NovelToon NovelToon
Eternal Fog

Eternal Fog

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Sci-Fi / spiritual / Sistem / Persahabatan
Popularitas:841
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Kabut berbahaya yang disebut dengan Eternal Fog kerap kali menyerang kota. Tingkatan berbahaya dan jenis yang ditimbulkan kabut tersebut berbeda-beda. Ada beberapa warna yang membedakan jenis-jenis kabut tersebut. Ada pun penyebab Eternal Fog adalah semburan napas dari monster yang disebut Strano dan menghuni area di luar kota yang disebut Danger Mori. Oleh karena itu, keamanan kota dijaga oleh para Occhio. Sebutan untuk para pembasmi Strano dan Eternal Fog.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 27 Si Anak Emas

Untuk beberapa minggu ke depan, Soren dan Cora tidak akan ditugaskan ke mana pun. Tetap di markas pusat kota Solar Wind sambil memastikan keadaan fisik dan mental mereka setelah tiga bulan berusaha bertahan hidup. Mereka bergabung dalam latihan kelas A. Tentu saja sangat tampak perbedaan kemampuan mereka di antara para occhio kelas A. Jika kelas A yang paling kuat berlari keliling lapangan sebanyak dua puluh kali, maka Soren dan Cora lebih dari itu. Bukannya mengalami gangguan kesehatan. Momen di mana mereka tersesat dan berusaha bertahan hidup justru menambah kekuatan mereka. Lebih dari sebelumnya.

"Bukan main, kalian mampu berlari keliling lapangan sebesar ini sebanyak itu? Bahkan kalian tidak lanjut lari dari disuruh berhenti oleh senior Sunniva." Salah satu occhio berseru.

Hari ini adalah pelatihan yang dipimpin oleh Sunniva. Wanita itu sangat lama memeluk Soren dan Cora saking senangnya melihat dua occhio itu kembali tanpa kurang apa pun.

Sunniva meminta mereka berdua berhenti saat sampai pada putaran ke tiga puluh. Mungkin Cora masih mampu lima putaran lagi. Sedangkan Soren masih mampu sepuluh putaran lagi.

"Apakah senior Cora mengingatku?" tanya salah satu lelaki berkacamata. Biasanya, ia akan menggunakan soflen ketika latihan atau menjalankan misi.

"Ah, iya. Kau tampak berbeda ketika memakai kacamata sehingga aku tidak mengenalimu." Cora menjawab.

Beberapa occhio lainnya juga menghampiri Cora dan Soren yang sedang duduk selonjoran.

"Kami juga pernah dilatih olehmu, senior Cora," timpal occhio lainnya.

"Senior Soren, aku senang kau baik-baik saja. Dua orang yang pernah satu kelompok denganku saat dilatih olehmu sudah lulus dari kelas A sekarang. Mereka sudah di kota lain." Kali ini occhio yang pernah dilatih Soren yang berbicara.

"Sebentar. Ah, iya. Aku, tahu. Yang terpilih itu adalah Hanzo. Satu lagi, hmmm... siapa? Aku lupa siapa saja yang ada di kelompokku kala itu." Soren memegang dagu tanda berpikir.

"Shiroi!" jawabnya dengan wajah sebal.

Sebuah jawaban yang membuat mata Soren membulat. Cora juga turut ternganga. Siapa yang tidak kenal Shiroi? Seseorang yang diloloskan Eliot dan sering pingsan karena tidak kuat dengan pelatihan. Semua orang tahu, jika ia lebih layak terus menetap di kelas A selamanya.

"Baiklah, itu keren sekali. Sepertinya Shiroi berkembang pesat saat aku dan Cora menghilang," ujar Soren.

"Tidak, senior Soren! Sama sekali tidak!" occhio itu benar-benar melampiaskan kekesalannya. Rambutnya yang nyaris botak itu tampak terkena debu-debu. Tubuhnya mirip seorang petinju. "Dia tetaplah Shiroi yang lemah. Itu hanya sebuah pilihan yang tidak adil. Kami sudah menduga bahwa empat belas orang itu yang akan terpilih. Tapi tidak dengan orang kelima belas. Perempuan itu. Aduh, ia bahkan jauh lebih lemah dari kami semua."

Semakin banyak occhio berdatangan setelah mendengar suara itu. Raut wajah kecewa tampak.

"Kami selalu mengingat pesanmu, senior Cora. Jangan pernah melihat kelemahan orang lain. Tapi Shiroi adalah sosok yang walaupun tidak dilihat, kelemahannya akan tetap terlihat. Maaf jika tidak sopan, tapi begitulah kenyataannya," ungkap Shajar. Di dekatnya ada Cloudy.

"Siapa yang membuatnya terpilih?" tanya Soren

"Senior Eliot! Sungguh, sejak awal dia selalu menjadikan Shiroi anak emas. Aku bahkan tidak ragu mengatakan jika pria itu memiliki perasaan cinta pada Shiroi," celetuk Cloudy.

"Dia bukanlah seseorang yang akan bertingkah bodoh karena perkara cinta," ucap Cora mengingatkan.

