Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pil KB
"Kok bisa garis dua sih?! Gimana kamu ini argh!!!!" Ucap Martin menggaruk kasar rambutnya.
Testpack yang di sodorkan istrinya Agistya (Tya) sama sekali tak di sentuhnya.
"Ma-maaf sayang, maafin aku." lirih Tya melihat suaminya seperti orang frustasi.
"Kenapa bisa begitu hah?! Isi kepala kamu berfungsi atau engga?!!" Ucap Martin dengan nada membentak.
"A-aku lupa bawa pil KB saat kita liburan sayang."
"Terus kenapa kamu gak bilang! Kalau tau kamu gak bawa pil KB aku juga ga akan mau sentuh kamu!"
Martin dan Tya berpacaran hampir 5 tahun sejak kuliah dan lalu menikah saat mereka sudah masing-masing mendapat pekerjaan.
Martin masih menjadi tulang punggung keluarganya, karena Erlangga ayahnya sudah tidak mau lagi bekerja karena merasa sudah cukup di biayai oleh Martin setiap bulannya, Martin juga masih mempunyai adik perempuan yang masih kuliah bernama Komala, ibunya Yunita juga masih aktif mengikuti arisan sana sini dengan teman-temannya.
Awalnya semua berjalan baik sesuai rencana, Tya tidak pernah mempermasalahkan soal gaji suaminya yang lebih banyak keluar untuk keluarganya di banding untuk dirinya, karena selama ini penghasilan Tya bisa menutupi semua kebutuhan, termasuk mengirim uang untuk ibunya yang tinggal seorang diri.
Penghasilan Martin juga setiap bulannya digunakan untuk membayar cicilan rumah dan mobil yang jangka waktunya lumayan lama, karena Martin memilih angka terkecil dalam cicilan di setiap bulannya.
Martin dan Tya sepakat untuk tidak mempunyai anak dulu, sampai semua cicilan lunas dan Komala adiknya sudah lulus dan bekerja.
Tapi kenyataannya, saat ini Tya hamil di tengah cicilan rumah dan mobil yang masih berlangsung lama.
Tya terus menangis lirih, sambil tangannya terus memegang testpack. "Terus gimana sayang?"
"Kamu masih nanya gimana? YA GUGURIN!"
Tya langsung tersentak saat mendengar kata-kata yang sangat tidak di harapkan keluar dari mulut suaminya itu, walaupun kehamilannya tidak terencana, tapi berarti Tuhan sudah mempercayakan calon anak ini pada Tya dan juga Martin.
"Jaga mulut kamu sayang, ini darah daging kita, buah cinta kita."
"Arghhh perset*n dengan buah cinta, aku gak mau tau ... Gugurin anak itu, aku udah gak ada budget buat urusin semua kebutuhan anak, kecuali jika cicilan rumah dan mobil sudah selesai."
Air mata makin mengalir deras di pipi Tya, bisa-bisanya Martin berkata seperti itu terhadap calon anaknya.
"Sayang, apakah kamu tau ... Di luar sana banyak yang menginginkan kehadiran anak, tapi mereka sulit mendapatkannya, harusnya kita bersyukur."
"Terserah!" Ucap Martin lalu pergi meninggalkan Tya masuk kedalam kamar mandi.
Di luar kamar, ternyata ... Ada 3 pasang telinga yang mendengarkan pertengkaran Tya dan juga Martin, mereka sama-sama melongo, saat mendengar jika Tya hamil.
Tidak ada sama sekali kebahagiaan yang mereka rasakan, seperti pada halnya keluarga lain yang sangat senang jika mendengar akan ada anggota baru di keluarganya, mereka lebih merasa takut kehilangan jatah bulanan jika nantinya ada seorang bayi yang hadir di tengah mereka.
"Bu, Mala pokoknya gak mau kalau kak Martin punya anak dulu, kuliahku belum selesai, masih butuh banyak biaya. Oh ya ... yang aku tau pekerjaan kak Tya juga melarang karyawannya untuk hamil, pasti nanti Kak Tya resign juga, otomatis uang gaji kak Martin nantinya akan dikuasai sama kak Tya." Ucap Komala mempengaruhi ibunya.
Yunita menimbang-nimbang apa yang dikatakan oleh anak bungsunya itu.
