NovelToon NovelToon
PENCARIAN ISTRI SEMPURNA

PENCARIAN ISTRI SEMPURNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

"Kamu harus mencari istri lagi, Fauzan! Lihatlah anak-anak kamu masih kecil-kecil. Apakah kamu tidak kasihan dengan mereka, di saat mereka masih membutuhkan seorang ibu, bunda nya meninggal dunia," ucap seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibu kandung dari Fauzan.

Selama ini ibu Fauzan tinggal di luar kota dan tentu saja jauh dari kehidupan rumah tangga Fauzan. Namun melihat kehidupan putra nya kini, ibu Fauzan mulai sedih. Apalagi cucu-cucu nya kini sudah banyak dengan jumlah tujuh orang dari Fauzan saja. Istrinya Fauzan sendirilah yang mengurus sendiri anak-anak nya tanpa bantuan dari baby sitter maupun dari kakek neneknya yang tinggalnya sama-sama di luar kota semuanya.

"Nanti, mak! Bahkan istriku baru saja meninggal beberapa hari yang lalu," sahut Fauzan.

"Mamak ingin membantu kamu, tapi mamak tinggal di kota Medan. Kalau kamu mau dan mengijinkan, mamak mau merawat dua anak kamu sekaligus tapi harus mamak bawa ke Medan. Bagaimana?" kata ibu dari Fauzan.

"Jangan mak! Ini sudah resiko aku. Sementara waktu aku harus mencari pengasuh atau baby sitter untuk anak-anak ku. Mungkin dua baby sitter sekaligus akan aku upayakan untuk menjaga anak-anak ku di rumah. Sedangkan aku harus fokus dengan kerjaan ku," ucap Fauzan.

"Ya sudah lah, kalau kamu mau mencari pengasuh anak-anak kamu. Cuma kamu harus berhati-hati saat mencari baby sitter maupun pengasuh anak-anak kamu.Apalagi sekarang ini sering terjadi seorang pengasuh bayi atau anak-anak suka teledor dan suka kasih minum pada anak-anak obat tidur terus. Ini akan berakibat buruk pada anak-anak kamu nanti," kata mamak Sarina.

"Kalau kamu mengijinkan mamak mencarikan pengasuh atau perawat bayi, mamak akan mencarikan nya dua perawat anak-anak sekaligus. Tentu saja orangnya bisa kita percaya dan kita kenal baik dari keluarga nya. Mamak akan mencarikan nya di kampung," ucap Ibu dari Fauzan panjang lebar.

"Terserah mamak saja. Yang terpenting semua anak-anak ku keurus dan aku fokus mencari duit. Bukankah begitu, mak?" sahut Fauzan.

"Baiklah, mamak akan menghubungi budhe April dulu. Siapa tahu bude April bisa langsung membantu mencarikan dua pengasuh untuk anak-anak kamu. Setelah dapat dua pengasuh anak-anak kamu, mamak bisa pulang kampung dengan tenang dan lega," ucap mamaknya Fauzan sebut saja mamak Sarina.

"Baik mak! Mamak atur saja semuanya. Tapi aku harap, mamak kembali ke kampung setelah empat puluh hari meninggal nya istriku dan juga dua perawat untuk anak-anak ku bisa langsung ke sini untuk mengasuh dan merawat anakku," ucap Fauzan.

"Ya, ya mamak tahu itu?" kata mamak Sarina dengan logat Medan nya.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Bagaimana kak April? Kira-kira bisa tidak kakak mencarikan pengasuh anak-anak atau baby sitter untuk anak-anak nya Fauzan. Kakak tahu sendiri kan, kalau istri Fauzan telah meninggal dunia," kata mamak Sarina.

"Dan ini membuat kami sangat sedih dan kehilangan sekali. Bahkan anak-anak Fauzan masih kecil-kecil semua nya. Anak-anak nya selain masih kecil-kecil semuanya juga tujuh orang pulak. Apa tidak bikin pusing? Kasihan Fauzan ditinggal. istrinya disaat sayang-sayang nya," ucap mamak Sarina panjang lebar.

