Akan Kutemukan Peggantimu

"Ada apa kamu datang ke sini?" tanya Wilda, matanya menyelidik, menatap Agustine yang sudah masuk ke dalam rumah ibunya.

"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat, Wil," jawabnya, suara Agustine terdengar dingin.

"Ke mana?" Wilda mencoba mencari tahu. Ia tidak mau gegabah, tapi nalurinya kuat mengatakan Agustine punya maksud tersembunyi.

"Sudah, ikut saja," Agustine menarik tangan Wilda, mencoba menyeretnya keluar rumah.

Wilda menolak. Ia menghempaskan tangan Agustine. "Aku tidak mau ikut kalau kamu tidak bilang mau dibawa ke mana," tolaknya, berusaha tetap tenang.

Jantungnya berdebar kencang, firasat buruk semakin kuat mencengkeramnya.

Agustine menggeram marah. "Jangan sok jual mahal kamu! Dulu juga kamu nurut saja waktu aku ajak pergi!"

Wilda terkejut. Kata-kata Agustine membuatnya teringat kejadian beberapa tahun lalu, saat mereka masih remaja. Agustine pernah mengajaknya pergi dan melakukan hal yang membuat Wilda sangat menyesal. Kenangan itu kembali menghantuinya.

"Itu dulu, Tine! Sekarang aku sudah dewasa. Aku tidak mau lagi jadi orang bodoh yang bisa kamu manfaatkan!" Wilda berusaha melawan, meskipun ia takut.

Mata Agustine berkilat marah. "Kamu pikir aku akan membiarkanmu bahagia setelah apa yang sudah kamu lakukan padaku?"

"Ayo ikut aku sekarang! Aku akan membuat kamu merasakan apa yang aku rasakan!"

Wilda terus melawan. Ia berteriak meminta tolong. Kebetulan, ibu Wilda keluar dari rumah. Melihat keributan itu, ibunya langsung menghampiri mereka.

"Ada apa ini?" tanya Nurjannah.

"Dia mau menculikku, Bu!" Wilda bersembunyi di belakang ibunya.

Agustine yang melihat ibu Nurjannah datang, terdiam. Ia tidak berani bertindak lebih jauh. Dengan tatapan penuh amarah, Agustine menunjuk Wilda.

"Ini belum selesai, Wil! Aku tidak akan pernah membiarkanmu tenang!" Setelah mengatakan itu, Agustine pergi dengan langkah cepat.

Wilda memeluk ibunya, ia menangis ketakutan. Ibunya mengusap rambut Wilda, mencoba menenangkan.

"Sudah, Nak. Jangan takut. Ibu akan selalu melindungimu," kata ibunya, penuh kasih sayang. Wilda tahu, ia harus lebih berhati-hati setelah kejadian ini. Agustine tidak akan menyerah begitu saja.

****

Di sebuah rumah, Zulaikha, ibu dari Arya, suami Wilda, tampak mondar-mandir dengan wajah kesal. Ia tidak habis pikir mengapa putranya masih saja mempertahankan Wilda sebagai istri. Baginya, Wilda tidak pantas untuk Arya.

"Wanita mandul seperti itu masih saja dipertahankan. Apa kurangnya wanita di luar sana? Arya benar-benar sudah dibutakan oleh cinta," gerutu Zulaikha seorang diri.

Zulaikha memang tidak pernah menyukai Wilda sejak awal. Ia menganggap Wilda tidak bisa memberikan keturunan untuk Arya, sehingga tidak pantas menjadi bagian dari keluarganya. Namun, ada fakta yang sengaja ia sembunyikan rapat-rapat. Keguguran yang dialami Wilda tiga tahun lalu bukan hanya karena takdir, tapi juga ada campur tangan Zulaikha di dalamnya.

Saat itu, Zulaikha dengan licik memberikan minuman yang telah ia campurkan dengan obat penggugur kandungan kepada Wilda. Ia melakukan itu karena tidak ingin Wilda mengandung anak dari Arya. Zulaikha ingin Arya menikah dengan wanita lain yang bisa memberinya cucu.

"Seharusnya Arya sudah menceraikan wanita itu sejak dulu. Tapi, kenapa dia masih saja bertahan?" Zulaikha terus menggerutu. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran putranya.

Zulaikha kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Arya.

"Arya, Ibu ingin bicara sesuatu yang penting," katanya dengan nada serius.

"Ada apa, Bu?" jawab Arya dari seberang telepon.

"Kamu harus segera menceraikan Wilda. Dia tidak bisa memberimu keturunan. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik," kata Zulaikha tanpa basa-basi.

Arya terdiam sejenak. "Bu, Arya sudah bilang. Arya tidak akan menceraikan Wilda. Arya sangat mencintainya," jawab Arya dengan tegas.

Zulaikha menghela napas kasar.

"Kamu ini keras kepala sekali, Arya! Apa kamu tidak ingin punya keturunan?"

"Tentu saja Arya ingin, Bu. Tapi, Arya percaya, suatu saat nanti Wilda pasti akan memberikan Arya keturunan," kata Arya, berusaha meyakinkan ibunya.

"Sudahlah, Arya. Ibu tidak mau lagi berdebat denganmu. Pokoknya, Ibu ingin kamu segera menceraikan Wilda," kata Zulaikha dengan nada Final. Ia kemudian menutup teleponnya dengan marah.

