Ganti judul: Bunda Rein-Menikah dengan Ayah sahabat ku
"Rein, pliss jadi bunda gue ya!!" Rengek Ami pada Rein sang sahabat.
"Gue nggak mau!" jawab Rein.
"Ayolah Rein, lo tega banget sama gue!"
"Bodo amat. Pokok nya, gue nggak mau!!" tukas Rein, lalu pergi meninggalkan Ami yang mencebik kesal.
"Pokoknya Lo harus jadi bunda gue, dan jadi istri daddy gue. Titik nggak pake koma!" ujarnya lalu menyusul Rein.
Ayo bacaa dan dukung karya iniii....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mey(◕દ◕), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Malam semakin larut, Davin terlihat gelisah dalam tidur nya. Pria matang itu mengernyit kan dahi sambil meracau.
"Carissa...,"
Setetes air mata jatuh, Davin menangis dalam tidur nya. Laki-laki itu terisak sambil menyebutkan nama seseorang.
"Jangan pergi, Carissa...,"
"Tunggu saya, Carissa jangan pergi, Carissa...," teriak nya langsung terbangun.
Davin menutup mata sambil mengusap air mata nya. Mimpi itu selalu datang..
"Kenapa kamu tinggalin aku sama Ami?" gumam nya. Davin menatap foto seorang wanita yang terpasang di dinding kamar nya, wanita itu tampak sangat cantik dengan gaun putih yang ia kenakan. Wanita itu tersenyum manis ke arah kamera.
Carissa Nugraheni, dia adalah istri seorang Davin Artama. Kedua nya adalah sepasang sahabat sewaktu menduduki bangku kuliah. Mereka bersahabat dengan baik, hingga suatu hari, Davin mengatakan bahwa ia menyukai sahabat nya sendiri. Davin waktu itu berpikir bahwa dirinya akan di tolak dan mungkin persahabatan mereka akan hancur. Namun dugaan nya salah saat Carissa juga mengatakan bahwa ia mencintai dirinya.
Kisah cinta mereka berjalan mulus, hingga kedua nya menikah setelah lulus dari bangku kuliah. Kabar bahagia menghampiri keluarga mereka, saat Carissa di nyatakan hamil beberapa bulan setelah mereka menikah.
Davin yang begitu mencintai sang istri, semakin posesif saat istrinya di nyatakan hamil, ia bahkan tak memperbolehkan Carissa melakukan sesuatu yang berat.
Usia kehamilan Carissa semakin tua, Davin juga selalu menemani sang istri, hingga waktu persalinan tiba. Namun semua nya berubah, dunia nya seketika runtuh saat seseorang yang begitu ia sayangi pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Davin di tinggalkan dengan seorang bayi mungil yang sudah mereka nantikan selama 9 bulan ini. Carissa mengalami pendarahan hebat sehingga ia menghembuskan nafas satu hari setelah melahirkan anak nya.
Amira Artama, nama yang Davin berikan untuk anak semata wayangnya. Anak yang sudah mereka nantikan kehadirannya.
Davin tidak menyalahkan Ami atas kepergian Carissa. Ia tahu kehidupan akan terus berputar, apa yang kita miliki akan pergi jika itu sudah waktu nya, dan akan digantikan dengan sesuatu yang baru.
Carissa pergi namun Tuhan mengganti nya dengan kehadiran Ami dalam hidup nya. Itu sebab nya Davin sangat menyayangi anak nya itu.
***
07.20 Am
"Daddy, mana Rein?" tanya Ami, wanita itu sudah rapi dan duduk di meja makan menunggu kehadiran Davin, namun yang di tunggu belum ada tanda-tanda bahwa ia akan datang.
"Nggak tau," jawab Rein sambil menata makanan di atas meja.
"Rein, minta tolong cek di kamar. Gue harus ambil barang gue yang ketinggalan di kamar." Ami langsung berlari menjauh dari ruang makan menuju kamar nya sambil tertawa kecil.
"Dasar anak itu!" gerutu Rein, namun wanita itu tetap mengiyakan. Rein berjalan menuju kamar Davin yang berada tepat di sebelah kamar nya.
Tok tok...
"Om Davin, ayo sarapan," ucap nya sambil mengetuk pintu kamar.
Rein mengernyit saat tak mendapatkan sahutan. Rein memutuskan untuk masuk, pas sekali pintu nya tidak di kunci.
Matanya menangkap sosok yang sedang tertidur pulas dengan selimut yang membungkus tubuhnya.
"Om Davin, ayo bangun kita sarapan sama-sama," ajak nya sambil menatap Davin.
"Rein...," mata pria itu terbuka sambil memandang Rein sayu.
"Om sehat?" tanya Rein sambil mendekat ke arah Davin.
"Eh badan om panas. Om demam ya? Bentar Rein ambil kompres dulu, om tunggu di sini." Rein langsung berlari menuju dapur dan mengambil mangkok berisi air dan sebuah handuk kecil.
"Mau ngapain Rein, daddy mana?" tanya Ami yang baru kembali dari kamar.
"Itu om Davin sakit, cepat lo liat dalam kamar," ujar nya. Tanpa menunggu lama, Ami langsung berlari menuju kamar Davin.
