Di hari pernikahannya, Andi Alesha Azahra berusia 25 tahun, dighosting oleh calon suaminya, Reza, yang tidak muncul dan memilih menikahi sahabat Zahra, Andini, karena hamil dan alasan mereka beda suku.
Dipermalukan di depan para tamu, Zahra hampir runtuh, hingga ayahnya mengambil keputusan berani yaitu meminta Althaf berusia 29 tahun, petugas KUA yang menjadi penghulu hari itu, untuk menggantikan mempelai pria demi menjaga kehormatan keluarga.
Althaf yang awalnya ragu akhirnya menerima, karena pemuda itu juga memiliki hutang budi pada keluarga Zahra.
Bagaimanakah, kisah Zahra dan Althaf? Yuk kita simak. Yang gak suka silahkan skip!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Mantan Yang Kacau
Angin semakin menggila. Karena musim kering, pasir-pasir langsung beterbangan, menusuk mata dan menampar wajah para tamu. Dekorasi bunga beterbangan, meja jamuan ikut bergeser, sementara makanan berloncatan dari piring.
“Astaga! Tendannya mau copot!” teriak seorang ibu-ibu oanik.
Ayah Reza memicingkan mata ke atas. “Itu … itu suara helikopter! Tapi siapa yang datang?!”
Reza dan Andini saling pandang, wajah pucat pasi. “Reza… kamu yakin ini bukan ulah—”
“Mana aku tahu!” sahut Reza gusar, meski matanya gelisah.
Tenda semakin terangkat. Hiasan pelaminan roboh. Para tamu kini benar-benar panik dan berhamburan keluar.
Reza langsung berlari keluar tenda, disusul Mirna, suaminya Agus, dan Andini. Para tamu mengikuti dari belakang, sebagian menutup kepala dengan piring plastik, sebagian hanya menjerit sambil lari pontang-panting.
Sementara itu, di dalam helikopter, Zahra dan empat sahabatnya, Anita, Salsa, Ayu, dan Iind duduk santai sambil mengenakan pakaian hitam-hitam dan kacamata hitam, persis geng mafia Korea.
Gadis-gadis itu tersenyum puas ketika melihat dari atas tenda-tenda porak-poranda dan para tamu berlarian panik.
“Astaga … satisfying banget,” ujar Anita sambil terkekeh.
Melihat kekacauan di bawah, Zahra tersenyum miring. "Pas," gumamnya. "Biarkan mereka merasakan sedikit balasan.”
Helikopter itu akhirnya mendarat tepat di samping pelaminan yang kini sudah seperti lokasi bencana kecil.
Begitu pintu helikopter terbuka, kelima gadis itu turun satu per satu dengan langkah mantap. Boots menginjak tanah. Rambut berkibar diterpa sisa angin baling-baling. Para tamu menatap dengan mulut menganga.
“Z–Zahra?” Reza hampir tidak bisa bernapas. “Ara … apa yang kamu lakukan?!” teriaknya lantang tangannya mengepal, urat lehernya ikut menegang.
Andini memandang kelima gadis itu dengan wajah pucat. “K–kalian … kalian menghancurkan pernikahanku! Kalian benar-benar jahat! Nggak punya hati!”
Anita langsung maju dengan tatapan tajam. “Itu pantas buat kamu, Din.” Ia menunjuk tepat ke wajah Andini. “Dasar perebut! Berani-beraninya kamu ngerebut calon suami sahabatmu sendiri.”
Salsa tertawa kecil. “Apa kau bilang? Kami jahat dan nggak punya hati? Hei Andini, kayaknya kamu harusnya bercermin deh. Justru kamu yang jahat. Kamu dan Reza yang mengkhianati Zahra lebih dulu.”
Mirna maju sambil mendengus marah. “Kalian … kalian benar-benar gadis liar! Terutama kamu!” Ia menunjuk Zahra dengan telunjuk gemetar. “Untung Reza tidak jadi nikah sama gadis liar kayak kamu! Lihat kelakuan kalian! Menghancurkan acara keluarga kami!”
Zahra mengepal tangan, tapi suaranya tetap tenang. “Tapi kenapa kalian membatalkan pernikahan itu di hari H? Kalau kalian nggak setuju, bilang dari awal. Jangan main belakang.”
Iind langsung menyambar, suara tajam tanpa ragu. “Eh Bu Mirna, Anda ini nggak punya hati ya? Kok bisa-bisanya mendukung perselingkuhan anak Anda sendiri?”
Ayu maju selangkah dan berseru lantang, suaranya menggema ke seluruh area pesta. “Halo ibu-ibu, bapak-bapak, kakak-kakak, adik-adik! Maaf ya kalau kami bikin kacau. Tapi mau gimana lagi? Laki-laki dan perempuan ini melakukan hal yang sama duluan. Laki-laki ini melamar sahabat kami, lalu meninggalkan dia di hari pernikahannya kemarin!”
Para tamu langsung heboh.
“Serius? Jadi Reza selingkuh?”
“Calon mempelai perempuannya selingkuhan? Astaga!”
“Itu namanya nggak punya hati!”
Mirna, Reza, dan Andini mulai tertunduk malu. Wajah mereka berubah pucat. Ayah Reza ikut terkejut, ia benar-benar tidak tahu akan hal itu. Makanya ia hanya setuju-setuju saja saat Reza dan Andini akan menikah.
