NovelToon NovelToon
Obsession (Cinta Dalam Darah)

Obsession (Cinta Dalam Darah)

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Balas Dendam / Romansa / Roman-Angst Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ricca Rosmalinda26

Seorang mafia kejam yang menguasai Italia bertemu dengan seorang wanita yang memiliki sisi gelap serupa dengannya. Mereka saling terobsesi dalam permainan mematikan yang penuh gairah, kekerasan, dan pengkhianatan. Namun, di antara hubungan berbahaya mereka, muncul pertanyaan: siapa yang benar-benar mengendalikan siapa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ricca Rosmalinda26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu dan Kendali

Valeria baru saja menyelipkan pistolnya kembali ke dalam jaket ketika suara langkah kaki terdengar di belakangnya.

"Aku tahu kau tidak akan bisa diam saja."

Nada suara itu begitu khas—dalam, dingin, dan penuh kendali.

Valeria berbalik dan mendapati Dante berdiri di ambang pintu gudang, mengenakan jas hitam yang rapi meskipun berada di tempat kumuh seperti ini. Matanya menatap tubuh Lorenzo yang tergeletak dengan peluru di kepalanya, lalu beralih kembali pada Valeria.

"Kau mengikutiku?" Valeria bertanya, sedikit geli meskipun ia tahu seharusnya ia merasa terganggu.

Dante melangkah mendekat, suaranya tetap tenang tapi berbahaya. "Aku tidak perlu mengikutimu. Aku hanya tahu kau akan melakukan sesuatu yang bodoh."

Valeria tersenyum tipis. "Bodoh? Aku baru saja mendapatkan informasi paling berharga dalam hidupku. antonio. Dialah yang membunuh keluargaku."

Dante menghela napas, seolah sudah menduga sesuatu seperti ini akan terjadi. Ia meraih pergelangan tangan Valeria, menariknya dengan paksa.

"Kita harus pergi. Sekarang."

Valeria menepis tangannya. "Aku belum selesai di sini."

Dante menatapnya tajam. "Kau sudah cukup bermain untuk malam ini. Jika kau tinggal lebih lama, seseorang akan menemukan mayat ini. Dan percayalah, antonio punya mata di mana-mana."

Valeria mendengus, tapi ia tahu Dante benar.

Ia mengambil satu napas dalam sebelum akhirnya mengikuti langkah pria itu keluar dari gudang.

Di luar, sebuah mobil hitam sudah menunggu. Luca, tangan kanan Dante, duduk di kursi pengemudi, tampak tidak terkejut sama sekali dengan apa yang terjadi.

Begitu mereka masuk, Dante mengarahkan pandangannya pada Valeria.

"Kau harus mulai belajar berbagi rencana denganku, tesoro."

Valeria menoleh padanya, matanya berbinar penuh tantangan. "Dan sejak kapan aku mengikuti perintah siapa pun?"

Dante tersenyum tipis, tapi Valeria bisa melihat ketegangan di matanya.

"Sejak kau memilih untuk bersamaku," Dante menjawab, nadanya begitu pasti.

Untuk pertama kalinya dalam semalam, Valeria terdiam.

Karena meskipun ia suka bermain dalam bahaya, ia tahu bahwa Dante bukan sekadar pemain dalam hidupnya.

Dante adalah satu-satunya orang yang bisa menandinginya—satu-satunya orang yang mungkin bisa menghancurkannya.

Perjalanan di dalam mobil dipenuhi keheningan yang tegang. Valeria bisa merasakan Dante sedang berusaha menahan diri, tapi cengkeraman tangannya pada pahanya sendiri cukup kuat untuk menunjukkan betapa marahnya dia.

Begitu mobil berhenti di vila mereka, Dante keluar lebih dulu tanpa menunggu Valeria. Ia berjalan lurus ke dalam rumah, bahunya tegang, langkahnya berat.

Valeria mengikuti, sedikit tersenyum. Ia sudah tahu bahwa Dante akan marah, dan ia menikmati bagaimana pria itu kehilangan kendali karena dirinya.

Begitu ia menutup pintu, Dante berbalik cepat, menatapnya dengan mata yang gelap dan tajam.

"Apa yang kau pikirkan?" suaranya dingin, tapi jelas berisi kemarahan yang ia tahan.

Valeria mengangkat alis, menyilangkan tangan. "Aku pikir itu sudah jelas. Aku memburu musuhku."