"Semua sudah takdir, dik! Soal pengasuh anak-anak, nanti aku usaha kan secepatnya mendapatkan nya. Mungkin aku akan mencarinya dari keluarga yang sudah kita kenal," sahut budhe April.

"Nah betul! Kakak harus selektif untuk mencari pengasuh cucu-cucu ku. Soalnya cucu-cucu ku sangat butuh perhatian dan juga kasih sayang. Selain tekun bekerja dan rajin, dia harus bisa memiliki kasih sayang pada anak-anak. Rasanya tidak rela jika menyerahkan anak-anak masih kecil-kecil seperti itu pada pengasuh yang hanya mengincar gaji saja," ucap mamak Sarina.

"Iya, aku paham itu dik! Baiklah nanti akan aku kabari secepatnya kalau sudah ketemu pengasuh yang cocok untuk cucu-cucu kamu dik!" sahut budhe April.

"Baiklah, aku tunggu kak kabar dari kakak," ucap mamak Sarina.

⭐⭐⭐⭐⭐

Satu minggu kemudian.

"Siapa nama kalian berdua?" tanya mamak Sarina pada dua gadis yang akan mengasuh ketujuh cucu-cucu nya atau anak dari Fauzan.

"Saya Sabrina sedangkan teman saya ini Erlina," ucap gadis yang menyebut nama dirinya dengan Sabrina.

"Oh, iya Sabrina dan Erina! Mulai hari ini kalian bisa bekerja di rumah ini mengasuh, menjaga, merawat anak-anak dari putra ku. Kalian akan mendapatkan gaji yang cukup besar yang sudah dijanjikan oleh putra ku," kata mamak Sarina.

"Selain itu, kalian harus tinggal di rumah ini. Silahkan kalian berdua berbagi tugas untuk menjaga ketujuh cucu-cucu ku. Yang terpenting semua nya beres. Jangan lupa makan, susu mereka. Kebersihan mereka juga jangan lupa dijaga supaya mereka cucu-cucu ku tetap sehat dan tidak mudah sakit," urai mamak Sarina.

"Baik mak!" sahut keduanya secara bersamaan.

"Kalian akan mendapatkan kamar sendiri-sendiri. Tapi untuk cucuku yang masih bayi, kalian harus menjaga nya. Salah satu diantara kalian harus tidur bersama cucu ku yang masih bayi," kata mamak Sarina.

"Baik mak! Nanti biar saya yang mengurus dan merawat cucu mamak yang bayi. Biar Erlina yang fokus ke cucu-cucu mamak yang lain," sahut Sabrina.

"Kalian bisa membagi tugas. Boleh bergantian supaya tidak capek. Karena kesehatan kalian juga penting," ucap mamak Sarina.

"Baik, mak!" sahut Sabrina dan juga Erlina.

"Kalian jangan khawatir, ketujuh cucu-cucu ku baik-baik dan tidak nakal kok. Dan juga tidak rewel," kata mamak Sarina.

"Baik, mak!"Kami akan berusaha semaksimal mungkin merawat cucu-cucu mamak dengan baik dan penuh kasih sayang," sahut Erlina.

"Bagus!? Kalau kalian bisa dipercaya untuk menjaga dan merawat cucu-cucu ku dengan baik, pasti putra ku akan memberikan bonus untuk kalian," kata mamak Sarina.

"Setelah ini, aku bisa lega mempercayakan ketujuh cucu-cucu ku pada kalian berdua. Setelah ini aku akan kembali ke kampung. Kalian tinggal di sini anggap saja seperti rumah sendiri. Karena putra ku nanti banyak waktu nya untuk bekerja. Putra ku itu sangat gila bekerja keras demi anak-anak nya," ucap mamak Sarina.

"Baik mak! InsyaAllah kami akan amanah menjaga cucu-cucu mamak," sahut Erlina. Dan Sabrina membenarkan ucapan Erlina.

