Wilda Sugandi adalah seorang istri yang baik hati dan menurut pada sang suami, Arya Dwipangga. Mereka sudah menikah selama 5 tahun namun sayang sampai saat ini Wilda dan Arya belum dikaruniai keturunan. Hal mengejutkan sekaligus menyakitkan adalah saat Wilda mengetahui bahwa Arya dan sahabat baiknya, Agustine Wulandari memiliki hubungan spesial di belakangnya selama ini. Agustine membuat Arya menceraikan Wilda dan membuat Wilda hancur berkeping-keping, saat ia pikir dunianya sudah hancur, ia bertemu dengan Mikael Parovisk, seorang CEO dari negara Serbia yang jatuh cinta padanya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Kejutan
Aroma kopi yang menguar dari dapur membangunkan pagi di rumah bеrukuran sedang itu. Wilda Sugandi yang berdiri di dekat kompor, tangannya cekatan menyiapkan sarapan. Hari ini adalah hari Senin, yang berarti suaminya, Arya Dwipangga, harus berangkat kerja.
"Sayang, kopinya sudah siap," panggil Wilda dari dapur. Arya, yang baru saja selesai mandi, segera menghampiri.
"Wah, аromanya enak sekali. Kamu memang istri yang baik," pujinya sambil mengecup singkat kening Wilda.
"Ah, bisa saja," jawab Wilda sambil tersenyum malu.
"Ini sarapannya sudah siap juga. Kamu mau makan nasi goreng atau roti bakar?"
"Nasi goreng saja deh. Sudah lama aku tidak makan nasi goreng buatanmu," kata Arya sambil duduk di kursi meja makan.
Wilda menuangkan nasi goreng ke piring Arya, tak lupa menambahkan telur mata sapi dan kerupuk sebagai pelengkap.
"Ini dia, nasi goreng spesial ala Wilda," ujarnya sambil menyodorkan piring tersebut.
Arya menerima piring itu dengan senang hati. "Terima kasih, sayang. Kamu memang yang terbaik," katanya sambil mulai menyantap sarapannya.
"Makan yang banyak ya, Sayang. Hari ini kamu ada meeting penting kan?" tanya Wilda sambil menuangkan teh hangat ke cangkir Arya.
"Iya, nih. Ada pertemuan untuk launching produk baru nanti siang," jawab Arya.
"Semoga saja semuanya berjalan lancar."
"Pasti lancar kok. Kamu kan hebat," kata Wilda menyemangati.
"Oh ya, nanti malam kita makan malam di luar yuk? Aku ingin mencoba restoran baru di dekat kantor kamu."
"Boleh saja. Aku juga sudah lama tidak mengajak kamu makan malam di luar," kata Arya.
"Nanti aku реsankan tempatnya."
"Asyik!" Wilda berseru senang.
"Kalau begitu, aku mau siap-siap dulu ya. Nanti kita berangkat kerja sama-sama."
"Oke," jawab Arya.
"Aku juga mau siap-siap lagi."
Keduanya kemudian makan sarapan dengan tenang, sambil sesekali bertukar cerita ringan. Setelah selesai, Arya berangkat kerja, Wilda mengantar Arya hingga depan pintu rumah, lalu mencium tangannya sebelum akhirnya Arya pergi dengan mobilnya.
Wilda melambaikan tangan hingga mobil Arya menghilang dari pandangan. Ia kemudian masuk kembali ke dalam rumah, bersiap untuk menjalani hari yang menyenangkan.
****
Ruang rapat kantor pemasaran itu penuh sesak. Para direksi dan staf pemasaran tampak antusias mendengarkan presentasi yang disampaikan oleh Arya Dwipangga. Hari ini adalah hari yang penting bagi perusahaan mereka. Mereka akan segera meluncurkan produk baru yang telah lama dinanti-nantikan. Arya, sebagai ketua tim pemasaran, berdiri di depan layar proyektor. Dengan penuh percaya diri, ia memaparkan fitur-fitur unggulan dari produk baru tersebut. Sesekali ia melemparkan pertanyaan kepada peserta rapat untuk memastikan bahwa mereka memahami apa yang ia sampaikan.
"Bapak dan Ibu sekalian, produk yang akan kita luncurkan ini adalah jawaban atas kebutuhan pasar saat ini," ujar Arya dengan suara lantang.
"Produk ini memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk lain yang standar saja. Saya yakin, produk ini akan menjadi pemimpin pasar dalam waktu singkat."
Arya kemudian menjelaskan lebih lanjut mengenai strategi pemasaran yang akan mereka lakukan. Ia juga memaparkan hasil riset pasar yang menunjukkan bahwa produk mereka memiliki potensi yang sangat besar untuk sukses. Para peserta rapat tampak sangat tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Arya. Beberapa di antara mereka mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Arya dengan sabar menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Setelah rapat selesai, para peserta memberikan tepuk tangan yang meriah. Mereka merasa kagum mereka atas penjelasan yang telah disampaikan oleh Arya.
