Malam itu Lily gadis polos dan culun yang bekerja sebagai room service disebuah hotel mengalami nasib naas karena diperkosa oleh seorang pria yang sedang mabuk namun siapa sangka itu justru membuatnya terjebak dalam sebuah pernikahan tanpa cinta hanya demi status bayi dalam kandungannya agar tidak menjadi anak haram seperti dirinya dan setelah bayinya lahir ia ditendang begitu saja dari keluarga Wilson, keluarga kaya raya di kotanya hingga membuatnya terpaksa berpisah dari bayinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~01
"Malam ini pemilik hotel kita akan menginap disini jadi persiapkan dan layani beliau dengan baik!"
Perintah seorang manager saat meeting menjelang sore itu dengan para karyawannya terutama para karyawan room service yang bertugas pada shift sore dan malam. CEOnya itu kabarnya seorang pria yang sangat cerewet dan tak mentolerir sedikit pun kesalahan para bawahannya, untuk itu sang manager hotel menginginkan kesempurnaan saat menyambut kedatangannya yang mungkin untuk pertama kalinya di cabang hotelnya yang berada dipinggiran ibukota ini.
"Dengar-dengar CEO kita sangat tampan."
"Benar dia juga masih lajang, ah aku jadi tak sabar untuk segera melihatnya."
Beberapa karyawan wanita nampak bergosip ria setelah kembali ke area kerjanya masing-masing.
"CEO takkan melirik wanita bau kemiskinan seperti kita."
Tiba-tiba seorang gadis keluar dari gudang penyimpanan, gadis berkaca mata tebal dengan rambut dikepang dua dan freckles atau bintik-bintik cokelat di sebagian wajahnya itu menatap jujur teman-temannya. Hidupnya sudah setengah gila jadi ia tak ingin menambahinya lagi dengan berhayal bisa memiliki bosnya seperti mereka.
Gadis itu bernama Lily seorang gadis berusia 20 tahun yang baru berhenti kuliah karena harus bekerja demi kesembuhan sang nenek, hanya saja mencari pekerjaan zaman sekarang sangat sulit bagi gadis kampung seperti dirinya apalagi tanpa koneksi orang dalam jadi ia terpaksa bekerja sebagai room service demi bisa menghidupi dirinya dan juga sang nenek.
Menjelang petang persiapan pun telah selesai dan semua karyawan nampak berbaris rapi didepan pintu menyambut kedatangan bosnya untuk pertama kalinya di hotel tempat mereka bekerja.
"Lily kemana?" ucap sang manager setelah memastikan semua karyawannya yang berjumlah 25 orang itu telah berkumpul semua.
"Dia mengeluh perutnya kram, sepertinya sedang PMS." terang salah satu rekan kerja Lily dibagian room service.
"Baiklah, biarkan saja kalau begitu." sang manager pun tak mempermasalahkannya toh ia juga tak ingin mendapatkan masalah jika ketahuan mempekerjakan karyawan yang sedang sakit karena itu akan berimbas pada pelayanan di hotelnya.
"Bukankah Lily sudah selesai haid ya?" bisik salah satu karyawan room service lainya.
"Entahlah, mungkin kram karena sedang ovulasi." balas temannya itu yang sebelumnya memberikan keterangan kepada sang manager.
Tak berapa lama beberapa mobil mewah nampak datang dan keluarlah seorang pria berpakaian jas lengkap setelah dibukakan pintu oleh asistennya, wajah pria itu sangat tampan, badannya tinggi dan juga tegap bak prajurit perang.
"Oh astaga, CEO kita sangat tampan."
"Lihatlah badannya juga sangat kekar,"
Beberapa karyawan nampak saling berbisik dengan antusias saat melihat kedatangan bosnya itu dan Sang manager hotel pun segera mendatangi lalu mengulurkan jabat tangannya menyambut pria itu.
"Selamat datang tuan Alexander," ucapnya memberikan salam.
Pria itu pun hanya mengangguk kecil lantas mengedarkan pandangannya ke arah hotel dari balik kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya itu dengan angkuh, kemudian segera melangkah melewati barisan para karyawan yang sedang menyambutnya. Pandangannya lurus ke depan dan sama sekali tak ada senyum di bibirnya hingga membuat siapa pun yang memandangnya nampak segan.
"Auranya benar-benar dingin dan menakutkan," celetuk salah satu dari para karyawan setelah bosnya itu masuk ke dalam hotelnya dan mereka pun segera kembali ke area kerja masing-masing begitu pun juga dengan para karyawan bagian room service.
"Tuan Alexander benar-benar sangat tampan ya," beberapa karyawan room service yang juga kembali ke area kerjanya nampak antusias membicarakan bosnya tersebut.
"Ly kamu pasti menyesal karena tak memiliki kesempatan untuk melihat beliau, ngomong-ngomong besok pagi beliau sudah kembali dan sayangnya besok kamu libur." imbuh salah satu dari mereka sedikit mengejek saat melihat Lily sedang menyiapkan pekerjaannya setelah kram di perutnya mulai mereda.