🍁🍁🍁🍁🍁

Erlina dan Sabrina sudah mulai sibuk mengurus ketujuh anak Fauzan yang masih kecil-kecil. Mereka berdua terlihat kompak mengurus anak-anak dari seorang laki-laki duda yang baru ditinggal istrinya lantaran meninggal dunia. Secara bergantian mereka mengurus anak-anak itu seolah-olah telah mereka anggap sebagai adik mereka sendiri.

Saat sore menjelang malam, Fauzan telah pulang ke rumah. Anak-anak nya berhamburan memeluk dirinya karena ayah nya sudah dua hari ini tidak pulang karena urusan bisnis. Setelah adanya dua baby sitter yang mengurus anak-anak nya itu, mamak Sarina pulang ke kampungnya yaitu Medan. Dan Fauzan baru melihat kedua baby sitter yang mengasuh anak-anak nya itu.

"Jadi, kalian berdua yang sekarang ini mengurus ketujuh anak-anak ku? Kalian siapa namanya?" tanya Fauzan sambil melihat kedua pengasuh anak-anak nya dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Saya Sabrina dan ini Erlina," jawab Sabrina.Erlina mengiyakan sebagai tanda membenarkan bahwasanya dirinya bernama Erlina.

"Ya sudah! Terimakasih sudah berkenan mengasuh, merawat anak-anak ku. Mungkin aku setiap hari tidak selalu pulang ke rumah. Dengan bantuan kalian berdua, ini akan membuat meringankan tugas-tugas ku untuk menjaga, merawat anak-anak ku. Aku akan menggaji kalian dengan besar, apalagi jika kalian bisa menunjukkan kerja kalian yang bagus," ucap Fauzan.

"Tentu bang! Kami akan berusaha semaksimal mungkin mengasuh, menjaga, merawat anak-anak seperti adik kami sendiri," ucap Erlina pada Fauzan.

"Oke, mulai sekarang tinggallah di rumahku ini senyaman mungkin seperti tinggal di rumah kalian sendiri," sahut Fauzan.

⭐⭐⭐⭐⭐

Di kamar anak-anak, Erlina dan Sabrina beristirahat setelah anak-anak Fauzan sudah banyak yang tertidur. Keduanya saling pijat secara bergiliran.

"Aku pikir pak Fauzan itu sudah tua dan sudah ompong. Ternyata masih sangat muda sekali," ucap Erlina sambil memijat pundak Sabrina.

"Benar! Sudah tampan, kaya raya dan seperti nya sangat penyayang. Cuma sayangnya, kalau kita jadikan suami buntutnya sudah tujuh," ucap Sabrina.

"Kalau aku mau saja, kalau dijadikan istrinya. Aku rela kok menjadi ibu sambung bagi ketujuh anak-anak bang Fauzan," kata Erlina. Sabrina tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Erlina itu.

"Kamu yakin mau menjadi istri bang Fauzan, jika kalau bang Fauzan mengajakmu menikah dan menjadi ibu sambung bagi anak-anak nya? Perhatian kamu akan terbagi bagi karena harus memberikan perhatian pada anak-anak bang Fauzan," kata Sabrina.

"Aku mau saja, kok kalau benar-benar diajak menikah dengan bang Fauzan. Tapi seperti nya itu tidak akan mungkin terjadi. Lihat lah istri bang Fauzan dulu, cantiknya bukan main. Body nya sangat seksi dan berisi. Aku mungkin saja bukan tipe bang Fauzan," ucap Erlina.

"Tapi kalau pun bang Fauzan benar-benar mengajakku menikah, aku harus menerima paket komplit yang sudah dimiliki oleh bang Fauzan. Duda dengan tujuh anak-anak nya," ucap Erlina panjang lebar.

"Hahaha! Sini kemari lah Erlina! Gantian kamu yang akan aku pijitin! Kamu pasti juga sangat lelah karena mengurus adik bayi yang masih merah anak ketujuh dari bang Fauzan," kata Sabrina.

Kini giliran Erlina yang dipijat oleh Sabrina. Kedua baby sitter itu masih terlihat kompak karena berasal dari satu kampung yang sama. Mereka sama-sama berasal dari Medan tetangga dari budhe April.

