Bagaikan senjata makan Tuan, niat hati ingin balas dendam pada orang yang membullynya saat SMA, Lolita justru masuk ke dalam jebakannya sendiri.
Lolita akhirnya harus menikah dengan kekasih
dari musuh bebuyutannya itu, yang tak lain adalah Dosen killer di kampusnya sendiri.
Tapi hal yang tak diduga Lolita, ternyata Dosen yang terkenal killer di kampus itu justru menunjukkan sisi berbeda setelah menikah dengan Lolita, yaitu otak mesum yang tak tertolong lagi.
"Tapi kamu puas kan?" ~ Wira ~
"Apanya yang puas? Punya Bapak kaya jamur enoki!! Kecil, panjang dan lembek!!" ~ Lolita ~
Bagaimana hari-hari Lolita yang harus menghadapi otak mesum suaminya?
Bagaimana juga nasib pernikahan mereka di saat benih-benih cinta mulai tumbuh namun, namun rahasia Lolita justru terbongkar jika dia yang menjebak suaminya sendiri?
Akankah balas dendam Lolita berhasil atau justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri dan menjadikan hubungannya dengan Wira hancur berantakan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih suka Lolita!
"Ibu, kok Ibu kelihatan bahagia banget ngobrol sama Lolita?" Wira mendekati Ibunya yang hanya duduk sendirian di ruang keluarga karena Lolita sedang mandi.
"Karena Lolita anaknya asik, ceria tapi tetap sopan. Dia cantik, terus lucu gitu deh!" Lita tetap tersenyum ketika menceritakan tentang Lolita sesuai pengelihatannya.
"Kemarin waktu sama Gina, Ibu nggak excited kaya gini. Padahal Gina juga cantik, dia malah lebih terlihat dewasa dari Lolita" Wira heran saja dengan perbedaan sikap Ibunya pada Lolita dan juga Gina.
"Ya nggak tau, Ibu merasa lebih nyaman ngobrolnya sama Lolita. Dia itu seperti membawa aura positif gitu!"
"Jadi secara nggak langsung Ibu bilang Gina punya aura negatif gitu?"
"Ck, apaan sih kamu Bang, malah ngomongin mantan. Nanti kalau Lolita dengar bisa marah dianya!"
Wira menoleh ke arah tangga, dia juga langsung merasa cemas kalau sampai Lolita ternyata sudah ada di sana.
"Ibu paham kalau kamu belum bisa melupakan Gina seutuhnya, tapi ingat Bang, sekarang kamu sudah punya Istri. Bertanggung jawab dengan menikahi Lolita adalah keputusan yang sudah kamu ambil. Jangan sampai kamu menyakitinya karena masih menyimpan perasaan pada masa lalu kamu"
"Iya Bu, Abang tau!"
"Tapi jujur sih, Ibu lebih suka kamu menikah sama Lolita daripada sama Gina"
"Loh kok gitu Bu? Bukannya dulu Ibu setuju aja kalau Abang menikah sama Gina?" Wira baru tau tentang hal ini karena selama ini yang ia tau, Ibunya tidak pernah keberatan dengan hubungannya bersama Gina.
"Ya itu karena kamu akhrinya mau menikah. Ibu kan berharap semoga kamu lekas di kasih jodoh, biar cepat menikah karena umur kamu sudah tiga puluh satu. Sampai akhirnya kamu bawa Gina ke rumah dan berencana menikah. Walau Ibu kurang suka, tapi kalau Abang suka, Ibu nggak masalah. Apalagi yang kenalin Gina sama kamu kan saudara jauh kita, ya nggak enak juga kalau menolak!"
"Kenapa Ibu baru bilang sekarang? Kalau awalnya Ibu bilang, Abang pasti tidak akan melanjutkan hubungan Anang dengan Gina. Abang memilih menikahi Gina karena Abang kira Ibu menyukainya. Jadi karena Ibu suka, makanya Abang mulai menerima Gina!"
"Astaga, untung saja kalian tidak jadi menikah. Kita sama-sama tidak terbuka Bang, Ibu kira kamu sangat menyukainya, dan Abang kira Ibu menyukainya. Haduh, kalau kalian jadi menikah, berarti hanya demi Ibu?"
"Abang belajar menyukainya semenjak memutuskan untuk menikahinya Bu!"
"Tapi abang beneran suka sama dia?" Lita menatap dengan penuh selidik.
"Yaaaaa..." Wira meringis sembari menggaruk tengkuknya.
"Sudah-sudah jangan bahas mantan lagi. Sana samperin dulu Istrimu!"
"Iya Bu"
"Eh, itu baju buat Lolita sudah Ibu siapkan. Itu baju baru yang Ibu beli kemarin buat Talia, belum sempat Ibu kasih ke dia, jadi buat Lolita aja karena ukuran mereka kayaknya sama deh!"
"Makasih Bu" Wira membawa paper bag berisi baju rumahan yang Ibunya siapkan untuk naik ke kamarnya. Karena sejak awal sebenarnya tidak ada rencana untuk menginap di sana. Sebenarnya pun, dari rumah Wira tidak berniat membohongi Lolita. Tapi saat Ibunya menawari untuk menginap, Wira langsung mengambil kesempatan itu.
