Vanesa, Gadis muda yang menerima pinangan kekasihnya setelah melewati kesedihan panjang akibat meninggalnya kedua orang tuanya, Berharap jika menikah sosok Arldan akan membawa kebahagiaan untuknya.
Namun siapa sangka semuanya berubah setelah pria itu mengucapkan janji suci pernikahan mereka.
Masih teringat dengan jelas ingatannya di malam itu.
"Arland, Bisa bantu aku menurunkan resleting gaunku?"
Sahut Vanesa yang sejak tadi merasa kesulitan menurunkan resleting gaun pengantin nya.
Tangan kokoh Arland bergerak menurunkan resleting di punggung istrinya dengan gerakan perlahan.
"Terima kasih"
Sahut Vanesa yang menatap Arland di pantulan cermin yang ada di hadapannya.
Arland menarik ujung bibirnya, Menciptakan senyum mengerikan yang membuat Vanesa melunturkan senyum miliknya.
"Vanesa, Selamat datang di neraka milikku"
Ucap Arldan pada saat itu yang kemudian meninggalkan Vanesa begitu saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pio21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancur
Bughhhh
Bayangkan bagaimana ketakutan yang menghampiri Vanesa saat ini, Dimana Arldan menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.
Dia jelas kalut, Berbagai pikiran buruk menghantuinya.
Tidak, Dia tidak ingin melakukan itu sekarang. Sekalipun itu adalah kewajibannya sebagai seorang istri, Namun salahkah dia berharap jika dia ingin melepaskan sesuatu yang begitu berharga baginya dan dia jaga selama ini ketika Arldan kembali mencintainya.
Ya, Dia ingin hal tersebut terjadi atas dasar cinta antara satu dengan yang lainnya, Bukan atas dasar keterpaksaan apa lagi sebuah kesalahpahaman.
Sekuat tenaga Vanesa mendorong tubuh Arldan yang saat ini berada di atas tubuhnya, Namun sekuat apapun tenaga yang dia miliki jelas saja kalah telak dengan tenaga milik Arldan.
"Mari bersenang senang, Aku akan mengajarimu bagaimana caranya menjadi pelacur sungguhan"
Ucap Arldan yang kemudian bangun dari posisinya. Lantas dalam sepersekian detik pria itu memaksa Vanessa meminum minuman bekas miliknya tadi.
Membuat Vanesa jelas saja terkejut setengah mati, Dia terbatuk batuk kala minuman yang dia tidak tau apa itu perlahan masuk ke dalam tenggorokannya.
Rasanya begitu aneh, Pahit dan begitu menjijikkan membuatnya serasa ingin memuntahkannya.
"Telan dengan baik, Belajar menjadi pelacur yang baik harus di mulai dari minuman ini"
Sentak Arldan yang mencengkram dagu Vanessa dengan kuat.
"Ini sebuah kesalahpahaman tuan"
"Aku benar benar pergi dengan Lili, Namun Lili membawa kakak sepupunya, Saat itu dia sedang ke toilet"
Vanessa berusaha menjelaskan dalam satu tarikan nafas, Berharap jika Arldan mengerti dan mengampuninya dari hukuman menakutkan ini.
"Salah paham?"
Arldan bertanya dengan menaikkan ujung bibirnya.
"Kau pikir aku sebodoh itu sehingga harus mempercayai alasan mu yang tidak masuk akal itu, Huh?"
Sarkas Arldan yang menatap tajam ke arah istrinya.
"Tidak, Tidak, Aku tidak berbohong"
Vanessa menggelengkan kepalanya berkali kali, Dia tentu saja tidak memiliki keberanian membohongi pria itu.
Plakkkkkk
Namun alih alih mendengarkan atau mempercayai dirinya, Vanessa mendapatkan tamparan keras di pipi kanannya hingga membuat sudut bibir gadis itu robek.
"Berhenti membual"
Teriak Arldan dengan amarah yang menggebu gebu, Semakin gadis itu menjelaskannya semakin pula amarahnya memuncak.
"Sekarang cara selanjutnya, Akan ku ajari kau bagaimana menjadi pelacur sesungguhnya"
Ucap Arldan yang membuat tubuh Vanesa gemetar, Dia jelas bisa menebak apa yang akan di lakukan Arldan selanjutnya.
No
No
Vanesa mulai memberontak, Melakukan apapun agar bisa terhindar dari amarah Arldan saat ini.
Jika saja dia bisa memilih maka dia akan memilih di pukul oleh Arldan dengan cara yang gila di bandingkan dengan hukuman seperti ini.
Gadis itu berusaha merangkak turun dari tempat tidur, Namun Arldan dengan cepat menahan kakinya, Dan menariknya dengan kasar.
"Kenapa takut? Tertawalah seperti kau tertawa saat bersama pria itu"
Sarkas Arldan yang mencoba naik ke atas tubuh gadis itu.
