Kembali Hidup Untuknya

Suasana malam pesta di luar gedung universitas yang sebelumnya ramai mendadak berubah sepi kala sebuah mobil mewah yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya berhenti tepat di depan pintu utama.

Semua pandangan semua mahasiswa serta mahasiswi tertuju pada mobil asing yang baru saja datang, menunggu dengan satu pertanyaan yang sama dalam benak mereka.

Siapa yang datang dengan mobil semewah ini?

Terutama saat mereka juga melihat dua mobil lain mengikuti mobil itu dari belakang, membuat mereka saling berbisik. Begitu pula dengan Ryder dan Sienna yang juga menghentikan langkah saat mereka memasuki aula pesta saat melihat mobil itu tiba.

Pintu mobil bagian depan pada sisi kemudi terbuka, menarik perhatian semua orang untuk mengamati lebih lama ketika kaki seseorang turun dari mobil diikuti sosok pemuda yang mereka kenali tampil dengan penampilan berbeda yang membuat semua gadis terpana.

"Itu Ethan bukan?"

"Ya Tuhan... Tampan sekali..."

"Hei lihat! Dia tidak datang sendirian!"

"Lihat juga mobilnya, bukankah itu mobil keluaran terbaru?"

"Benar bukan? Selama ini dia menggunakan sepeda motor hanya untuk menutupi siapa dia sebenarnya,"

Suasana kembali riuh saat mereka melihat Kael mengitari mobil dan membuka pintu di sisi penumpang, lalu mengulurkan tangan yang segera disambut oleh seseorang yang duduk di dalamnya, hingga mereka melihat sosok penuh Ariana dengan penampilan berbeda.

"Cantik sekali,"

"Mereka pasangan sempurna malam ini,"

Pekikan itu membuat mereka bersiul riang, melemparkan banyak pujian untuk Ariana dan Kael yang datang bersama. Mereka bahkan tidak mengalihkan pandangan saat Ariana memasuki aula pesta dan mengikuti keduanya dari belakang.

Sayangnya, tidak dengan Sienna yang masih terpaku di tempatnya berdiri dengan sorot tidak senang atas apa yang ia lihat. Gadis itu justru membawa langkahnya menuju sisi aula begitu semua orang sudah masuk ke dalam aula pesta. Mendekati seorang pria berpakaian pelayan yang sudah menunggunya.

"Jadi... Haruskah aku memberikan minuman yang sama pada pemuda yang menjadi pasangannya malam ini?" dia bertanya.

"Ya," jawab Sienna singkat.

"Kau yakin lima orang yang bersamamu bisa melakukannya?" tanyanya kemudian.

"Aku sudah melihat dia datang bersama seseorang yang aku tebak sebagai pengawal, dan mereka hanya empat orang," dia berkata santai.

"Kami bisa mengatasinya asalkan kau siap dengan konsekuensi yang harus kau tanggung. Kau tentu mengerti apa itu,"

"Aku tahu, sekarang lakukan saja tugasmu!" sahut Sienna diakhiri perintah.

Pria berpakaian pelayan itu hanya menaikkan bahu sebelum berlalu pergi meninggalkan Sienna, menyusuri sisi bangunan yang memiliki pencahayaan redup menuju ruangan yang menyediakan makanan serta minuman yang sudah dipersiapkan untuk acara pesta.

"Apakah kau yakin akan melakukan hal ini?"

Satu pertanyaan itu mampu menghentikan gerakan pria itu saat akan membuka pintu belakang, membuat tubuhnya membeku sejenak sebelum membalikkan badan dan melihat seorang pria dengan setelan jas formal tengah berdiri bersandar dengan kedua tangan terlipat.

Wajahnya yang sedikit tertutup oleh kegelapan malam tidak membuat pria itu kesulitan untuk mengenali siapa pria yang tengah menyandarkan punggungnya pada dinding. Suara beratnya saja cukup untuk membuat tubuh pria itu seakan kehilangan fungsi untuk bergerak.

.

.

.

Aula pesta sudah dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi yang kini tengah menikmati acara malam pesta kelulusan mereka sebelum acara resmi kelulusan yang akan diselenggarakan beberapa hari setelahnya.

Beberapa dari mereka datang seorang diri, berpasangan bahkan berkelompok, saling berbincang diiringi tawa bahagia setelah ujian akhir yang mereka lalui. Hingga kedatangan Tuan Henry di tengah pesta membuat semua aktivitas mereka seketika terhenti.

Pandangan mereka tertuju pada Tuan Henry yang kini melangkah masuk, ketika Tuan Henry disambut ramah oleh rektor mereka pun tak luput dari perhatian, terutama setelah mereka melihat tiga pria berjas hitam berdiri di belakang Tuan Henry mengikuti tiap langkah pria paruh baya itu membuat mereka bisa menarik kesimpulan bahwa tamu asing yang datang malam itu adalah tamu penting.

"Apakah kalian tahu siapa tamu itu? Kenapa rektor begitu hormat padanya?"

"Wajahnya terasa familiar, tapi aku belum mengingatnya,"

"Benar, aku juga merasa seperti pernah melihatnya, tapi lupa di mana,"

Suara bisik-bisik dari mereka bahkan sampai terdengar ke dalam pendengaran Ariana, menumbuhkan senyum tipis di bibirnya kala netranya bertemu dengan sang ayah yang memberikan kedipan dengan senyum mengembang.

Acara pesta dimulai saat MC membuka acara setelah semua mahasiswa dan mahasiswi hadir serta beberapa orang yang menjadi tamu istimewa malam itu. MC dari acara juga menyebutkan Tuan Henry sebagai donatur terbesar dari universitas tersebut.

Sampai ketika MC menyambut kedatangan satu tamu lain, semua pandangan segera tertuju pada pintu bersamaan dengan seorang pria paruh baya melangkah masuk diikuti satu pria yang berusia lebih muda berjalan di belakangnya.

Beberapa dari dosen serta profesor yang hadir dalam acara pesta segera mengenali siapa sosok yang baru saja datang, saling berbisik pada rekan mereka perihal kedatangan pria itu yang mana mereka mengetahui bahwa pria itu bukan orang yang akan menghadiri acara sederhana seperti acara prom night jika bukan karena seseorang yang ingin pria itu temui berada di sana.

Tuan Aaric Valter.

Dari tempat Ariana berdiri, ia bisa melihat pandangan Tuan Aaric tertuju padanya, tersenyum tipis seraya memiringkan kepala. Dan acara pun kembali dilanjutkan.

Pembukaan, sambutan ketua panitia serta tamu penting yang diundang, termasuk Tuan Hery serta Tuan Aaric, pemutaran video antar fakultas sekaligus ucapan terima kasih dari perwakilan mereka, game yang membuat suasana pesta menjadi meriah, makan malam bersama dan di tutup dengan live musik disertai dansa.

Beberapa pelayan pria dan wanita pun mulai tersebar di seluruh ruangan, membagikan minuman pada semua orang termasuk pada Tuan Aaric dan Tuan Henry yang berada dalam jarak beberapa langkah dari Ariana. Dari jarak itu jugalah Ariana melihat Tuan Aaric membawa langkahnya mendekat, tersenyum menawan seraya mengulurkan satu tangannya begitu pria itu sudah berdiri di hadapan Ariana.

"Maukah kamu berdansa denganku?"

. . . .

. .. .

To be continued...