NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM SI BUNGSU

BALAS DENDAM SI BUNGSU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Teen School/College / TKP / Trauma masa lalu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Satu demi satu kematian terjadi di sekolah.

Jika di waktu biasa, orang tua mereka akan langsung menuntut balas. Tapi bahkan sebelum mereka cukup berduka, perusahaan mereka telah hancur. Seluruh keluarga dipenjara.

Mantan anak yang di bully mengatakan, "Jelas ini adalah karma yang Tuhan berikan, atas perbuatan jahat yang mereka lakukan."

Siswa lainnya yang juga pelaku pembully ketakutan, khawatir mereka menjadi yang selanjutnya. Untuk pertama kalinya selama seratus tahun, sekolah elit Nusantara, terjadi keributan.

Ketua Dewan Kedisiplinan sekaligus putra pemilik yayasan, Evan Theon Rodiargo, diam-diam menyelidiki masalah ini.

Semua kebetulan mengarahkan pada siswi baru di sekolah mereka. Tapi, sebelum Evan menemukan bukti. Seseorang lebih dulu mengambil tindakan.

PERINGATAN MENGANDUNG ADEGAN KEKERASAN!!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 1 PULANG

Gunung-gunung di kejauhan tampak jelas, dengan awan jatuh di atasnya, seolah sang pelukis tanpa sengaja meninggalkan goresan, yang menjadikannya lukisan yang menakjubkan.

Tidak jauh dibawahnya, sebuah kereta melaju dengan kecepatan tinggi. Salah satu jendela kaca menampakkan tampilan seorang gadis manis. Matanya jernih selembut embun di pagi hari. Bibirnya pink alami tanpa ternoda bahan kimia. Alis hitam pekat, bulu mata panjang, dan lentik. Wajahnya bersih, cerah seputih air susu. Gadis yang amat cantik.

Hanya saja gadis itu tampak linglung, dengan pandangan yang kosong, menatap ke luar jendela.

Di dalam kereta, seorang pria dewasa, bergerak dengan ragu-ragu, "Ehem, dik? Adik bepergian sendirian, memang tidak takut ya."

Tak ada tanda-tanda perubahan pada ekspresi gadis di depannya. Sikapnya sangat tenang. Hanya melirik pria dewasa di depannya. Kursi yang mereka tempati, untuk diisi empat orang. Namun, sepertinya dua penumpang lainnya telah turun di pemberhentian sebelumnya.

"Jangan takut, saya bukan orang jahat kok. Saya seorang guru. Apa kamu tahu NUSANTARA HIGH SCHOOL. Nah, saya adalah salah satu guru disana. Hehe, lebih tepatnya guru magang. Baru satu bulan lalu saya baru mulai magang. Kali ini saya pulang ke kampung halaman Di kota Malangit-"

Mendengar kota yang disebutkan, ketenangan yang sebelumnya ditunjukkan gadis itu menjadi sedikit goyah.

".... Karena ada keperluan mendadak. Adik sendiri? Asal mana dan mau kemana. Ah, maaf jika saya banyak bicara. Semenjak dari Jayakarta tidak ada yang bisa diajak ngobrol."

"Saya turun di Malangit," kata Aria.

"Ah, jadi kita memiliki tujuan yang sama. Itu sebuah kebetulan."

Aria sedikit mengangguk untuk membenarkan.

"Wah, tidak kusangka akan bertemu sesama penduduk kota seperti ini...."

Obrolan berlanjut, meski Aria hanya sesekali menanggapi dengan singkat, hingga keduanya turun bersama di stasiun Malangit, mereka pun berpisah di jemputan masing-masing.

...----------------...

Jalan di kota Malangit sudah mengalami banyak perubahan dalam delapan tahun terakhir. Bangunan-bangunan baru nampak memenuhi lahan-lahan yang mulanya kosong.

Aria menatap sekeliling dengan tertarik, kenangannya melayang pada delapan tahun yang lalu, saat Dia meninggalkan kota ini.

Delapan tahun yang lalu, Dia juga melalui jalan ini. Saat itu perjalanan nampak singkat. Seperti tidak membiarkannya menyimpan banyak kenangan.

Kepalanya tertunduk memikirkan banyak hal. Sampai tidak sadar motor yang ditumpanginya mulai melambat. "Dik, kita sudah sampai di desa Suko. Dimana adik ingin turun?"

Aria mendongak, menatap tugu selamat datang, dan bergumam, "Aku pulang?"

"Yaa? turun dimana dik?"

"Turunkan di perempatan di depan, pak. Terima kasih."

Aria turun dari atas becak, menyerahkan beberapa lembar uang, dan menurunkan tasnya. Tukang becak yang telah mendapatkan uang pun menjalankan kembali becaknya menuju pangkalan semula.

Untuk sejenak Aria terpaku, sepertinya Dia masih tidak percaya Dia benar-benar kembali ke rumah.

Samar-samar terlihat para ibu-ibu sedang bercengkrama di teras rumah. Sedangkan anak-anak bermain di jalan-jalan. Tidak nampak pria dewasa di antara mereka. Sepertinya sang kepala keluarga tengah mencari nafkah.

Jantung nya berdebar-debar, seulas senyum terbit di bibirnya, tidak berlama-lama Dia berjalan ke sisi samping, sebuah jalan kecil menuju rumahnya.

Mengikuti ingatannya, Aria melewati beberapa belokan, beberapa rumah sudah mengalami renovasi, sehingga Dia tidak lagi mengenalnya. Namun, beberapa hal masih dipertahankan. Misalnya sumur desa yang biasa dia pakai seluruh desa. Rumput di sisinya sudah tinggi, tapi melihat jejak di sisi lainnya, nampak sumur itu masih digunakan.

