Halima Hartono itulah namaku.
Umur 21 tahun
Status janda anak 1
Dengan berat hati aku menerima perceraian dari suamiku, dan saat itu juga aku keluar dari rumah Besar mantan suamiku bersama Putri semata wayang ku.
Pulang ke rumah ke orangtua aku malu, karena aku yang mau nikah muda.
Dengan uang seadanya aku tinggal di sebuah kota kecil, sengaja aku cari dekat pasar, karena pikirku di pasar gampang cari uang.
Aku dapat sebuah kios yang cukup luas, ukuran 4x6, harganya setahun 30 juta, aku ambil dengan bayar 6 bulan.
Disinilah aku berada, di pasar Rakyat Sukamaju, karena sudah lama kios tidak disewa jadinya kotor
Saat membersihkan ruangan itu aku menemukan sebuah Cincin yang akan merubah kehidupan ku, bagaimana kisah-kisah hidupku silahkan ikuti ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhon Dhoe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 1 awal mula
Berstatus janda, bagi orang desa sangatlah tidak baik, cerita bisa di pelintir sesuka hati yang ingin bercerita.
Namaku Halimah Hartono, kedua orangtuaku termasuk cukup berada di di kampung, sebagai juragan Sayur, terbilang cukup membiayai kehidupan keluarga kami, apalagi ibuku memiliki warung sembako.
Kakakku bernama Hariyadi Hartono, seorang Pegawai Bank swasta, dia sebentar lagi akan menikah, saat itu aku baru berada di kelas 3 SMA atau kelas 12.
Aku di sekolahkan di ibukota Provinsi, dan berpacaran dengan seorang laki-laki yang sudah kuliah, dan kami tinggal di tempat kost yang sama.
Setelah dia lulus kuliah dan aku naik kelas 3, dia menyatakan ingin menikahi ku saat aku lulus.
Dan dengan senang hati serta bahagia aku setuju, karena 2 tahun kami pacaran, dia sangat menyayangi ku dan menghormati ku, jalan paling hanya pegangan tangan, paling banyak hanya mencium keningku, tidak lebih dari itu.
Setelah kakakku menikah, aku mengutarakan isi hatiku kepada orang tuaku, bahwa aku juga sudah calon, lepas lulus SMA, dia mau melamar ku.
Kedua orangtuaku dan kakakku sangat menentang keputusan ku, mereka bertanya apakah aku sudah terlanjur, aku menjawab tidak, bahkan aku memuji calon ku yang sopan dan menghormati ku.
Akhirnya keluargaku setuju, walau dengan berjuta ceramah nasehat dan banyak lagi, aku tak memperhatikan itu semua, karena hatiku terlanjur berbunga-bunga, karena keluargaku sudah setuju.
Hari kelulusan tiba, dan aku yang dasarnya pintar,ukus dengan predikat nilai tertinggi di sekolah bahkan di tingkat kabupaten.
Aku gak memikirkan semua prestasiku, di otakku hanya ada, bersatunya aku dengan pacarku.
Malam hari kami pergi jalan-jalan, Panji itulah nama pacarku, dia terlihat sangat bahagia, hingga aku di peluknya, dan aku membalasnya.
Dek, Minggu depan, orangtuaku akan datang melamar kamu, ucap Panji dan memberitahukan hari dan jam nya.
Aku tersenyum bahagia dan memeluk pacarku karena bahagia, akhirnya malam itu pun berlalu, tapi sebelumnya aku sudah ijin bahwa besok aku mau pulang kampung, dan akan menunggu nya di kampung untuk melamar ku.
Tiba di kampung, saat makan malam aku beritahukan apa yang mas Panji katakan, dan orangtuaku tidak masalah, dan saat itu juga aku video call dengan mas Panji.
Itulah kali pertama dia berbicara dengan Ayahku, dan perbincangan mereka ternyata nyambung, ada kesan baik ayahku terhadap mas Panji.
Dan benar saja, sesuai hari yang di tentukan, di saksikan keluarga besar dari pihak ayah dan ibu bahkan Kakek dan nenek ku dari kedua belah pihak, acara lamaran pun sah di laksanakan.
Dalam acara lamaran itu juga langsung di atur tanggal pernikahan kami, yaitu selesai aku terima Ijazah dan ada perjanjian bahwa aku harus kuliah, dan mas Panji setuju.
Waktu berjalan begitu cepat tapi bagiku begitu lambat, 2 bulan kemudian, acara pernikahan ku di gelar, dan dilaksanakan di kampungku, aku bahagia tidak ada perdebatan dari pihak mas Panji.
Seminggu aku tinggal di kampung, dan masa cuti mas Panji juga sudah selesai, akhirnya pada Minggu subuh aku di boyong ke Ibukota Provinsi, tempat dimana aku sekolah.
