Shi Hao, seorang pemuda biasa di dunia modern yang mati tanpa meninggalkan jejak, terlahir kembali sebagai bayi dari keluarga bangsawan kelas satu di dunia kultivasi. Kelahirannya mengguncang langit naga dan phoenix muncul, menandai takdir besar yang bahkan para dewa tak inginkan.
Dari seorang anak licik, lucu, dan cerdas, Shi Hao tumbuh dalam dunia penuh sekte, klan kuno, monster, dan pengkhianatan. Setiap langkahnya membawa kekacauan: ia mencuri pil, menghancurkan jenius lain, menertawakan musuh, dan mengalahkan ancaman yang jauh lebih kuat dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 19
Balai Misi Sekte Langit Abadi sedang berada di puncak kesibukannya. Ratusan murid berlalu-lalang, berdiskusi tentang tim berburu, atau mengeluh tentang sulitnya mendapatkan Poin Kontribusi.
Di meja resepsionis, petugas wanita berwajah ketus itu sedang memarahi seorang murid baru yang gagal menyelesaikan misi mengumpulkan tanaman obat.
"Gagal lagi? Kalau begini terus, kau akan ditendang menjadi pelayan sekte!" bentaknya.
Tiba-tiba, bayangan seseorang menutupi mejanya.
Wanita itu mendongak dengan kesal. "Siapa lagi yang—"
Kalimatnya terhenti. Di depannya berdiri Shi Hao. Jubahnya sedikit robek dan bernoda tanah, rambutnya agak berantakan, tapi matanya berbinar cerah.
"Kau?" Wanita itu ternganga. "Kau... masih hidup?"
Kemarin, dia melihat sendiri pemuda ini mengambil misi bunuh diri Tingkat A. Dia yakin 100% Shi Hao akan menjadi santapan serigala.
"Kecewa melihatku kembali, Nona Cantik?" goda Shi Hao sambil meletakkan sebuah bungkusan kain yang meneteskan darah di atas meja.
Suara Shi Hao cukup keras, menarik perhatian murid-murid di sekitar.
"Itu Zhu Shi Hao!" "Dia kembali dari Lembah Angin? Sendirian?" "Pasti dia kabur dan menyerah di tengah jalan."
Wanita petugas itu mendengus. "Jangan buang waktuku. Kau pasti mau membatalkan misi, kan? Dendanya 50 Poin Kontribusi."
"Membatalkan?" Shi Hao tersenyum miring.
Tangannya bergerak membuka ikatan kain bungkusan itu.
Gedebuk.
Sebuah kepala serigala raksasa menggelinding keluar. Matanya masih melotot garang, lidahnya menjulur, dan sisa aura buasnya masih membuat udara di sekitar meja menjadi dingin.
Kepala Raja Serigala Angin.
Hening.
Seluruh Balai Misi mendadak sunyi senyap seolah waktu berhenti.
Wanita petugas itu mundur selangkah, wajahnya pucat pasi. Dia bisa merasakan sisa tekanan Qi dari kepala monster itu setara dengan Foundation Establishment Awal!
"Tidak mungkin..." bisik seorang murid senior. "Dia membunuhnya? Sendirian? Dia cuma Tahap 6!"
"Curang! Dia pasti beli kepala itu di pasar gelap!" tuduh murid lain yang iri.
Shi Hao mengabaikan tuduhan itu. Ia mengetuk meja.
"Selesai? Mana poinku?"
Wanita petugas itu menelan ludah. Dengan tangan gemetar, ia mengambil token identitas Shi Hao dan mentransfer poin.
"2... 2.000 Poin Kontribusi. Sudah masuk."
Shi Hao mengambil tokennya. "Senang berbisnis denganmu."
Saat ia berbalik, sesosok tubuh bulat menerjangnya.
"Saudara Shi Hao!!!"
Ba Hu (Si Tikus Gemuk) memeluk kaki Shi Hao sambil menangis. Ingus dan air matanya menempel di jubah Shi Hao.
"Kau selamat! Aku pikir kau sudah mati! Aku bahkan sudah menyiapkan bunga untuk melayat!"
Shi Hao menendang pelan si gendut itu agar lepas. "Minggir, Gendut. Kau membuatku malu."
Ba Hu bangkit sambil menyeka ingusnya, matanya berbinar penuh kekaguman. "Kau hebat sekali! Lewat jalur tikus yang kuberikan itu aman, kan?"
Shi Hao tersenyum misterius. "Ya, sangat 'aman'. Terima kasih, Ba Hu."
Shi Hao tidak menceritakan bahwa dia justru membantai patroli musuh di jalur utama. Biarlah itu menjadi misteri bagi Geng Zhou Feng saat mereka menemukan anak buahnya pingsan di hutan nanti.
Paviliun Penukaran Harta.