Lalu dia mengajak suami dan juga anaknya, agar menjauh dari kamar Martin ... Karena sudah tidak terdengar lagi pembicaraan apapun dari dalam sana.
Erlangga juga merasa khawatir, jika nantinya dia harus kembali bekerja di umurnya yang sudah melewati paruh baya.
Aku gak mau bekerja lagi, enak begini toh. Ucap Erlangga dalam hatinya.
***
Yunita dan Komala, menyiapkan makan malam dengan perasan yang tidak seperti biasanya, mereka sedang di ambang ketakutan karena dana yang di berikan Martin tiap bulan sangatlah berpengaruh.
Tya keluar kamar seorang diri, dia langsung bergabung dengan Mala dan juga mertuanya yang sedang sibuk di dapur dan meja makan.
"Masak apa malam ini Bu?" Tanya Tya berbasa-basi.
Tya memang dilarang memasak oleh Martin setiap harinya, kecuali jika libur bekerja ... Tujuan Martin melarang Tya turun tangan di dapur adalah takut Tya lelah karena telah seharian bekerja, dan itu sudah di setujui oleh Yunita mertuanya.
"Ikan balado, sayur, tahu tempe." Ucap Yunita sekenanya.
"Biar Tya bantu Bu." Tya mengambil salah satu piring yang ada di atas meja dapur untuk di pindahkan ke atas meja makan.
Ternyata tanpa mereka sadari, Martin sudah duduk di meja makan tanpa berkata apapun, biasanya Martin selalu memulai pembicaraan sekalipun itu tidak penting, seperti menanyakan keseharian adiknya di kampus, atau kegiatan orang tuanya.
Makan malam saat ini berlangsung hening, tidak seperti biasanya.
Ibu, ayah dan Mala kenapa lebih banyak diam? Apa mereka mengetahui pertengkaran aku dengan Martin tadi? Tidak biasanya mereka seperti ini.
"Sayang, mau nambah?" Tawar Tya pada Martin yang sudah menghabiskan makanannya lebih dulu.
"Engga."
"Kamu gak enak badan?" Tanya Yunita pada Martin.
"Engga Bu, aku kurang nafsu makan aja." Jawab Martin sambil tersenyum hambar.
Selesai makan, Tya tahu diri untuk bergantian membersihkan peralatan makan, biasanya Martin melarangnya dan menyuruhnya untuk langsung masuk kamar untuk beristirahat, tapi malam ini suaminya itu membiarkan apa yang di lakukan oleh Tya, begitupun dengan Yunita dan Komala ... Mereka malah memanfaatkan keadaan ini, kedua wanita itu langsung masuk kamar masing-masing
***
Malam harinya.
Tya mengelus perutnya yang rata sambil bersandar di tempat tidurnya. "Kamu adalah sumber kebahagiaan, jangan merasa tidak di inginkan ya sayang, mama sangat menginginkan kamu." gumam Tya dengan mata yang berkaca-kaca.
Sudah hampir tengah malam, Martin belum juga masuk ke dalam kamarnya, rupa-rupanya dia tertidur sambil menonton tv di atas sofa.
Tya tidak bisa tidur, ini pertama kalinya setelah menikah Martin tidak tidur dengannya, perlahan dia berjalan keluar kamar, hendak mencari dimana Martin berisitirahat.
Martin sedikit mendengkur, dan itu memudahkan Tya untuk menemukannya.
"Ketiduran sambil nonton." Kata Tya lalu berjalan menghampiri Martin.
"Sayang, bangun ... Pindah ke kamar." Tya menggoyangkan pelan bagian tangan Martin, agar suaminya itu terbangun.
"Sayang ... pindah yuk."
Martin membuka matanya, lalu menipis tangan Tya yang menyentuhnya. "Aku mau disini, aku sedang tidak ingin tidur bersama istri yang suka melawan suaminya."
Degan mudahnya air mata turun dari pelupuk mata Tya saat mendengar Martin berkata seperti itu.
"Sayang, mari kita bicarakan lagi baik-baik." Ajak Tya dengan suara pelannya, khawatir mertua atau adik iparnya mendengar dari dalam kamar masing-masing.
"Gak mau! Sana masuk kamar!" titah Martin ketus.
puasssss banget tuhhhh si Martin 😡😡😡
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