Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Prolog Key Lin Tumbuh di Bumi Barat.
Di dalam dunia kecil yang di ketahui anak ini.
Dunia adalah tempat di mana ketidak adilan, dan kekerasan yang selalu dia terima berkuasa.
......................
Kata dengan nama Keadilan, apa itu benar ada?
Dia berjalan kesana kemari, menjual selembaran berisi berita yang akan di baca oleh orang lain. Entah akan di apakan oleh mereka selembaran itu, dia tidak akan peduli. Toh untuk buta huruf yang hanya mengandalkan kaki, dan tangan ini, apa yang perlu dia baca?
Itulah yang selalu ada di dalam pikirannya. Anak itu tidak lagi ingin bermain dengan anak lain, atau makan di restoran yang sering dia lewati. Jika koran-koran itu terjual semua sebelum sore, dia akan dapat tiga dolar. Itu adalah upah yang sangat besar buatnya.
"Key kecil. Bagaimana pekerjaanmu?" Seorang wanita muda memanggil pekerja ciliknya.
"Shoe, aku sudah menjual semuanya." Ujar si kecil itu. Key Lin, si kecil penjual koran yang baik hati dengan tubuh kurus kecilnya itu tersenyum senang, membayangkan roti yang hangat di hatinya.
Shoe memuji kerja keras si kecil. Dia memandangnya dengan tatapan bangga, lalu memberikan uang pada Key kecil.
"Ini, aku beri lebih padamu 1 dolar, karena kau bekerja keras. Pergi, dan pulanglah, hari hampir gelap." Shoe menatap Key Lin kecil dengan senyum di wajahnya.
Key Lin menerima uang itu, lalu mengembalikan setengahnya pada Shoe.
"Kak Shoe, terimakasih, bisakah kau menyimpan setengahnya untukku? " Key Lin menyodorkan setengah upahnya pada Shoe, membuat Shoe agak terkejut.
"Kenapa?" Shoe bertanya, hanya untuk memastikan bahwa anak di hadapannya baik-baik saja.
"Aku tidak mau ayahku diam-diam mengambilnya untuk berjudi, jadi tolong simpan untukku ya. " Key Lin menatap penuh harap pada Shoe. Berharap gadis muda itu setuju dengannya.
"Baiklah, aku akan menyimpannya untukmu, ketika kau perlu, aku akan menyerahkannya padamu. Oh ya, apa kau ingin aku menyimpan upahmu yang lain untuk seterusnya?" Tanya Shoe Serius. Dia ingin tahu dengan pasti keinginan anak itu.
Key Lin mengangguk, dan tersenyum. Segera mengatakan jika dia bisa menghasilkan lebih dari dua dolar, baru dia akan menitipkannya pada Shoe.
Shoe mengerti. Dia masuk kedalam Toko. Melambaikan tangan kepada Key Lin.
Yang Shoe tidak ketahui adalah alasan sebenarnya mengapa bocah itu sampai menitipkan uang kerja kerasnya pada orang lain?
......................
Perjalanan Pulang, Anak kecil dengan tangan kecilnya menghitung Sen yang dia hasilkan beberapa hari yang lalu. Dia tersenyum senang. Menatap uang hasil jerih payahnya.
Tanpa di sangka, uang kecil itu pun tak luput dari mata orang-orang yang rakus akan harta. Apakah bahkan orang kecil tidak di biarkan hidup dengan tenang?
Tidak, orang kaya mana mungkin sudi sekedar lewat ke tempat kumuh, dan kotor seperti ini? Key Lin sudah terbiasa dengan para bajingan di jalan yang kotor ini. Mereka adalah pemuda malas yang hanya berharap bisa memalak dari yang lebih lemah.
"Key kecil, seperti biasa, kami lapar. " Ujar Robert yang biasa meminta uang Key Lin.
"Aku hanya punya beberapa Sen, apa tidak masalah? Sebagian besar untuk kalian, aku harus makan juga." Key Lin menunjukkan uang sen di tangannya.
"Sedikit ini? Kau bercanda? Apa bosmu begitu pelit?" Kelvin Menatap uang receh dengan hina. Dia adalah anak bos yang bangkrut, terpaksa ke lingkungan kumuh, karena tidak ada lagi yang bisa dia jual.
"Diam kau, ini lebih banyak dari sebelumnya, pekerjaan kecil hanya ada upah kecil, keuntungan kecil. Jangan menindas dia." Alan menatap Robert bosnya, memberikan isyarat agar menyuruh anak baru itu diam.
Robert mengerti maksud Alan, langsung saja dia menaruh tangan pada bahu Kelvin. Tentu tidak ingin tangkapan mereka pindah.
"Jadi, kalian masih ingin atau tidak kakak-kakak? " Key menatap dengan sabar. Memperhatikan dahi tiga orang itu secara bergantian.
"Beri kami 60%." Robert tidak ingin membuat masalah, selama ada uang, maka dia tidak akan memukul Key Lin.
"Ini.." Key Lin memberikan 50 Sen miliknya, menyimpan 20 sen. Dia tersenyum pada tiga orang pemalak.
"Pergilah, jangan lupa, besok setor lagi!" Ujar Robert. Dia melepaskan Key begitu saja. 50 Sen cukup untuk sekali makan dua orang dewasa. Makan sederhana yang cukup layak.
Robert tak ingin anak buahnya membuat masalah dengan anak kecil, dan wanita. Karena sama saja mencari nahas sendiri. Dia mungkin terlalu memalukan memalak mereka, tapi dia tidak ingin menjadi penindas sungguhan.
"Tidak ada makan malam untukmu Kelvin. Cari tangkapan lain, aku akan mempertimbangkan melindungi kau di tempat sampah ini. " Robert mengajak Alan masuk, mereka punya anggota lain. mereka butuh satu dolar lagi untuk makan malam seluruh anggota.
Mereka mungkin bajingan, tapi ada yang lebih bajingan. Kelvin sudah melihat semua itu, termasuk ayahnya di saat masa jayanya. Tak terkecuali.