"Daddy! Daddy, nggak papa kan? Mana yang sakit, ayo kita ke dokter." Davin menatap Ami yang baru saja datang. Ia tersenyum kecil melihat mata yang setiap hari penuh bahagia itu, sekarang sedang memandang nya berkaca-kaca karena khawatir.
"Daddy okay. Nggak usah khawatir, ini cuma demam biasa, di kompres juga pasti sembuh," jawab Davin agar Ami tidak panik.
"Saya kompres dulu om," ucap Rein yang baru datang.
Rein dengan telaten mengompres kening Davin, Ami yang masih berada di sana hanya menahan senyum.
"Ami pamit berangkat kuliah. Rein minta tolong jaga daddy ya, please...," mohon Ami sambil menatap Rein.
Rein mengangguk, karena hari ini ia masuk kuliah siang, jadi ia masih bisa menjaga Davin.
"Iya, sana pergi. Hati-hati ya, itu bekal lo ada di meja makan. Nanti di makan, lo tadi belum sara-"
"Stop! Iya nanti gue makan bekal nya, ya sudah aku pergi dulu, daddy cepat sembuh. Bye dad, bunda."
Ami dengan cepat mengecup pipi Davin kemudian pipi Rein, membuat kedua orang itu saling memandang dan tak lama Rein berdehem mencarikan suasana.
"Om mau makan bubur, bisa saya buatkan?" tanya Rein canggung.
"Boleh, maaf saya sudah merepotkan kamu."
"Nggak papa, ini kan sudah jadi tugas saya," jawab Rein.
Davin salah tingkah mendengar ucapan Rein yang terdengar em sudahlah, tidak usah kita bahas haha.
Rein langsung berlalu menuju dapur, untuk membuatkan Davin bubur dan menyiapkan obat.
"Kemarin anak nya yang sakit, sekarang bapak nya. Doyan banget mereka sakit," gumam Rein sambil terkekeh kecil.
***
"Ini om, bisa makan sendiri kan?" tanya Rein.
Davin menggeleng, badan nya memang terasa lemas, jadi ia berpikir mungkin memegang sendok nanti tangan nya akan bergetar karena lemas. "Bisa suapin saya?" tanya Davin.
Rein mengangguk lalu mengambil mangkok itu. Baru beberapa suap, Davin langsung menolak saat Rein ingin menyodorkan satu sendok bubur.
"Saya nggak mau lagi, pahit," ujar nya.
Rein mengangguk kemudian ia mengambil air dan beberapa obat untuk penurunan panas.
"Ini om minum, biar cepat sembuh," ujar Rein.
Davin menatap obat itu horor, dengan cepat ia menutup mulut nya sambil menggeleng. "Saya nggak mau minum obat, nggak enak, pahit," tukas nya.
Rein mengernyit. "Kalau manis itu permen om," jawab Rein.
Davin tidak menjawab, ia masih saja menutup mulutnya sambil membuang muka. "Om minum dulu obat nya, saya masih ada kerjaan lain," ujar Rein.
Davin menatap Rein lalu beralih pada obat yang Rein pegang. Senyum nya tiba-tiba saja mengembang, membuat Rein tiba-tiba merasa merinding.
"Ini om-om kenapa lagi, nggak mungkin kan demam bisa bikin gila," batin Rein.
"Kamu mau saya minum obat kan?" tanya Davin membuat Rein spontan mengangguk.
"Kalau gitu kamu bantu saya? Saya punya cara minum obat biar nggak pahit!" ujar Davin sambil menatap Rein.
Rein mengernyit, dimana-mana kalau minum obat ya pahit. Nggak ada metode minum obat yang bisa jadi manis, kecuali itu sirup atau vitamin yang manis, maybe.
"Gimana caranya?" Rein baru tahu, ayah sahabat nya ini akan sangat rewel jika sakit.
Tanpa aba-aba, Davin mengambil obat itu lalu memasukan nya dalam mulut Rein, kemudian ia menarik tengkuk Rein dan menyatukan bibir kedua nya.
Rein yang belum siap, hanya melotot kaget. Ia mencoba mendorong Davin, namun tenaga pria itu lebih kuat, Davin juga menahan tengkuk nya kemudian ******* bibir Rein, dan membawa obat yang berada dalam mulut Rein ke dalam mulut nya sendiri.
Davin melepaskan ciuman nya, kemudian meraih gelas dan meminum air itu. "Sudah selesai. Makasih Rein, sudah bantu saya." ucap nya tanpa dosa.
Rein hanya diam dengan wajah syok, mata nya mengerjap kemudian tanpa aba-aba ia memukul Davin, yang mencium nya seenak jidat.
"Om Davin, kenapa cium saya!!!" teriak nya sambil memukul Davin yang kini kelabakan akibat pukulan Rein yang tak main-main.
TBC...
alay bgt
Menurut Davin tetlalu lelet utk nikahin Rein,Kenapa juga harus nunggu wisuda dulu,Bisa aja kan nikah dulu,Resepsinya baru nunggu Rein wisuda..yg penting udah di halalin Biar Fitriana gak bisa recokin lagi hubungan kalian..