Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DAVINA- JODIE
"Vina...hari ini aku pulang malam, ada rapat di kantor. Kamu tidak usah menunggu ku untuk makan malam", ucap Jodie sambil menyemprotkan parfum beraroma khas ke tubuhnya.
"Akhir-akhir ini kamu selalu sibuk mas. Bahkan kita sudah jarang makan malam bersama", kelu Vina sambil mendekati suaminya.
Wanita cantik berusia 27 tahun itu membetulkan simpul dasi dan membantu Jodie memakai blazer berwarna abu-abu tua, stelan kerja yang ia pilihkan pagi itu.
"Iya mau bagaimana lagi, aku menjalankan tugas dari atasan", jawab Jodie tanpa mengalihkan pandangannya di cermin. Menelisik penampilannya.
"Tapi weekend ini kamu bisa menemani ku ke Bandung kan, mas? Arini sepupu ku akan melangsungkan akad nikah dengan Hendro tunangannya", ucap Vina sambil merapikan seprai tempat tidur mereka.
Nampak Jodie mendecah kesal. Namun Davina tidak melihat perubahan suaminya.
"Kamu pergi dengan Bambang saja. Minggu ini aku akan dinas ke Bali. Aku harus melihat cabang di sana. Jika pekerjaan ku cepat selesai aku langsung menyusul mu ke Bandung", tegas Jodie.
Davina menghentikan kegiatan. Ia menatap suaminya. Wanita itu tidak bisa menutupi rasa kecewanya, tapi tetap memaksakan diri untuk tersenyum.
Jodie melihat arlojinya. Sudah menunjukkan pukul Delapan. "Aku pergi sekarang", ucapnya sambil mengambil tas kerja di meja sudut.
Vina menganggukkan kepalanya dan mengulas senyuman. Meskipun perasaannya kecewa. Setelah suaminya mengatakan ia pergi dengan Bambang sopir mereka ke Bandung minggu nanti.
Tiba di lantai bawah, Vina mengambil bekal untuk suaminya di atas meja makan. Jodie memang enggan makan apapun saat pagi hari, ia hanya minum segelas teh hangat saja yang sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu.
Vina menaruh tote bag di bangku belakang dan mencium tangan suaminya.
"Hati-hati mas, semoga pekerjaan mu lancar", ucapnya lembut.
"Hem". Suara yang keluar dari mulut Jodie.
Ia masuk ke dalam mobil tanpa mengecup kening Davina seperti kebiasaannya dulu. Davina terdiam mematung sambil menatap mobil Jodie melaju meninggalkannya.
Davina hendak masuk ketika Marni pelayan mereka setengah berlarian menghampirinya.
"Ada apa Marni?"
"Handphone bapak ketinggalan, bu", jawab Marni sambil menyerahkan handphone milik Jodie pada Davina.
"Bapak udah pergi. Biar nanti aku yang antar ke kantor bapak. Kamu lanjut saja pekerjaan mu. Setelah pekerjaan mu selesai beri tahu Wati di rumah produksi agar menyiapkan katering pesanan kemarin. Sebentar lagi aku ke sana sekalian ke kantor bapak", ujar Davina melangkah masuk.
"Iya bu", jawab Marni seraya membungkukkan sedikit tubuhnya.
*
Davina memilih masuk ke kamarnya. Duduk di tepi tempat tidur. Jemari tangan wanita berambut panjang itu memutar-mutar bagian handphone Jodie.
Selanjutnya ia menekan layar. Ternyata Jodie memasang password untuk menggunakan seluler itu.
Jujur Davina tidak pernah sekali pun memeriksa barang-barang milik Jodie, entahlah sekarang ia sangat ingin mengecek handphone suaminya yang ada padanya.
Davina menerka-nerka apa password yang di gunakan Jodie. Hingga ia menekan tanggal pernikahan mereka. Seketika layar pun terbuka.
Davina tersenyum mengetahui password yang di gunakan Jodie hari istimewa mereka.
Satu persatu Davina melihat pesan-pesan terkirim. Tapi netra bening itu tertuju pada satu nomor tanpa nama yang kerap mengirim pesan pada suaminya dengan bahasa vulgar bagi Vina. Bahkan si pengirim pesan sangat perhatian pada Jodie menanyakan sudah makan atau belum hingga mengucapkan selamat malam mimpi indah pada suaminya.
Meskipun dari sekian pesan yang di kirim, tak satu kali pun Jodie membalasnya. Laki-laki itu hanya membacanya saja.
Tidak ada foto profil maupun nama pada nomor kontak itu. Namun mendadak perasaan Davina tidak enak.
"Deg!"
"Siapa yang mengirim pesan penuh perhatian pada mas Jodie? Tidak mungkin jika keluarga atau temannya mengirim pesan-pesan intim seperti ini", gumam Vina.
"Sebaiknya nanti aku tanya langsung sama mas Jodie, pasti ia punya jawabannya", ucap Vina beranjak dari tempatnya.
Ia harus memeriksa pekerjaan karyawan katering yang ia miliki. Ya. Davina memang sangat menyukai usaha kuliner sejak di bangku sekolah. Setamat SMA ia melanjutkan kuliah di jurusan tata boga.
Mama Davina memang memiliki usaha katering sejak lama. Ketika mamanya wafat Davina lah yang meneruskan usaha itu. Davina anak tunggal. Kini kedua orangtuanya sudah meninggal dunia yang membuat wanita itu menjadi kuat dan mandiri.
Kini usaha katering Vina sudah berkembang cukup besar, bahkan sudah memiliki rumah produksi sendiri dengan mempekerjakan puluhan karyawan yang membantunya tiap hari menerima pesanan dari pelanggan tetap mau pun pelanggan baru.
Tiga tahun pernikahan dengan Jodie, belum ada tanda-tanda kehamilan Davina, meskipun keduanya sudah berusaha konsultasi pada dokter terbaik yang ada di Jakarta, namun belum juga membuahkan hasil.
...***...
To be continue
Kasih komentar dong di bab pertama ini🤗