Vanessa menggelengkan kepalanya, Dia menangis dengan keras, Membiarkan suara tangisnya terdengar memenuhi kamar tersebut.
Gadis itu kembali memberontak menggunakan sisa sisa tenaga yang dia miliki, Dia merasa marah, Sakit, dan benci ketika Arldan mulai memaksa dirinya dengan cara yang begitu mengerikan.
Pria itu bahkan berkali kali menjambak rambutnya, Mencekiknya bahkan menamparnya dengan keras.
Kini pria itu merobek paksa pakaiannya, Membiarkan tubuhnya benar benar terpampang nyata tanpa sehelai benangpun.
Vanessa terus saja memberontak tak kalah pria itu mulai menjamah leher, bibir dada bahkan seluruh tubuhnya.
Air mata Vanessa benar benar jatuh tanpa bisa dia hentikan, Hatinya terasa hancur remuk tanpa sisa. Dalam ketidakberdayaan gadis itu menangis pilu dimana kini harta berharga yang telah dia jaga selama ini di rampas paksa oleh suaminya.
Rasa sakit di bawah sana bahkan mengalahkan rasa sakit dalam hatinya. Dia hanya bisa mengigit pelan bibirnya membiarkan Arldan memompa tubuhnya dengan cepat dan menggila.
****************
Ketika malam telah berganti pagi, Vanessa yang masih terlelap di atas tempat tidur secara perlahan mulai menggerakkan tubuhnya.
Dimana secara perlahan bola mata indah itu mulai terbuka dengan baik.
Hening
Vanessa tidak melakukan pergerakan apapun, Hingga dia menoleh ke sisi kirinya dimana dia tidak mendapatkan sosok Arldan di sana.
Gadis itu secara perlahan mulai mendudukkan tubuhnya, Dimana dia merasa tubuhnya telah remuk redam saat ini.
Vanessa menghela nafasnya pelan, Hingga matanya tertuju pada noda darah yang mulai mengering di atas seprei tempat tidurnya.
Dalam sepersekian detik air matanya kembali tumpah, Gadis itu kembali meraih selimut agar menutupi tubuh polosnya saat ini.
Tubuh ringkih nya gemetar di kala rasa sakit di bagian bawah sana dan batinnya yang terasa begitu menyiksa.
Entah kapan gadis itu menghentikan tangisnya, Dia tidak begitu tau.
Hingga kini Vanessa baru selesai membersihkan dirinya dan telah mengepak beberapa pakaiannya.
Dia baru saja mendapatkan pesan dari Alrdan, mengatakan jika mereka harus terbang ke Indonesia siang ini.
Vanessa tidak tau apa alasannya, Dia juga enggan bertanya kepada Alrdan saat rasa kecewa masih menguasai hatinya.
****************
Di hotel yang sama, Namun kamar yang berbeda.
Seorang wanita tampak menggeliat pelan ketika merasa sebuah lengan kekar berada di atas perutnya.
Samar samar wanita itu tersenyum, Kemudian membuka matanya melirik ke sampingnya dimana Arldan terlihat begitu lelap dalam tidurnya.
Nova jelas saja merasa bahagia pagi ini, Meski kemarin dia cukup kesal ketika Arldan meninggalkannya di restoran begitu saja ketika melihat istrinya sedang bersama pria lain.
Namun dia mencoba berfikir positif, Mungkin pria itu pergi memberi pelajaran pada Vanessa. Meski di sisi lainnya dia cukup resah ketika memikirkan jika Alrdan marah karna merasa cemburu melihat Vanessa bersama pria lain.
Namun melihat pria itu berada di kamar hotelnya pagi ini membuat pikiran pikiran buruk yang menghantuinya itu menghilang begitu saja.
Tentu saja, Seperti yang di katakan Arldan, Tidak ada rasa cinta yang di miliki pria itu untuk istrinya.
Dan cinta yang di miliki pria itu hanya untuknya, Mutlak untuknya.
Tidak peduli bagaimanapun caranya dia harus menyingkirkan Vanessa dan menjerat pria itu agar mendapatkan status sebagai nyonya Santoso. Jika bisa tidak hanya Arldan melainkan pria tua itu yakni tuan besar Santoso juga harus menerimanya tanpa bisa menolak memberikan status itu untuknya.
"Segeralah bersiap, Kita akan kembali ke Indonesia siang ini"
Suara serak Arldan di sampingnya cukup mengejutkan Nova.
"Tiba tiba? Bukankah kita masih memiliki waktu 3 hari di Jepang?"
Tanya wanita itu dengan heran.
"Ada masalah di perusahaan, Kakek tidak bisa mengatasinya, Dan aku yang harus turun tangan"
Jawab Arldan yang bangun dari posisinya.
Nova hanya diam, Memilih membiarkan Arldan berlalu ke kamar mandi tanpa mengatakan apapun lagi.
Dia merasa aneh dengan sikap pria itu.