Ryan Mc Greggor, seorang pemuda dengan karir cemerlang sebagai Kepala Bagian Kredit di sebuah Bank besar di kotanya, PT.Bank Hedon. Tetapi dia dipaksa keluar kerja oleh direktur bank-nya sendiri, Hanks Thompson untuk menjadi mata-mata di bank saingannya, PT. Bank Chtonic. Dengan kecerdasan dan pengalamannya yang luas tentu mudah bagi Ryan untuk pindah kerja.
masalah mulai timbul ketika Ryan jatuh cinta dengan Kabag Kredit di bank tempat barunya bekerja, Mila Helsinski. Ryan dalam dilema antara menjadi mata-mata dan menjatuhkan nasib Mila atau berhenti menjadi mata-mata dan akhirnya tentu saja ketahuan Direktur barunya.
Bagaimanakah kisah Ryan McGreggor selengkapnya? ikuti terus kisah Ryan, sang mafia perbankan.
Novel ini juga akan banyak dilengkapi teori-teori ekonomi sehingga cocok bagi kalian yang kuliah di jurusan ekonomi. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RIZA ANWAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG
Apa alasan si Hanks, Direktur utama yang sombong ini memanggilku, pikir Ryan ketika memasuki ruangan direktur utama PT.Bank Hedon Manisting, Mr. Hanks Thompson.
"Oh, Ryan, Sang Kepala Bagian Kredit perusahaan kita. Masuklah!” Kata Hanks Thompson seperti memang sudah menunggu Ryan sebelumnya.
Seperti biasa Mr.Hanks Thompson duduk di mejanya sambil menghisap cerutu. Ruangannya terkesan agak muram karena dia lampu hanya dinyalakan satu saja. Jam juga sudah menunjukkan pukul 20.00 malam.
“Ya Pak. Kata sekretaris saya, bapak memanggil saya..?” Tanya Ryan.
"Ya, ada sesuatu yang penting yang ingin kubicarakan denganmu. Duduklah dulu sambil minum kopi yang sudah disediakan,” Hanks Thompson berdiam diri sebentar sambil ikut mengatur tempat duduknya.
Direktur Hanks Thompson mengambil napas yang dalam kemudian bersiap-siap melanjutkan ucapannya, "Bank ini menjadi besar hingga menjadi bank terbesar kedua di kota ini berkat usahamu
juga. Kami sangat berterima kasih kepadamu Ryan," kata Hanks Thompson memuji Ryan.
“Tidak juga Pak. Bank ini sudah terbesar kedua sejak saya masuk. Saya masih belum bisa disebut berjasa kalau belum bisa membuat bank ini menjadi yang nomor satu,” ucap Ryan merendah. Muka Ryan memerah sebenarnya dia cukup suka dengan sanjungan itu, tetapi hati Ryan masih bertanya-tanya juga, tidak mungkin dia dipanggil hanya sekedar dipuji seperti ini.
“Ha..ha.....ha.... Untuk itulah aku memanggilmu, agar kamu bisa turut andil menjadikan bank ini menjadi nomor satu di kota ini. But the way, kamu masih ingat kan kalau ayahmu memiliki hutang 50 milyar rupiah di Bank Hedon ini?”
Ryan cukup terperangah mendengarkan kata-kata Hanks Thompson.
Kenapa dia tiba-tiba mengungkit-ngungkit hutang ayahnya yang sudah macet 1 tahun itu, bukankah dia sudah meminta keringanan beberapa bulan lagi untuk dilakukan take over, Pikir Ryan.
Belum sempat Ryan menjawab, Hanks segera berkata, "Hutang ayahmu bisa kami buat lunas, Ryan! Bahkan, aku akan memberimu uang 100 milyar rupiah lagi jika kamu mau melakukan apa yang aku minta.”
"Apakah itu?” Tanya Ryan. Tentu Ryan sangat bersemangat jika ada bantuan lain yang bisa membuat hutang ayahnya lunas. Saat ini pikiran satu-satunya adalah menjual asset rumah yang juga jadi satu dengan toko mebel ayahnya itu.
“Kamu resign-lah dari tempat ini. Keluarlah kamu dan pindah ke Bank Chtonic, bank saingan kita. Jadilah mata-mata kami disana. Berikanlah informasi mengenai debitur-debitur besar yang ada di Bank Cthonic sehingga kita bisa men-take over, memindah semua debitur besar mereka semuanya disini, Bank Hedon Manisting tercinta ini," jelas Mr.Hanks Thompson.
Bagaikan kilat disambar petir Ryan mendengar kata-kata sang direktur. Tak terpikirkan dalam otaknya kalau direkturnya akan mengambil langkah kotor seperti itu.
"Ryan, inilah satu-satunya cara kita menjadi Bank nomor satu di kota ini," sambung Mr. Hanks Thompson.
“Bagaimana kalau saya tak mau melakukannya! Kita bisa menggunakan cara-cara lainnya yang lebih elegan pak!” bantah Ryan.
“Ingatlah! perusahaan ayahmu sudah hampir bangkrut. Bagaimana kalau kami sita jaminannya. Kalo tidak salah, kantor yang jadi jaminan hutangnya itu merupakan satu-satunya mata pencahariaan ayahmu. Apakah kamu tidak takut akan menghancurkan perekonomian keluargamu!” ancam Direktur Hanks Thompson.
Darah Ryan mendidih mendengar semua tekanan ini, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahnya berhutang 50 milyar pada bank ini untuk usaha ekspor-impor hasil mebel miliknya. Perusahaan itu bangkrut setelah ditipu rekan kerja ayahnya di Inggris yang tidak kunjung mengirimkan pembayaran, karyawan yang menggelapkan uang dan sebab-sebab lain yang memang menunjukkan ketidakbecusan ayahnya memimpin manajemen perusahaannya.
Kepala Ryan pun dipenuhi dengan berbagai pikiran. Jaminan hutang di Bank ini adalah kantor ayahnya yang jadi satu dengan rumahnya. Jika disita, dimana dia, orang tua dan ketiga adiknya akan tinggal.
“Tapi George Salvano, direktur utama bank Chtonic tidak akan begitu saja menerima saya bekerja disana. Dia pasti punya banyak pertanyaan kenapa saya mau bekerja
disana.”
“Hehehe, aku tahu kamu cukup cerdas untuk bisa diterima disana. Bagaimana? Kamu mau menerima permintaan kecilku ini...?” Suara Hanks Thompson dengan lembut mengancam.
“Saya pikirkan dulu baik-baik Pak. Saya tidak bisa menjawabnya langsung seperti ini. Semuanya harus dipikirkan masak-masak,” kata Ryan dengan wajah memerah. Perasaan terancam benar-benar tampak dari wajahnya.
“Jangan lama-lama. Aku kasih waktu kamu 2 hari ini. Dan jangan bilang siapa-siapa. Cuma aku, kamu dan komisaris utama yang tahu masalah ini. Silahkan pergi..." kata Mr. Hanks Thompson
Ryan pergi meninggalkan ruangan Mr. Hanks Thompson dengan wajah galau.
Cicil baca sampai sini dulu ya thor.