☆☆☆

Gelang tipis pada lengan seluruh occhio di kota Sky Caprio mengeluarkan hologram dengan tulisan Eternal Fog Kuning di Titik 9 Danger Mori. Tugas untuk Tim Sky Caprio.

"Aku, Archie, dan kalian berdua yang baru datang. Ikuti misi ini. Jangan harap tempat ini bisa kalian jadikan tempat untuk bersantai." Dean mengajak ketus. Biasanya, Kama yang bertugas untuk menunjuk siapa saja yang diturunkan dalam misi.

Ginela mengangguk semangat. Sebaliknya, Shiroi mengangguk lemas. Misi kabut putih saja ia kewalahan. Apalagi jenis kabut yang lebih tinggi seperti kabut kuning.

"Maaf, Dean. Bisakah menambah satu orang lagi?" pinta salah satu occhio di sana.

"Kamu meremehkan kami?" Dean bertanya tajam.

Occhio itu segera menggeleng cepat.

"Aku hanya mengkhawatirkan Shiroi."

"Dia bisa terpilih untuk keluar dari kelas A. Artinya ia harus siap menghadapi eternal fog jenis apa pun."

Pada akhirnya, mereka benar-benar hanya berangkat berempat. Bersama dengan tubuh Shiroi yang gemetar. Terbayang bagaimana strano yang lebih kuat dibanding yang pernah ia lawan sebelumnya.

"Tenang saja, Shiroi. Aku akan selalu berada di dekatmu, " ucap Ginela menghibur.

Mereka tengah berada di furaisafin.

"Jangan bodoh anak baru. Kita akan berpencar sesuai empat arah mata angin. Tidak akan ada yang saling melihat satu sama lain." Dean berseru tegas.

Ginela terdiam. Tapi ia sudah menyusun rencana untuk diam-diam menemani Shiroi ketika sudah benar-benar berpencar. Ia tahu betul bagaimana sulitnya Shiroi mengalahkan satu saja strano paling lemah.

Kabut kuning yang lekat menyambut kehadiran mereka. Empat occhio itu turun dengan gagah menggunakan occhio mask serta occhio eyes-nya. Juga pedang yang berada di punggung langsung dibukanya ketika sampai permukaan.

"Archie ke utara, aku akan ke selatan. Kalian berdua ambil sisanya," tegas Dean sebelum berlari kencang menjauhi pertengahan lokasi. Gelang tipis berkedip-kedip merah.

Punggung Archie dan Dean telah hilang dari pandangan. Ginela segera menarik lengan Shiroi dan berlari ke arah barat. Jadilah bagian timur yang kosong.

"Apa yang kau lakukan, Ginela. Kita tidak bisa membiarkan satu bagian yang kosong."

"Ini berbahaya, Shiroi. Sejujurnya aku juga khawatir jika aku sendirian. Kita belum pernah menjalankan misi selain kabut putih. Oleh karena itu, kita butuh menghadapinya bersama-sama."

Baru sampai di titik lokasi. Lima strano langsung mengepung mereka. Seolah tahu itu adalah occhio pemula yang menjalankan misi kabut kuning.

Ginela memasang kuda-kuda. Ia tak bisa melindungi Shiroi dengan tenang karena seluruh sisi diisi oleh para strano.

"Bentuknya lebih mengerikan dibanding strano kabut putih," ucap Ginela. Ia berbohong mengatakan mengkhawatirkan dirinya sendiri. Padahal, ia hanya mengkhawatirkan Shiroi.

"Kenapa mereka tidak bersembunyi?"

"Justru bagus, Shiroi. Kita belum terlalu cukup mahir menggunakan insting occhio untuk mencari strano. Dengar, tetap di dekatku dan serang mereka yang mendekat."

"Baik, Ginela," jawab Shiroi dengan tubuh gemetar.

Zing zing zing!

Zing zing zing!

Ginela merangsek maju dan menyerang strano-strano itu dengan wajah garang. Shiroi mengikutinya sekaligus menjauh dari strano yang hendak menyerangnya.

"Ayunkan pedangmu, Shiroi!" tegas Ginela. Ia pun baru melukai dua strano.

Srettt!

Ginela terkena serangan lengan tajam karena melindungi Shiroi yang tak kunjung menyerang.

"Apa yang kau lakukan? Ini bukan saatnya gugup!"

Zing zing zing!

Zing zing zing!

Ginela benar-benar terbawa emosi dan melampiaskannya pada strano-strano itu. Satu ekor telah tumbang dan ia mendapatkan luka tambahan. Sambil menyerang sambil melindungi Shiroi. Ia tak punya banyak cara untuk melindungi dirinya sendiri. Banyak luka pada sekujur tubuhnya. Shiroi akhirnya mengayunkan pedangnya setelah mendapatkan luka pertama. Walaupun serangannya sangat payah.

"Bodoh!" tegas Ginela kepada Shiroi. Sebuah ucapan yang sama sekali tidak terpikirkan oleh Shiroi akan diucapkan Ginela padanya. Pedihnya melebihi luka akibat lengan tajam strano.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!