di kursi roda, membuat Raya kepayahan dan tidak berhasil mengangkut tubuhnya ke tepiah ranjang.

Padahal, ia harus menahan nafas--karena sentuhan Raya ditubuhnya benar-benar membuatnya bagai tersengat listrik.

"Sepertinya sulit, Tuan. Emm... bagaimana ya.." Raya terlihat berpikir keras, membuatnya menyunggingkan senyum sekilas, demi melihat wajah Raya yang lucu dengan mata membulat sempurna.

...Bersambung ......

1
Asih S Yekti
sampai episod ini kok masih konflik terus ya , harusnya deket end sudah tanda tanda bahagia dong
Mas Tista
anaknya jimi dan nimas lbh tua dari si triplet kan ?
Victoria Neka
luar biasa ya Arthor benar benar hebat
Asih S Yekti
ceritanya kok terlalu kejam ya
Mas Tista
semoga hukuman untuk feli sesuai dgn kejahatannya
Mas Tista
miris yaaaa....
Victoria Neka
sungguh karya yg sangat bagus
Mas Tista
ads....aku
Mas Tista
kagum sama raya
Chyntia Rizky 🖋️: makasih sudah mampir di novel ini ya kak. baca karya saya yg lain ya setelah ini🙏🏻🙏🏻
total 1 replies
Selvy Anton
Luar biasa
Arie Chrisdiana
maaf thor terpaksa aq bacanya lompat2 coz 1 bab aja isinya buanyak skl dan terlalu bertele2 jd nya bosan, utk ke depannya usulan ku tlg jgn bertele2 ya thor biar yg baca ndak cpt bosan,,, tetap semangat thor 💪💪🙏🙏🙏
Arie Chrisdiana
Mmgnya Nevan ndak punya asisten pribadi atau sekretaris ta kok ndak ada yg dampingi
Arie Chrisdiana
sdh mulai ada kemajuan tuch 👏👏👏👏
Rain
👍
Iin Karmini
ga asyik ya nev klo bogemnya msh mentah...bogem matang lbh syedaap
Iin Karmini
knapa nenek nev yg slh?? othor laah..itu nenek nev nurut mau othor lho😜😜
Iin Karmini
tul bgt...
anita
jgn2 nev gk lumpuh,itu cm buat ngetes feli aja
Iin Karmini
ampyun dah...
Iin Karmini
gaskn...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!