"Tidak apa-apa lagipula kita juga takkan diliriknya karena bukan selera beliau," sahut gadis itu seraya membawa setumpuk seprei untuk ia bawa ke beberapa kamar hotel yang hendak dibersihkan. Gadis itu memang terlalu realistis dan menjauhi segala drama, penampilannya yang sangat biasa sering disepelekan oleh banyak orang namun tanpa mereka tahu ia selalu juara kelas di sekolahnya bahkan ia juga mendapatkan beasiswa untuk berkuliah meskipun tidak ia lanjutkan.
Gadis yang hanya tinggal di kampung kumuh bersama neneknya itu terpaksa berhenti kuliah dan memilih bekerja mengingat sang nenek sedang sakit komplikasi yang membutuhkan banyak biaya, sebenarnya ia memiliki cita-cita bisa bekerja di kantoran agar tak dipandang sebelah mata lagi oleh para tetangganya. Sejak kecil ia hanya hidup berdua dengan sang nenek setelah ibunya meninggal karena kecelakaan, selain hidup susah sejak kecil julukan sebagai anak haram pun melekat padanya mengingat ayahnya pergi sejak ia dalam kandungan.
"Dasar orang kampung tidak tahu pria tampan," gerutu teman-temannya ketika gadis itu berlalu pergi.
"Benar, namanya juga orang kampung pasti seleranya kampungan juga." timpal yang lainnya lantas tertawa bersama.
Lily sudah biasa mendengar cemoohan mereka dan ia tak terlalu memikirkannya karena baginya orang lain bisa berpendapat tentangnya namun ia yang menentukan akan tersinggung atau tidak. Saat sedang melewati lorong sembari mendorong troli yang berisi tumpukan seprei dan perlengkapan hotel lainnya ia tak sengaja berpapasan dengan dua orang pria namun gadis itu segera menunduk sembari terus melangkah menuju kamar yang hendak ia bersihkan setelah sebelumnya tatapan mereka sempat bertemu sejenak.
"Apa anda tertarik dengannya tuan?" ucap seorang pria berjas lengkap setelah menyadari sang bos nampak memperhatikan pelayan hotel tersebut.
"Tidak," sahut tuan Alexander dengan tegas seraya terus melangkah menuju lift namun saat menunggu pintu lift terbuka pria itu kembali menatap ke arah Lily yang nampak hendak membuka sebuah kamar hotel.
"Jika anda tertarik, saya bisa mendapatkannya untuk anda malam ini." ucap sang asisten lagi saat mengetahui diam-diam bosnya kembali memperhatikan pelayan tersebut.
Sebagai seorang asisten pribadi yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan Alexander tentu saja tuan Miller sangat memahami keinginan pria itu yang seumur hidupnya memang tak pernah mempercayai sebuah hubungan dan lebih menyukai berkencan dengan banyak wanita tanpa sebuah ikatan karena baginya semua wanita hanya menginginkan hartanya saja sama seperti ibunya yang rela meninggalkannya demi pria yang jauh lebih kaya dari ayahnya.
"Omong kosong," Alexander hanya tersenyum sinis menanggapi tawaran sang asisten lantas pria itu pun segera masuk ke dalam lift setelah pintu terbuka.
"Maafkan saya tuan," sang asisten pun merasa bersalah karena ia sangat mengetahui selera bosnya yang bukan wanita biasa apalagi gadis culun dan kampungan seperti pelayan hotel itu. Sepertinya karena penampilannya yang lugu membuat bosnya langsung memperhatikannya, bukan karena tertarik tapi mungkin karena merasa aneh mengingat setiap hari hidupnya dikelilingi oleh para wanita cantik.
Malam harinya Lily yang baru selesai mengantarkan beberapa pesanan para tamu di kamarnya kini segera bersiap-siap untuk pulang mengingat shift kerjanya sebentar lagi selesai.
"Ly kamar 302 minta segera dibersihkan ulang, apa kamu bisa melakukannya?" ucap sang manager saat menghubungi ke ruangan room service dan kebetulan hanya gadis itu yang berada disana.
Lily nampak menghela napasnya, padahal beberapa saat lagi jam kerjanya selesai namun karena bosnya yang menyuruh ia bisa apa dan akhirnya gadis itu pun segera pergi ke kamar yang dimaksud. Ia mendatangi sebuah kamar presidential suite yang hanya ada beberapa kamar saja di hotelnya tersebut yang mungkin permalamnya harganya bisa mencapai puluhan juta rupiah, dilihatnya kamarnya sangat bersih hanya saja ada sebuah kemeja dan handuk kecil yang tercecer diatas lantai.
"Apa bagi orang kaya meletakkan barang di tempatnya itu sangat sulit?" gerutunya seraya memungut kemeja dan handuk tersebut untuk ia bawa ke tempat laundry namun tiba-tiba ia mendengar sebuah pintu dibuka dengan keras dan dilihatnya seorang pria masuk dengan langkah sedikit sempoyongan.
biasanya ke HRd duluu klu ada sesuatu ga demo2 bgitu
Haduh victori si hama juga datang,,,,,kamu datang aja di abaikan lho🤣🤣🤣🤣🤣piye ngono iku.....
Haduh eong Cinta ae gensi,malu,karena kily culun,,LiLy juga mbok yo berubah ojok katrok nemen2 LiLy