Sampai di satu belokan lagi, Aria mempercepat langkahnya. Tapi kemudian Dia berhenti.

Sebuah Rumah hangus, dengan sisa-sisa kebakaran yang jelas. Samar-samar bahkan masih tercium aroma hangus.

Aria menatap lekat-lekat pada rumah yang hangus. Wajahnya pucat pasi, untuk sesaat ingatan keluarga yang terdiri dari lima orang menjadi kabur.

Tiba-tiba sebuah suara terdengar, dari belakangnya, "Nak, siapa kamu? Apa yang kamu lakukan di tempat ini?"

Aria menenangkan dirinya, jarinya yang gemetar Dia sembunyikan di belakang punggung. Suaranya sedikit serak saat berucap, "Dimana keluarga yang tinggal disini?"

Wanita yang bertanya, menjadi curiga, tapi meski begitu Dia masih menjawab. "Apa kamu tidak tahu, satu tahun yang lalu kebakaran terjadi, tidak ada yang selamat. Kamu ini siapa? Apa kamu kerabat jauhnya?"

Seutas benang kewarasan terputus. Otaknya berdengung dengan hebat. Tapi Dia masih berusaha menekan emosinya.

"Tidak ada yang selamat? Bagaimana dengan anak-anak mereka."

"Emm, itu," Wanita itu menjadi ragu-ragu untuk melanjutkan.

Aria tidak sabar menunggu, Dia langsung mengeluarkan uang di sakunya, dan menyerahkan uang itu pada wanita di depannya.

Dengan uang di genggamannya, wanita itu mulai bercerita. "Pasangan itu memiliki tiga anak. Anak bungsunya hilang saat terjadi huru-hara epidemi delapan tahun lalu. Entah bagaimana nasibnya, tidak ada yang tahu. Tapi mereka beruntung dengan dua anak yang tersisa. Keduanya adalah siswa yang cakap. Sehingga mendapat beasiswa di kota kabupaten. Itu merupakan sekolah bergengsi di negara ini. NUSANTARA HIGH SCHOOL. Kamu pasti pernah mendengarnya."

Perasaan familiar hinggap di hatinya, Dia memang merasa pernah mendengar nama sekolah itu. Tak urung hatinya merasa bangga. Kedua kakaknya memang pintar sejak kecil. Wajar jika sampai mereka diterima di kota kabupaten. Namun, kabar selanjutnya seperti menyiramkan air garam ke bekas lukanya.

"Sayangnya keberuntungan itu tidak berlangsung lama. Sekitar satu tahun yang lalu, sebuah kabar buruk datang berturut-turut dari kota, putri sulung mereka bunuh diri. Sedangkan putra kedua mereka dipenjara. Keluarga itu mendapatkan kabar yang sangat menyakitkan dalam satu malam. Tidak ada waktu untuk bersedih, untuk mengambil tubuh putri mereka, dan mencari tahu kenapa putra mereka dipenjara. Sang kepala keluarga pun bergerak ke ibukota."

"Namun, saat dalam perjalanan. Bus yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Tak ada korban yang selamat. Bersamaan dengan itu, kabar dari pengadilan datang, sang putra akan segera dihukum eksekusi. Sang istri yang tinggal di rumah, tidak tahan dengan kematian satu persatu anggota keluarganya langsung jatuh sakit. Saat tengah malam, rumah tiba-tiba kebakaran. Karena waktu sudah tengah malam, tidak ada warga desa yang menyadarinya. Sehingga saat semua tahu, rumah sudah terbakar habis."

"Dalam kurun waktu yang singkat seluruh keluarga hancur. Tidak ada yang tersisa. Warga desa yang mengenal sanak saudara mereka langsung menghubungi. Tapi, tidak ada satupun yang menanggapi apalagi datang. Alhasil kami hanya membiarkan tempat ini tanpa membersihkannya. Pada akhirnya kejadian itu terlupakan begitu saja. Jika kamu adalah salah satu anggota keluarganya. Kenapa baru datang sekarang, Nak?"

"Saya baru mengetahuinya," jawab Aria pelan.

"Aneh, kepala desa mengatakan sudah memberi tahu semua saudara. Apa kamu berada di luar kota?"

Aria mengangguk kecil, Dia memang tinggal jauh dari kota ini.

"Pantas jika kamu baru mengetahuinya.... Nak, sebaiknya kamu menjauh dari rumah ini. Orang berkata seseorang melempar ilmu hitam ke keluarga mereka karena iri. Sehingga satu persatu anggota keluarga dikutuk sampai mati. Jika kamu tidak ingin terkutuk, sebaiknya kamu segera pergi. Doakan saja mereka dari jauh. Itu yang paling mereka butuhkan."

Aria hanya diam tidak menanggapi. berbicara tentang keluarga yang dikutuk sampai mati, lalu bagaimana dengannya, kenapa dia masih hidup, apakah karena keluarga nya tidak lagi menganggapnya, atau karena dosanya terlalu banyak hingga setan pun takut menjeratnya.

Karena keterdiaman Aria, wanita yang berbicara dengannya menjadi takut dan lari. Mungkin dia berpikir telah menemui hantu. Mengingat ekspresi Aria yang datar sejak awal. Seperti bukan manusia normal.

Tapi Aria tidak memperdulikannya. Perlahan Dia memasuki rumah, yang tinggal puing-puing itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!