Reza memaksa menatap Zahra dengan amarah bercampur frustrasi. “Ara … aku nggak nyangka kamu ngelakuin semua ini. Kamu keterlaluan! Kamu jahat!”
Zahra bersedekap, bibirnya melengkung sinis. “Aku jahat? Kamu yang menghancurkan pernikahan kita. Aku cuma membalas. Fair dong?”
Andini mengangkat dagu, menatap benci Zahra. “Oke. Sekarang kita impas. Jadi, silakan pergi!”
Reza mengangguk. “Iya, Ara. Pergi! Jangan bikin masalah lagi! Aku muak lihat tingkahmu yang sangat liar ini. Udah paling bener aku gak nikahin kamu, dan memilih Andini yang punya hati.”
Mirna ikut mengusir dengan suara melengking. “Tidak! Jangan biarkan dia pergi dulu. Kalian harus ganti semua kerugian kami sebelum pergi!”
Zahra justru tersenyum manis tapi mematikan. “Oh tidak bisa, Bu. Bahkan hal ini belum impas. Dan tujuanku sebenarnya bukan iru.”
Reza dan Andini spontan menatap curiga.
“Apa maksudmu?” tanya Reza mulai was-was
Zahra mengeluarkan map berisi tumpukan kertas dari balik jaket kulitnya “Ini,” katanya sambil mengangkatnya.
“Utang-utang yang harus kamu bayar.”
Reza terkejut. “Ara. Utang apa? Aku gak pernah punya utang sama kamu.”
Andini ikut mengangguk dan berkata, “Benar! Kau jangan asal memfitnah, Zahra!”
Zahra terkekeh dan menatap tajam Reza. “Kau gak mungkin lupa bukan? Bahkan dua hari sebelum pernikahan kita, kau meminjam uang dengan alasan buat acara di rumahmu. Itu juga belum yang lainnya.”
Reza terbelalak. “Z—Zahra … bukannya kamu bilang kamu udah ngikhlasin semuanya?”
“Aku mengikhlaskan barang-barang pribadi yang pernah kukasih,” jawab Zahra santai. “anggap aja sedekah dariku. Tapi hutang kuliah, biaya administrasi, kost, sampai biaya pendaftaran S2 kamu? Semua itu utang, Reza. Dan mulai hari ini aku cabut keringanannya.”
Surat-surat itu dilempar ke tanah. Andini dan Reza langsung membungkuk memungutnya dengan wajah pucat.
Mirna maju dengan marah yang bergetar.
“Apa maksudmu?! Anakku nggak mungkin punya hutang! Dia bisa kuliah karena kemampuannya sendiri!”
Zahra tertawa pendek. “Kemampuan apa? Kemampuan mokondo? Pinjam sana-sini?”
Raut Reza berubah total. Tadi ia garang, sekarang memelas. Ia maju dua langkah. “Ara … maafkan aku. Aku khilaf. Kita bicarakan baik-baik, ya?”
Anita, Salsa, Ayu, dan Iind langsung mencibir bersamaan.
“Khilaf sampai bisa hamil,” seru Anita nyaring.
Reza tak menggubris. Ia berusaha menyentuh tangan Zahra, tapi Zahra langsung menepisnya.
“Ara.” suara Reza bergetar, “gimana kalau … kalau aku nikahin kamu juga? Kita bisa hidup bertiga. Asal … tolong, jangan tagih hutang itu.”
Zahra dan keempat sahabatnya langsung menganga tak percaya.
“Apa?!” Andini menjerit sambil menarik tangan Reza. “Kamu ngomong apa, Reza?!”
Reza menepis tangan Andini kasar, lalu kembali menatap Zahra seperti lelaki putus asa.
“Ara! Aku mohon, aku tahu kamu masih mencintaiku. Kamu ke sini hanya untuk meminta untuk dinikahi bukan?” Reza begitu percaya diri.
“Dalam mimpimu!”
Bugh!
Zahra tiba-tiba ia menendang Reza tepat di kakinya sampai Reza meringis jatuh.
Tanpa menoleh lagi, Zahra dan empat sahabatnya berjalan kembali ke helikopter seperti geng mafia yang baru menyelesaikan misi.
Andini menjerit histeris. “Aku nggak terimaaaa!”
Mirna ikut berteriak, “Gadis liar! Kembalikan pesta kami!”
Tapi kelima gadis itu hanya naik ke helikopter, pintu tertutup, dan baling-baling mulai berputar.
Meninggalkan pesta porak-poranda dan satu keluarga yang kini malu setengah mati.
Mirna terduduk, kondenya sudah terlepas. Lalu menatap suaminya yang hanya diam saja. “Pak, kenapa kamu diem aja. Harusnya kau meminta ganti rugi!”
Pak Agus menatap tajam istri dan putranya dan berkata, “Bapak benar-benar kecewa sama kalian berdua. Kalian bilang pernikahan itu batal karena Zahra menikah dengan pria lain. Ternyata kalianlah yang merencanakan semua ini.”
Setelah mengatakan hal itu Pak Agus pergi dari sana.
Bunne tuh buah Buni ya thor
kapok sukurin kau hahaha
pak sul sul ketauan juga kan heh
awas kau pak sul sul ketauan baru tau rasa wkwkwk
aku ngebayangin nya aja enek loh, apa lagi yang jadi bu mirna pingsan dah🤣🤣
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...
terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️