"Saya sangat tertarik dengan presentasi yang Anda sampaikan, Pak Arya," ujar salah satu peserta.
"Saya yakin, produk ini akan sukses besar di pasaran."
"Terima kasih atas dukungannya," jawab Arya sambil tersenyum. "Saya berharap kita semua dapat bekerja sama untuk mencapai kesuksesan produk ini."
Arya kemudian berjalan menuju tempat duduknya dengan perasaan lega. Ia tahu bahwa presentasi yang ia sampaikan hari ini berjalan dengan lancar. Ia berharap, peluncuran produk ini akan menjadi langkah awal yang baik bagi kesuksesan produk baru mereka.
****
Di tengah rapat yang sedang berlangsung, handphone Arya bergetar. Ia melirik layar handphonenya dan melihat nama Agustine tertera di sana. Ia nampak mengernyitkan dahi, namun kemudian mengangkat telepon tersebut.
"Halo, Gus?" sapa Arya agak berbisik agar tidak mengganggu rapat yang masih berjalan.
"Arya, ini aku, Agustine," jawab suara di seberang telepon. "Kamu lagi sibuk ya? Maaf mengganggu."
"Tidak apa-apa, Gus. Aku sedang sibuk sedikit," jawab Arya. "Ada apa ya?"
"Aku cuma mau mengajak kamu bertemu nanti siang di cafe dekat kantor kamu," kata Agustine.
"Aku ada hal yang ingin disampaikan sama kamu."
Arya nampak terdiam. Ia nampak bingung dengan ajakan Agustine ini. Pasalnya, mereka sudah lama tidak bertemu.
"Boleh saja," jawab Arya kemudian. "Nanti aku kabari lagi kalau sudah selesai rapatnya."
"Oke deh. Ditunggu ya," kata Agustine. "Oh ya, Arya. Ini hal penting lho."
"Iya, Gus. Ada apa?" tanya Arya penasaran.
"Nanti saja ya aku cerita di cafe," jawab Agustine.
"Sudah dulu ya, Arya. Aku harus pergi dulu."
"Oke, Gus," jawab Arya. "Sampai nanti."
Agustine kemudian mematikan teleponnya. Arya menghela napas sedikit. Ia sedikit penasaran dengan apa yang ingin dibicarakan oleh Agustine. Namun, ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya terlebih dahulu. Ia harus fokus dengan rapat yang sedang berlangsung.
Setelah rapat selesai, Arya segera menghubungi Agustine untuk memastikan pertemuan mereka nanti siang. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa yang ingin dibicarakan oleh teman baik istrinya itu.
****
Arya tiba di cafe yang telah disepakati. Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari sosok Agustine. Tak lama kemudian, ia melihat seorang wanita yang duduk di salah satu sudut cafe. Wanita itu mengenakan pakaian yang agak terbuka, sesuatu yang tidak pernah Arya lihat sebelumnya dari Agustine. Ia terkejut, namun tetap menghampiri wanita tersebut.
"Gus?" sapa Arya ragu.
Wanita itu menoleh dan tersenyum. "Arya! Sini, aku udah pesan minum untukmu," katanya.
Arya menghampiri dan duduk di depan Agustine. Ia masih terkejut dengan penampilan Agustine yang berbeda dari terakhir kali ia bertemu dengannya.
"Kamu berbeda ya, Gus," kata Arya.
Agustine tertawa. "Ah, masa? Aku cuma ingin mencoba gaya baru saja," jawabnya.
"Kamu sendiri bagaimana kabarnya? Sudah lama kita tidak bertemu."
"Baik, Gus. Aku baik," jawab Arya. "Kamu sendiri bagaimana kabarnya? Aku dengar kamu tinggal di Prancis cukup lama."
"Iya, aku baru saja kembali ke Indonesia," kata Agustine. "Aku ingin membuat kejutan untuk Wilda, sahabatku."
"Oh ya? Kapan kamu mau menemuinya?" tanya Arya.
"Aku belum tahu," jawab Agustine. "Aku ingin membuat kejutan yang benar-benar menyenangkan untuknya. Aku butuh bantuanmu, Arya."
"Tentu saja aku akan membantu," kata Arya. "Ada ide?"
Agustine berpikir. "Aku ingin membuat pesta kecil untuknya," katanya. "Kamu tahu kan, Wilda sangat suka dengan pesta."
"Ide bagus," kata Arya. "Tapi, bagaimana caranya kita membuat pesta tanpa sepengetahuan Wilda?"
"Itu dia masalahnya," kata Agustine. "Aku butuh bantuanmu untuk merahasiakan ini darinya."
"Tenang saja, aku akan membantumu," kata Arya. "Aku akan mencari cara untuk membuat pesta ini berhasil."
Agustine tersenyum lega. "Terima kasih banyak, Arya," katanya. "Kamu memang yang terbaik."
"Sama-sama, Gus," jawab Arya. "Aku juga senang bisa membantu."
Namun tentu saja ada niatan terselubung Agustine untuk mendapatkan sesuatu yang akan menghancurkan Wilda.