Dante tertawa pendek, penuh sarkasme. "Sendirian? Tanpa memberitahuku? Tanpa perlindungan?"

Valeria berjalan mendekatinya, menyentuh dada pria itu dengan ujung jarinya. "Aku tidak butuh perlindungan, Dante. Aku bukan wanita lemah yang harus diselamatkan."

Dante mencengkeram pergelangan tangannya, menariknya lebih dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan.

"Dan aku bukan pria bodoh yang akan membiarkan wanita yang kucintai bermain-main dengan kematiannya sendiri," desisnya, suaranya lebih dalam dan berbahaya.

Mata Valeria menyipit. "Kau cemburu, Dante?" tanyanya dengan nada main-main.

Dante mencengkeram dagunya, memaksanya menatap langsung ke dalam matanya. "Aku marah, Valeria. Aku marah karena kau bertindak di belakangku. Aku marah karena kau lebih memilih mencari antonio sendirian daripada mempercayaiku. Dan aku lebih marah lagi karena kau bahkan tidak peduli jika kau mati di tangan mereka."

Valeria terdiam. Ia bisa melihat emosi yang bergejolak dalam mata Dante—amarah, kekhawatiran, bahkan sedikit ketakutan.

"Aku bisa mengurus diriku sendiri," jawabnya pelan, suaranya lebih lembut kali ini.

Dante menatapnya dalam-dalam, lalu akhirnya menghela napas panjang. Tangannya yang tadi mencengkeram dagunya kini meluncur ke lehernya, ibu jarinya menyapu kulitnya dengan lembut.

"Aku tahu kau bisa, tesoro," katanya dengan nada lebih rendah. "Tapi itu tidak berarti aku akan membiarkanmu melakukannya sendirian."

Valeria menelan ludah. Ia tahu bahwa Dante tidak hanya marah—dia takut kehilangan dirinya.

Untuk pertama kalinya, Valeria merasa sedikit bersalah.

Hanya sedikit.

Valeria menepis tangan Dante dari wajahnya, matanya menyala dengan kemarahan yang sama besarnya.

"Aku bukan milikmu, Dante! Kau tidak bisa mengontrol semua yang kulakukan!" serunya, nadanya penuh tantangan.

Dante mendekat lagi, tatapannya semakin tajam. "Bukan milikku? Omong kosong, Valeria. Kau milikku sejak hari pertama aku melihatmu. Sejak kau memilih berjalan bersamaku!"

Valeria mendengus, mencengkeram kerah jasnya dengan kasar. "Kau tahu aku tidak bisa diatur, Dante. Aku akan tetap melakukan apa pun yang kuinginkan!"

Dante tertawa pendek, tapi itu bukan tawa yang menyenangkan. "Dan kau tahu aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja karena kebodohanmu sendiri!"

Suasana semakin panas, napas mereka memburu dalam kemarahan yang terus memuncak.

Valeria mendorong Dante ke dinding, tapi pria itu malah membalikkan posisi mereka dalam sekejap, memerangkapnya dengan tubuhnya yang kuat.

"Kau marah, hm?" Dante menatapnya dalam, senyuman penuh bahaya tersungging di bibirnya. "Kau ingin melawanku, Valeria? Atau mungkin, kau hanya mencari alasan untuk sesuatu yang lain?"

Valeria mendongak, menolak untuk mundur. "Kau pikir kau tahu segalanya tentang aku?" tantangnya.

Dante menyeringai. "Tidak, tapi aku tahu satu hal. Kau tidak bisa menolak ini."

Dan sebelum Valeria sempat membalas, Dante menariknya dalam ciuman yang liar dan penuh gairah.

Valeria awalnya ingin menolaknya, ingin tetap mempertahankan amarahnya, tapi tubuhnya bereaksi lebih cepat daripada pikirannya. Tangannya mencengkeram bahu Dante, menariknya lebih dalam, membalas ciuman itu dengan intensitas yang sama.

Mereka seperti dua api yang bertabrakan—berbahaya, membakar, tetapi tak bisa dipisahkan.

Semua amarah, semua ketegangan, semua gairah yang tertahan selama ini meledak dalam cara yang paling brutal.

Tidak ada lagi perdebatan, tidak ada lagi argumen.

Hanya mereka berdua, terbakar dalam satu sama lain.