Mereka tidak sadar kalau diam-diam percakapan keduanya di dengar oleh Fauzan. Fauzan yang mencuri dengar percakapan diantara mereka hanya tersenyum saja.

"Erlina atau Sabrina?! Kedua-dua nya sama-sama cantik. Dan mereka juga masih muda dan ranum. Kedua gadis yang tampaknya masih sama-sama perawan dan belum terjamah, hehehe!" gumam Fauzan sambil mengusap dagunya yang tidak memiliki janggut.

"Ehem! Kamu belum tidur?" tanya Fauzan pada Sabrina yang saat ini sedang keluar kamar hendak mengambil air minum lantaran haus.

Sebelum tidur, Sabrina lupa menyiapkan air mineral seperti biasa. Sabrina sering terbangun dan terjaga saat di tengah malam. Biasanya saat bangun dari tidur nya tersebut, Sabrina minum segelas air mineral. Namun ia lupa menyiapkan nya. Mau tidak mau dirinya harus ke dapur untuk minum dan menyiapkan air putih untuk persediaan nya. Kebetulan Fauzan masih terjaga dan merokok di ruangan tengah.

"Eh? Tadi sudah tidur, bang! Ini terbangun lantaran haus," ucap Sabrina.

"Oh, begitu! Lain kali, akan aku siapkan dispenser di dalam kamar mu. Biar sewaktu-waktu kamu bisa minum kapanpun kamu mau. Lagipula, kamu juga tidak perlu repot-repot ke dapur jika hendak membuatkan dan menyiapkan susu untuk anak-anak ku," kata Fauzan.

"Eh, iya bang!" sahut Sabrina sambil berjalan cepat ke dapur. Namun sebelum Sabrina melangkah, Fauzan memanggil dirinya.

"Sabrina!" panggil Fauzan.

"Iya, bang! Ada apa bang?" tanya Sabrina.

"Kamu bisa bikin kopi tidak? Sepertinya aku butuh kopi untuk teman merokok sambil begadang," ucap Fauzan.

"Em, tunggu sebentar yah bang! Saya akan bikinkan kopi untuk abang," sahut Sabrina tiba-tiba menjadi sangat gugup.

🌸🌸🌸🌸🌸

"Hem, pandai juga kau membuat kopi!" ucap Fauzan. Sabrina masih berdiri mematung dan belum kembali ke dalam kamarnya setelah meletakkan secangkir kopi hitam untuk majikannya itu.

"Hem, saya sering membuatkan kopi untuk bapak saat di Kampung bang. Jadi mungkin selera bang Fauzan sama dengan bapak saya yang juga pecandu kopi dan rokok. Apalagi rokok yang abang hisap, merek nya sama persis dengan apa yang selalu bapak beli," cerita Sabrina.

Fauzan tersenyum menunjukkan gigi nya yang sedikit kuning lantaran sering minum kopi dan pecandu rokok. Dan Fauzan paling malas untuk membersihkan karang gigi ke dokter spesialis gigi. Cukup dengan sikat gigi saja, Fauzan sudah merasa cukup untuk merawat gigi nya. Lagipula Fauzan belum pernah merasakan sakit gigi.

"Kamu kalau sudah mengantuk boleh kembali ke kamar kamu, Sabrina! Siapa tahu anak-anak ku terbangun dan minta susu," ucap Fauzan. Fauzan sedikit nakal saat mengucap kata susu dia memperhatikan bagian dada Sabrina. Bagian itu mungkin saja menjadi pusat perhatian dan bagi seorang pria sesuatu yang menarik. Apalagi milik Sabrina lumayan gedhe. Mungkin saja berukuran tiga puluh delapan.

"Tapi jikalau kamu belum mengantuk, kamu bisa duduk di sini kok. Kita mengobrol supaya lebih dekat. Kebetulan aku belum mengantuk. Biasanya kalau aku sedang pulang dari perjalanan ke luar kota sehabis melakukan perjalanan bisnis, istriku lah yang sering menemani aku. Kami bercerita panjang lebar. Kadang-kadang sampai larut malam," cerita Fauzan seraya menatap ke langit-langit ruangan tengah itu.