Mas Panji mengarahkan Mobilnya ke sebuah komplek perumahan dan ternyata itu sebuah yang sederhana dan mata mas Panji itu dia beli dari hasil tabungannya.
Aku bahagia, minimal tidak menyewa rumah, aku melayaninya dengan penuh rasa cinta, apalagi pengantin baru, sentuh sedikit pasti meledak, apalagi hanya tinggal berdua.
Mas Panji bekerja di Perusahaan terbesar di Ibukota provinsi ku, jadi pikirku aku wanita yang beruntung, lagi selesai subuh, aku berkutat di dapur menyediakan sarapan untuk suamiku.
Dia juga royal memberiku uang belanja, setiap ada kelebihan aku pasti masukan ke celengan, sedangkan uang khusus untukku, aku tabung, aku ingat namanya orang kerja swasta tidak seperti PNS, jadi aku juga berhemat dan lebih gemar menabung.
Di sela-sela kesibukan mengurus rumah dan suami, aku berjualan online sebagai Dropshiper, lumayan keuntungan nya untuk menambah tabungan ku.
Tak terasa sudah 5 bulan aku menikah, beberapa kali orangtuaku datang, begitu juga kakak dan kakak ipar ku, setiap bulan pasti mereka datang sekalian cek kandungan kakak ipar ku.
Selama menikah aku sangat bahagia dan di perlakuan dengan baik, apalagi aku tidak banyak menuntut, weekend, mas Panji selalu ajak makan di luar dan belanja keperluanku.
Pas bulan ke enam, aku positif hamil, pas dengan ulang tahun ku, mas Panji memberikan aku hadiah yang banyak termasuk uang sebesar 50 juta, dan saat aku bilang bahwa aku hamil, mas Panji lompat - lompat bahagia dan sujud syukur.
Seminggu kemudian kami adakan acara syukuran, tapi mertuaku tidak datang, dan memang selama pernikahan ku, mertuaku tidak pernah datang.
Memang mereka tinggal di Ibukota Jakarta, sedangkan kami di Bandung, termasuk dekat asal mau datang.
Waktu terus berjalan karena rasa bahagia,mas Panji menyewa jasa pembantu agar aku tidak capek, soal jualan online aku tetap menjalankannya.
Pelanggan ku sangat banyak, karena aku selektif dalam memilih toko dan barang, alhasil uangku menjadi sangat banyak, uang sisa belanja setiap hari, setelah celengan penuh, aku jalan kaki ke depan komplek yang hanya 100 meter, ada ATM setoran tunai, setelah uang receh aku tukar di Indomaret, aku langsung memasukkan ke dalam rekening pribadiku, di luar rekening uang bulanan.
Aku memang memiliki 3 rekening, 2 rekeningku, suamiku tahu, 1 rekening uang aku rahasiakan, semua pendapatan jualan online dan sisa belanja, juga uang pemberian orangtuaku dan kakakku, semuanya di rekening pribadi.
Uang bulanan, kalau aku tidak gunakan, aku ambil seperempat nya dan ku pindahkan ke rekening pribadiku.
Alhasil rekening rahasiaku, hingga saat melahirkan ada sekitar 200 juta, rekening itu memang sengaja di buatkan oleh kakakku, dia mengatakan bahwa aku harus punya rekening rahasia, agar kelak terjadi sesuatu, aku punya pegangan.
Rekening yang biasa aku pakai, masih tersisa saldo puluhan juta, rekening khusus uang bulanan juga, lebih 100 juta.
Waktu yang kami tunggu akhirnya datang, suamiku dengan cepat mengantarkan aku ke RS untuk melahirkan, keluargaku datang dan pastinya ibuku hadir, aku melahirkan dengan cara normal.
Setelah berjuang selama 3 jam, akhirnya aku melahirkan seorang Putra, suamiku begitu bahagia, dan menamai putra kami dengan Kenziro Aditya Mahesa.
Setelah 3 hari RS, kami pulang ke rumah, namun yang membuat aku sedih, mertuaku tidak kunjung datang melihat cucunya.
Malam harinya, aku bertanya kepada suamiku,dia mengatakan kalau orangtuanya ada di kar negeri, jelas aku kaget.
Mas Panji akhirnya menceritakan semuanya, entah bahagia atau sedih, mendengar cerita suamiku, bahwa, keluarganya adalah Pengusaha nomor 1 di Indonesia, sedangkan dia di Bandung, bekerja sebagai direktur utama perusahaan Keluarganya.
numpang nanya nih... kan sempat panji taruhan dg sepupuny hingga nikah dg halimah dan punya anak. apa si jessy ini y?
ingat, jika dmasa datang jangan dcari y...(aplg kalo butuh bantuan)
sukses selalu