Dengan 2.000 poin di tangan, Shi Hao langsung berbelanja.
Ia tidak membeli senjata atau pil penguat yang populer. Ia membeli barang-barang yang dianggap "sampah" oleh murid lain.
Teknik Pedang Hujan Meteor (Tingkat Kuning Tinggi): 800 Poin. (Teknik umum yang mencolok, sempurna untuk menutupi teknik aslinya).
Akar Rumput Hantu & Bunga Penawar Racun: 500 Poin.
Tungku Alkimia Bekas: 200 Poin.
Sisanya ia simpan.
Penjaga paviliun geleng-geleng kepala. "Beli tungku bekas? Apa dia mau belajar alkimia sendiri? Buang-buang poin."
Shi Hao masa bodoh. Pengetahuan dari liontin memberitahunya bahwa Akar Rumput Hantu jika dicampur dengan Inti Monster yang tercemar bisa menghasilkan cairan pemurni tubuh yang ekstrem.
Malam harinya, di Gubuk Puncak Terbuang.
Shi Hao telah menyalakan api di tungku alkimia bekasnya.
Di tangannya, ia memegang Inti Monster Raja Serigala yang berwarna hijau keruh kemerahan.
"Inti ini mengandung racun 'Gila Darah' buatan Sekte Iblis," gumam Shi Hao. "Bagi orang lain, menyerap ini sama saja bunuh diri atau menjadi gila. Tapi bagiku..."
Shi Hao melempar inti itu ke dalam tungku, lalu melempar Akar Rumput Hantu.
"Di kehidupan laluku sebagai manusia modern, aku tahu konsep netralisasi asam-basa. Di dunia kultivasi, ini disebut Yin-Yang."
Racun Gila Darah bersifat Yang ekstrem (panas, membakar). Rumput Hantu bersifat Yin ekstrem (dingin, membusuk).
Jika digabungkan dengan benar...
WUSH!
Api di tungku berubah warna menjadi ungu. Bau busuk menyebar, lalu perlahan berubah menjadi wangi herbal yang menyegarkan.
Satu jam kemudian.
Shi Hao membuka tungku. Di dalamnya, terdapat cairan kental berwarna hijau zamrud. Murni. Tanpa cacat.
"Sukses. Cairan Sumsum Serigala."
Shi Hao membuka bajunya, memperlihatkan tubuhnya yang meskipun kurus tapi berotot padat. Ia mengoleskan cairan itu ke seluruh tubuhnya.
"ARGH!"
Rasa sakit yang luar biasa langsung menyerang. Rasanya seperti dikuliti hidup-hidup. Cairan itu meresap ke dalam pori-pori, menghancurkan sel-sel kulit lama dan menggantinya dengan yang baru, lebih keras, dan lebih elastis.
Shi Hao menggertakkan gigi, menahan teriakannya agar tidak terdengar keluar. Keringat dingin bercucuran.
Informasi dari liontin memberitahunya Tahan rasa sakitnya. Ini adalah proses menempa 'Tubuh Perunggu'.
Satu jam... Dua jam...
Hingga fajar menyingsing.
Shi Hao membuka matanya. Rasa sakit itu hilang, digantikan oleh perasaan kekuatan yang meluap-luap.
Ia melihat lengannya. Kulitnya tampak normal, tapi saat ia mengetukkan jarinya ke lengan...
Ting!
Bunyinya seperti logam.
Shi Hao mengambil pisau belati biasa dan mencoba menggores lengannya. Pisau itu meleset tanpa meninggalkan bekas luka sedikit pun.
"Tubuh Perunggu Tahap Awal," Shi Hao menyeringai puas. "Sekarang, serangan fisik dari kultivator di bawah Tahap 9 tidak akan bisa melukaiku."
Selain itu, penyerapan energi dari inti monster juga mendorong kultivasinya.
Qi Condensation Tahap 7... Tahap 8...
Ia berhenti di Tahap 8 Awal.
"Cukup. Jangan terlalu cepat atau fondasiku goyah," putus Shi Hao.
Ia berdiri, menatap matahari terbit dari celah dinding gubuknya.
Hari ini adalah hari pendaftaran ulang untuk Turnamen Murid Baru.
"Zhou Feng," bisik Shi Hao. "Kau bilang ingin mematahkan tulangku? Kuharap gigimu cukup kuat saat mencoba menggigit baja."
Shi Hao mengenakan seragam sektenya, menyampirkan pedang barunya di pinggang, dan melangkah keluar menuju arena.
NEXT CHAPTER > Turnamen Murid Baru dimulai! Ribuan murid berkumpul. Shi Hao akan bertemu kembali dengan Ling Yao dan Zhou Feng di arena. Babak penyisihan yang kacau akan menjadi ajang pembuktian pertama.