Sabrina akhirnya duduk di depan Fauzan. Fauzan tersenyum lebar. Kini keduanya mulai saling bercerita tentang kehidupan nya masing-masing. Entah siapa yang memulainya hingga keduanya bisa semakin akrab dan bebas bercerita tentang kehidupan pribadinya.

"Oh, jadi kamu sebenarnya sudah hampir menikah tapi tiba-tiba saja calon suami kamu menggagalkan nya?" ucap Fauzan yang menyimpulkan cerita dari kehidupan pribadi Sabrina.

"Benar bang! Padahal tanggal, hari dan bulan sudah ditentukan untuk acara akad nikah nya. Bahkan semua acara untuk pesta pernikahan nya pun sudah kami serahkan pada panitia pelaksana pesta pernikahan. Tapi tiga hari sebelum hari nya, dia tiba-tiba menghubungi saya dan menggagalkan nya," kata Sabrina.

"Wah benar-benar laki-laki aneh! Apa alasannya? Kenapa dia tiba-tiba saja menggagalkan pernikahan kalian? Rugi dong, pasti semuanya sudah di panjer untuk acara pesta pernikahan itu ke panitia persiapan pesta pernikahan," ucap Fauzan.

"Benar! Dia hanya bilang kalau dia tiba-tiba saja mendapatkan panggilan kerja di luar negeri. Bagi dia itu adalah cita-cita nya. Akhirnya, saya dan keluarga hanya bisa pasrah dan ikhlas dengan semua itu. Walaupun kami harus menghadapi rasa malu itu lantaran semua undangan pernikahan telah disebar," cerita Sabrina.

"Wah, aku tidak bisa membayangkan saat itu, kamu pasti benar-benar syok dan depresi tentunya," sahut Fauzan.

"Akhirnya kami putus hubungan bang! Dan keluarga ku sudah tidak mau lagi menerima dia untuk menjadi calon suamiku. Walaupun suatu saat nanti, dia datang kembali untuk melamar dan meminta aku untuk menikah kembali dengan nya," kata Sabrina.

Fauzan manggut-manggut menyimak cerita Sabrina dengan serius. Obrolan keduanya melebar kemana-mana. Yang pasti keduanya menjadi semakin dekat satu dengan yang lain.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Kenapa kamu sejak tadi senyum-senyum sendiri sih, Sabrina? Ada apa sih?" tanya Erlina penasaran dengan temannya pagi ini begitu aneh. Sabrina malah tersenyum lebar lalu melihat Erlina yang menatap heran dengan dirinya.

"Sepertinya aku mulai naksir dengan bang Fauzan deh!" kata Sabrina.

Erlina mengernyitkan dahinya lalu menatap heran pada Sabrina.

Sabrina kini menggendong anak bayi mungil anak dari majikannya itu, di mana istrinya meninggal lantaran setelah melahirkan bayi itu. Sabrina mengusap dengan penuh kelembutan anak bayi mungil itu seperti sudah menganggap nya sebagai anaknya sendiri bukan adiknya seperti yang dikatakan kemarin itu. Bayi mungil itu berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama oleh Fauzan dengan nama Hamzah.

"Kamu yakin? Kalau begitu, mulai sekarang kita saingan dong!" ucap Erlina. Sabrina tersenyum lalu menanggapi ucapan Erlina.

"Oke, mulai dari sekarang kita bersaing! Tapi kita tidak boleh saling bermusuhan loh. Apalagi saling membenci. Kita berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian bang Fauzan. Siapa yang dipilih oleh bang Fauzan, kita harus Terima dengan lapang dada," ucap Sabrina.

"Oke, aku setuju! Walaupun kita akan menjadi rival tapi kita harus tetap kompak dalam mengurus ketujuh anak-anak bang Fauzan. Karena kita di sini juga digaji kan?" sahut Erlina.

"Oke!" kata Sabrina.

"Jadi, kenapa pagi ini kamu seperti terlihat begitu bahagia? Hayo cerita padaku, Sabrina!" ucap Erlina.