Udara di antara mereka terasa panas, bukan hanya karena kemarahan yang belum sepenuhnya reda, tapi juga karena gairah yang membara. Dante menarik Valeria lebih dekat, seolah ingin mengukirkan keberadaannya di dalam tubuh wanita itu, memastikan bahwa dia tidak akan pernah bisa melarikan diri darinya.

Valeria, yang biasanya mengontrol setiap situasi, kali ini membiarkan dirinya larut. Ia membiarkan Dante merenggut kendali, membiarkan ciuman itu semakin dalam, semakin menguasai. Tapi bukan Valeria jika ia menyerah begitu saja. Tangannya bergerak ke belakang leher Dante, menarik rambutnya dengan kasar, membuat pria itu mendesis pelan.

Dante tertawa di antara napasnya yang memburu. "Kau benar-benar tidak bisa hidup tanpaku, hm?" bisiknya di dekat telinga Valeria.

Valeria mendongak, menatapnya dengan mata yang menyala penuh api. "Kau pun begitu, Dante. Aku adalah candu yang tidak bisa kau lepaskan."

Dante menatapnya lama, lalu tersenyum miring. "Aku tak pernah ingin melepaskanmu, tesoro. Tapi aku juga tidak akan membiarkanmu bermain dengan kematian tanpa aku di sisimu."

Valeria menyipitkan mata. "Aku bisa mengurus diriku sendiri."

"Bukan itu masalahnya," Dante berbisik, tangannya mengelus rahang Valeria dengan lembut, bertolak belakang dengan intensitas dalam tatapannya. "Masalahnya adalah... aku tidak bisa membiarkanmu pergi ke tempat berbahaya tanpa aku."

Valeria menatapnya lama, membaca kejujuran dalam matanya.

Lalu, dengan gerakan tiba-tiba, ia membalikkan posisi mereka, mendorong Dante hingga kini pria itu yang tersudut di dinding.

"Kalau begitu," bisiknya di dekat bibir Dante, "ikutlah denganku ke neraka."

Dante menatapnya dalam, lalu tersenyum. Senyum penuh bahaya. Senyum yang menandakan bahwa ia akan mengikuti Valeria ke mana pun, bahkan ke dalam api sekalipun.

Dan malam itu, mereka tenggelam dalam satu sama lain—dalam pertarungan yang lebih liar, lebih panas, dan lebih berbahaya daripada pertempuran mana pun yang pernah mereka lalui.

1
gaby
Ko Vale ga hamil2 thor?? Padahal dah sering tidur sm Dante. Mudah2an Vale hamil, biar bayinya jadi alasan Dante utk berubah lbh baik demi Vale & bayi mereka
gaby
Bunuh diri aja Val, kalo jalan kluar utk kabur dah ga ada. Hanya kematian yg bisa membebaskanmu. Tp kalo memungkinkah, tebarkan pesonamu, jerat Dante dgn Auramu, lalu taklukan Dante di kakimu. Mulailah hubunganmu dgn Dante dari Nol, jadilah manusia biasa yg hdp sederhana layaknya pasangan lainnya. Menikahlah dgn Dante & lahirkan bny penerus
Shin Raecha: nah, Kira-kira nanti Dante sama Val gimana yaa.
total 1 replies
gaby
Apa jgn2 Valeria & Lorenzo sama2 mata2 interpol yg menyusup k kerajaan Dante?? Apa profesi Valeria sebenarnya?? Dan apa tujuan dia mendekati Dante
gaby
Aq dr awal baca ga ngerti jalan pikiran Valeria. Dia yg berusaha mati2an mengendalikan Dante tp pas Dante dah takluk, Valeria malah kabur. Dengan alasan ga masuk akal, Dante menggila setelah mbunuh Vittoria. Lah kan emang dr dulu Vale tau kalo Dante psikopat & Vale pun jg sama. Knp ga ajak Dante ke kehidupan damai yg baru?? Knp mesti kabur & malah berkhianat dgn mau membocorkan bisnis Dante ke Lorenzo. Padahal Dante mbunuh Vittoria karena Vittoria mencelakai Vale.
Nayla Syberia
Bagus kok,gpp Author teruskan👌🏻
Shin Raecha: ditunggu update selanjutnya /Kiss/
total 1 replies
nurzzz
ceritanya bagus banget semoga bisa rame yah banyak peminatnya
Shin Raecha: Aw, terimakasih 🥰🥰.
total 1 replies
nurzzz
wow keren
nurzzz
wah keren
Naira
seruuu kok ceritanya
Shin Raecha: Baca sampai end yaa 😄🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!