Rull, seorang pemuda berusia 17 tahun yang sering menjadi korban perundungan di sekolahnya, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Dalam sebuah kegiatan kemah sekolah, ia tersesat di hutan dan mengalami serangkaian kejadian mengerikan yang membawanya ke ambang kematian. Saat berada di antara hidup dan mati, sebuah entitas misterius memberinya kesempatan kedua di dunia yang asing dan penuh keajaiban.
Terbangun di dunia baru yang indah namun berbahaya, Rull harus belajar bertahan hidup dengan kemampuan serta kekuatan yang ia miliki. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Jack, Blade, dan Arlecchino. Mereka berpetualang bersama dan menyelesaikan konflik di berbagai region.
Entah takdir apa yang mereka hadapi bersama di dunia yang penuh keajaiban dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon The rull, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Pemuda Bernama Rull
Rull adalah seorang pemuda berusia 17 tahun, murid SMK biasa. Suatu pagi, alarm di kamarnya berbunyi keras. Dengan mata masih setengah tertutup, Rull bangun dari tempat tidurnya.
"Waktunya sekolah, Rull," kata ibunya dari dapur.
"Baik, Bu," jawab Rull sambil menggeliat. Setelah mandi dan berpakaian, dia duduk di meja makan untuk sarapan bersama keluarganya.
"Bagaimana hari sekolahmu, Rull?" tanya ibunya dengan penuh perhatian.
"Seperti biasanya, Bu," jawab Rull sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.
"Wah, sepertinya kamu mendapatkan banyak teman, ya," lanjut ibunya dengan senyum.
Rull hanya menggeleng pelan. "Tidak juga, Bu," jawabnya. Ibunya tidak mengetahui bahwa Rull adalah murid pendiam dan sering menjadi korban bully di sekolah.
"Ibu, aku sudah sarapan. Aku berangkat ya," kata Rull sambil berdiri dan merapikan seragamnya.
"Iya, hati-hati di jalan, belajar yang giat ya," pesan ibunya.
Rull berjalan menuju sekolah dengan langkah yang berat. Di balik wajah tenangnya, ada banyak kekhawatiran dan kesedihan yang dia sembunyikan. Namun, dia tak pernah mengeluh di depan orang tuanya.
Sesampainya di sekolah, Rull langsung menuju kelasnya.
Pelajaran dimulai, dan Bu Guru memasuki kelas dengan senyum lebar.
"Baik anak-anak, di hari Minggu nanti sekolah akan mengadakan ekskul camping. Sekarang, buatlah kelompok kalian masing-masing," kata Bu Guru.
Kegembiraan meliputi kelas, namun tidak bagi Rull. Saat semua murid sibuk mencari kelompok, Rull hanya berdiam diri, tidak ingin mencari kelompok ke siapa pun. Ia tahu, sebagai anak yang pendiam dan sering di-bully, mencari kelompok bukanlah hal yang mudah baginya.
"Hey Rull, kau tidak dapat kelompok, kah? Orang sepertimu tidak dibutuhkan, Rull. Hahaha," ejek seorang murid laki-laki dengan nada mengejek. "Yang ada kau hanyalah jadi beban ketika camping nanti."
Murid wanita bernama Elsa mendengar ejekan itu dan segera membantah, "Hey, kalian tidak boleh seperti itu! Siapa bilang Rull tidak berguna?"
Elsa lalu menoleh ke Rull dan berkata dengan lembut, "Rull, jangan dengarkan mereka. Bergabunglah dengan kelompokku."
Teman-teman di kelompok Elsa ikut mendukung, "Iya, Rull, bergabunglah dengan kami."
Rull merasa senang bahwa masih ada sebagian teman yang masih menganggapnya teman.
Beberapa waktu kemudian, bel pulang berbunyi. Elsa segera menghampiri Rull dan teman-temannya. "Rull, teman-teman, jangan pulang dulu ya. Ayo kita pergi ke taman, aku ingin membicarakan sesuatu," ajaknya.
Mereka pun setuju dan berjalan bersama menuju taman sekolah. Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk duduk, Bobby, salah satu teman dalam kelompok mereka, bertanya, "Ada apa, Elsa? Apa yang ingin kau bicarakan?"
"Saat jam istirahat tadi, aku tidak sengaja mendengar perdebatan antara Bu Guru dan Kepala Sekolah," kata Elsa dengan suara serius. "Ternyata, Bu Guru agak ragu dengan tempat camping yang dipilih Kepala Sekolah. Tempatnya di Hutan Kejayaan."
Rull mengerutkan kening. "Hutan Kejayaan? Bukankah itu hutan yang konon katanya banyak sekali makhluk buas?"
Elsa mengangguk. "Ya, betul. Tapi Kepala Sekolah bilang tempat itu sudah diamankan oleh petugas. Sepertinya kita tidak akan masuk terlalu dalam ke hutan itu."
Bobby menghela napas lega. "Baiklah, selama tempatnya aman, aku rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Ya, itulah yang ingin aku sampaikan. Baiklah, sampai jumpa lagi di hari Minggu," kata Elsa.
Mereka semua mengangguk dan mulai bersiap-siap untuk pulang. Namun, di benak Rull, ada sedikit keraguan yang mengusik. Hutan Kejayaan bukanlah tempat biasa, dan ia merasa ada sesuatu yang lebih besar menunggu mereka di sana.
**Hari Minggu pun tiba.** Rull bangun pagi-pagi dan segera bersiap-siap untuk camping. Setelah sarapan, ia memeriksa barang-barangnya sekali lagi.
"Apa yang kurang, Rull?" tanya ibunya dengan cemas.
"Tidak, Bu, semuanya sudah ada di dalam tas," jawab Rull sambil tersenyum.
"Berapa lama kau camping, Rull?"
"Hanya tiga hari, Bu."
Ibunya menghela napas. "Aku sangat khawatir denganmu."
"Tenang saja, Bu. Aku akan menjaga diriku," kata Rull menenangkan. "Selamat tinggal, Ibu."
"Jaga dirimu baik-baik, Rull," balas ibunya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.
"Iya, Bu," jawab Rull sebelum berangkat.
Sesampainya di sekolah, Rull melihat tiga bus besar yang akan membawa mereka ke lokasi camping. Elsa melambai kepadanya dari kejauhan. "Rull, kemarilah!" panggil Elsa.
Rull berjalan menghampiri kelompoknya. "Apa kau sudah membawa peralatannya?" tanya Elsa.
"Iya, sudah," jawab Rull. "Ngomong-ngomong, kita naik bus yang mana?"
"Kita menaiki bus yang kedua," jawab Elsa.
Semua guru datang, dan Kepala Sekolah mulai mengabsen para murid satu per satu. Setelah itu, mereka mulai memasuki bus masing-masing.