"Kasih tahu gak yah?" sahut Sabrina.

"Kasih tahu dong!" ucap Erlina. Sabrina lagi-lagi senyum-senyum menunjukkan kalau dirinya saat ini sedang berbunga-bunga.

"Tadi malam, aku ngobrol dengan bang Fauzan sampai larut malam," Sabrina mengawali ceritanya.

"Lalu?" sahut Erlina dengan tidak sabar menunggu kelanjutannya.

"Yah gitu! Ngobrol panjang lebar sampai ke masalah pribadi kami masing-masing. Bahkan bang Fauzan sampai curhat dengan ku. Aku pun demikian. Aku mulai menceritakan perjalanan cintaku yang sempat kandas. Saat aku mengalami kegagalan itu. Dimana aku sudah dan hampir saja menikah namun akhirnya digagalkan oleh calon suamiku. Mas Anies yang akhirnya memilih meninggalkan aku demi kariernya. Akhirnya mau tidak mau aku harus merelakan mas Anies pergi dan gagal untuk menikah. Walaupun aku dan semua keluarga harus menanggung rasa malu karena kami sudah mempersiapkan semuanya. Bahkan undangan pesta pernikahan pun sudah kami sebar," urai Sabrina.

"Hem, terus setelah bang Fauzan mendengar semua cerita kamu, bagaimana dia menanggapi nya?" sahut Erlina.

"Bang Fauzan? Ah, rasanya nasihat nya bikin aku adem seperti disiram dengan es," ucap Sabrina malah kembali ngelantur.

"Lalu, apa lagi?" tanya Erlina mulai kepo.

"Ternyata bang Fauzan begitu sangat mencintai mendiang istrinya. Namun bang Fauzan benar-benar merasa menyesal kenapa selama ini dirinya sibuk dengan urusan bisnisnya. Sehingga saat istrinya melahirkan anak ke tujuh, dirinya tidak ada di saat itu. Bang Fauzan sangat menyesali hari itu. Hari yang seharusnya dirinya mendampingi istrinya saat memperjuangkan dan melahirkan anaknya yang ke tujuh hingga taruhan nyawa, bang Fauzan malah disibukkan dengan dengan bisnisnya di luar kota," cerita Sabrina.

"Mungkin lantaran sudah sering istrinya melahirkan apalagi ini anak yang ke tujuh, sehingga bang Fauzan jadi menyepelekan semua nya. Dianggapnya istrinya bisa menghadapi segalanya sendirian," sahut Erlina.

"Benar juga! Lagipula bang Fauzan sibuk dengan bisnisnya juga demi anak-anak dan istrinya, bukan?" kata Sabrina.

"Takdir seseorang siapa yang tahu. Kita pun tidak akan tahu kapan kita menemui ajal kita, bukan?" sahut Erlina.

"Eh, serem deh! Kamu kok bicaranya gitu sih! Aku tiba-tiba jadi takut loh!" kata Sabrina.

"Untuk mengingatkan saja! Bahwasanya kita hidup di dunia ini hanyalah sementara saja. Dan tentu saja ada kehidupan kekal dan abadi setelah kehidupan dunia ini. Jadi banyak-banyak lah berbuat kebaikan bukan?" kata Erlina.

"Benar! Aku rasa seorang istri, cukup mengikuti apa kata suami serta patuh terhadap nya saja, surga sudah menanti kita. Bagaimana menurut kamu?" ucap Sabrina.

"Hem, benar juga! Dan kamu ingin menjadi istri bang Fauzan yang patuh dan berbakti kepadanya, bukan? Jangan mimpi dong! Di sini kita masih bersaing!" kata Erlina.

"Hahaha, oke! Kita bersaing!" sahut Sabrina seraya menjulurkan lidahnya ke arah Erlina yang terlihat manyun bibir nya ke depan.

1
Cici Rosmawati
⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐
Nasih Moh
luar biasa
Jongger
cukup bagus Thor... semangat nulisnya
Wenny Enny
Luar biasa
Nays Noer
hayo pilih yang mana?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!