Zulaikha benar-benar kecewa dengan sikap Arya. Ia bertekad akan melakukan segala cara agar Arya mau menceraikan Wilda. Zulaikha tidak peduli jika harus menggunakan cara kotor sekalipun. Baginya, kebahagiaan Arya adalah yang utama, meskipun harus mengorbankan kebahagiaan orang lain.

****

Dengan perasaan bersalah dan penyesalan yang mendalam, Arya memutuskan untuk mengunjungi rumah Nurjannah, ibu Wilda. Ia berharap bisa membujuk Wilda untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk bercerai. Arya sangat mencintai Wilda, dan ia tidak ingin kehilangan wanita yang telah mengisi hatinya selama ini. Sesampainya di rumah Nurjannah, Arya disambut dengan tatapan dingin dan penuh kekecewaan dari ibu mertuanya. Nurjannah masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Arya telah berselingkuh dengan Agustine, sahabat Wilda sendiri.

"Nak Arya, kedatanganmu ke sini pasti untuk membujuk Wilda agar mau memaafkanmu, kan?" tanya Nurjannah dengan suara datar.

Arya mengangguk pelan. "Iya, Bu. Saya mohon, Bu, bantu saya untuk berbicara dengan Wilda.

Saya sangat menyesal atas kesalahan yang telah saya lakukan. Saya berjanji tidak akan pernah mengulanginya lagi," kata Arya dengan nada memohon.

Nurjannah menghela napas panjang. "Nak Arya, saya mengerti perasaanmu. Tapi, ketahuilah, luka yang kamu torehkan di hati Wilda sangat dalam. Sulit baginya untuk bisa memaafkanmu begitu saja," ujar Nurjannah dengan nada lembut namun tegas.

"Saya tahu, Bu. Saya salah. Saya pantas mendapatkan kemarahan Wilda. Tapi, saya mohon, Bu, beri saya kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Saya sangat mencintai Wilda," kata Arya, air matanya mulai menetes.

Nurjannah terdiam sejenak. Ia menatap Arya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Baiklah, Nak Arya. Saya akan coba berbicara dengan Wilda. Tapi, saya tidak bisa menjamin ia akan mau memaafkanmu," kata Nurjannah akhirnya.

Nurjannah kemudian masuk ke dalam rumah untuk berbicara dengan Wilda. Sementara itu, Arya menunggu di luar dengan perasaan cemas dan berharap-harap cemas. Beberapa saat kemudian, Nurjannah keluar dari rumah dengan wajah sedih.

"Nak Arya, Wilda sudah mendengar semua yang ingin kamu sampaikan. Tapi, ia tetap pada keputusannya untuk bercerai," kata Nurjannah dengan suara lirih.

Arya terkejut mendengar jawaban Nurjannah. Ia tidak menyangka bahwa Wilda akan tetap memilih untuk berpisah darinya.

"Tapi, Bu, saya mohon, Bu. Saya tidak ingin kehilangan Wilda," kata Arya dengan nada putus asa.

Nurjannah menggelengkan kepala. "Nak Arya, ini adalah pilihan Wilda. Sebagai seorang ibu, saya harus menghargai keputusannya. Saya harap kamu juga bisa menerima kenyataan ini," kata Nurjannah.

****

Sementara itu, di tempat lain, Mikael, sedang berusaha mencari tahu lebih dalam mengenai ajaran Islam yang dianut oleh wanita tersebut. Mikael menyadari bahwa Wilda adalah seorang Muslimah yang taat, dan ia ingin memahami lebih jauh mengenai keyakinan yang dipegang teguh oleh Wilda. Mikael tidak hanya mencari informasi melalui internet, namun ia juga bertanya kepada asisten pribadinya mengenai Islam, terutama mengenai batasan-batasan yang mengatur interaksi antara laki-laki dan perempuan dalam agama tersebut. Mikael ingin mengetahui bagaimana ajaran Islam mempengaruhi kehidupan Wilda, termasuk dalam hal pergaulan dan batasan dengan lawan jenis.

"Tolong carikan informasi sebanyak mungkin mengenai ajaran Islam, terutama tentang batasan antara laki-laki dan perempuan," pinta Mikael kepada asistennya.

Asisten Mikael yang sigap dan profesional segera mencari informasi yang dibutuhkan. Ia mengumpulkan berbagai artikel, jurnal, dan sumber-sumber lain yang membahas mengenai ajaran Islam, termasuk batasan-batasan dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Mikael dengan tekun mempelajari informasi yang diberikan oleh asistennya. Ia ingin memahami bagaimana ajaran Islam mempengaruhi cara pandang dan perilaku Wilda. Mikael menyadari bahwa memahami keyakinan Wilda adalah kunci untuk mendekatinya.

"Saya harus memahami lebih dalam mengenai Islam jika saya ingin mendapatkan hatinya," gumam Mikael dalam hati.

Mikael tidak hanya ingin sekadar mendekati Wilda, namun ia juga ingin menghargai keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh wanita tersebut. Ia ingin menunjukkan bahwa ia tertarik pada Wilda bukan hanya karena kecantikannya, namun juga karena kepribadian dan keyakinannya yang kuat.

Mikael berharap, dengan memahami ajaran Islam yang dipegang teguh oleh Wilda, ia bisa mendapatkan hatinya dan menjalin hubungan yang serius dengannya.