Saat Wira masuk ke dalam kamar, dia tidak menemukan Lolita di sana. Jadi Wira langsung masuk ke dalam ruang ganti yang terhubung dengan kamar mandi.
"Ta, ini baju dari Ibu buat ka.." Ucapan Wira langsung terhenti ketika di ruangan itu dia melihat Lolita sedang membuka lemari milik Wira dengan tubuh hanya berbalut handuk yang begitu pendek hingga memperlihatkan pangkal pahanya.
"AAKKKHHHH!!" Teriak Lolita sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Sssstttt!! Jangan teriak, nanti Ibu sama Ayah taunya Abang ngapa-ngapain kamu lagi!" Ucap Wira sembari jari telunjuknya berasa di depan bibir.
"Ngapain Abang di sini?" Lolita langsung meraih kemeja milik Wira untuk menutupi tubunya.
"Ini kan kamar Abang, ya wajar kalau di sini. Abang mau kasih baju buat kamu. Kenapa juga kamu heboh kaya lihat hantu gitu?"
"Ya udah biar di situ, sana Abang keluar dulu jangan di sini!" Lolita benar-benar tak nyakan, dia terus berusaha menutupi bagian dada dan juga pahanya.
"Memangnya kenapa? Nggak usah malu Ta, Abang udah lihat semuanya, Abang juga masih ingat kalau kamu punya tahi lalat kecil di bawah dada kamu yang sebelah kiri!"
"ABANG!!" Sentak Lolita.
"Nggak boleh bentak-bentak suami kaya gitu! Dosa!"
"Ya makanya jangan mesum!" Lolita menciut. Wira selalu bisa menekan Lolita dengan mengandalkan dosa.
"Mesum dari mana sih Ta? Abang kan cuma bilang yang Abang ingat dari kamu. Mau Abang tunjukkan yang mesum beneran gimana?" Wira berjalan mendekat setelah meletakkan paper bag yang ia bawa ke atas meja yang ada di tengah ruangan itu.
"Jangan macam-macam ya Bang!" Lolita bergerak mundur karena merasa berasa dalam bahaya. Wira berjalan mendekatinya sembari membuka dua kaos yang dikenakannya.
Sret....
Wira melemparnya begitu saja hingga tercampakkan di lantai.
Gleg...
Lolita menelan ludahnya dengan kesusahan karena matanya berhadapan langsung dengan dada dan perut berotot milik Wira. Tubuh pria itu menang sangat sempurna. Ototnya terbentuk sangat sempurna dambaan para kaum hawa. Belum lagi lengannya itu, tidak terlalu besar seperti binaragawan, tapi cukup menonjol dan terlihat sangat keras. Lolita sampai tak berkedip menatap indahnya ciptaan Tuhan itu.
"A-abang mau apa?!" Gugup Lolita dengan wajah yang memerah.
Wira tak menjawab, dia hanya tersenyum tipis sembari bergerak maju mendesak Lolita. Dari senyumannya itu, Lolita sudah begitu ketakutan karena menurutnya, Wira seperti sudah siap untuk menerkamnya.
Dug...
Punggung Lolita sudah menghantam lemari di belakangnya. Dia sudah terhimpit dan tidak akan bisa menghindar lagi, apalagi Wira sudah berada tepat di depannya.
"B-bang" Lolita benar-benar gugup setengah mati.
Brak....
Lolita memejamkan matanya saat kedua tangan Wira berada di kedua sisi kepalanya. Wira benar-benar mengungkungnya saat ini.
"Tata mohon Bang, jangan sentuh Tata. Tata belum siap!" Lolita memohon dengan mata yang terpejam karena ketakutan.
Ujung bibir Wira semakin tertarik membentuk senyuman miring yang mematikan. Dia mendekatkan kepalanya ke telinga Lolita, hingga Lolita bisa merasakan hembusan nafas Wira di daun telinganya.
"Kamu mikir apa? Abang cuma mau mandi, gerah soalnya lihat kamu kaya gini!" Bisik Wira hingga bibirnya menyentuh daun telinga Lolita. Jujur saja, Lolita langsung merinding seluruh badan.
Sret...
Lolita langsung membuka matanya begitu merasakan Wira telah menjauh. Ternyata Wira mengambil handuk yang berada di lemari belakangnya. Malu sungguh malu karena Lolita mengira Wira akan menerkamnya. Tapi Lolita yakin kalau Wira memang sengaja melakukannya.
"Dasar mesum!" Gumam Lolita.
"Mau Abang mesumin beneran?" Wira yang sudah sampai pintu kamar mandi berbalik ingin menghampiri Lolita.
Saat itu juga, Lolita langsung mengambil langkah seribu untuk keluar dari ruang ganti sembari menyambar paper bag yang dibawa Wira tadi.
"Lucu juga ternyata!"
ingat kamu dalam pengawasan 212🤣🤣🤣kg