Raina Grittella 2

Maila menjelaskan semuanya tentang obrolan Bara dan Maila semalam ketika Rain pergi balapan. Tidak ada yang Maila kurangi atau lebihkan. Maila melakukan ini juga demi kebaikan Rain. Maila tahu Bara adalah orang yang pantas untuk Rain karena dia laki-laki yang benar-benar mencintai Rain.

Meski Maila sudah tahu semuanya. Bara menceritakan semua dari awal secara ringkasnya saja. Namun, melihat perjuangan Bara yang nggak main-main Maila jadi terharu. Ada laki-laki yang benar-benar berjuang demi mendapatkan cintanya. Kalau laki-laki lain mungkin sudah lelah dan memilih pergi karena si cewek nggak respon dan bersikap dingin padanya.

Melihat perjuangan Bara itu Maila seperti sedang berkaca. Bedanya yang diperjuangkan malah selingkuh dan menyia-nyiakan perasaan Maila yang tulus.

"Apa orang tulus itu memang udah takdirnya disakiti ya, Rain?" tanya Maila.

Ini tentu saja tentang dirinya bukan lagi membahas Bara.

"Nggak juga sih. Tergantung orangnya. Lo harus bisa move on dan moga aja dapet cowok yang beneran sayang sama lo!" Rain ikut prihatin dengan nasib sahabatnya ini.

"Gue tahu kerja sama dengan Bara itu salah, habis gue kasian sama dia. Udah jadi gembel demi lo, Rain. Sebaiknya lo maafin dia. Pas dia bilang pertama kali ketemu lo setelah dua tahun, terus tatapan lo ke dia dingin ... Dia sedih banget. Bara bilang lo banyak berubah," jelas Maila.

Rain memakan baksonya yang tinggal sebiji. Sementara Maila dari tadi cuma ngaduk-ngaduk mie ayamnya. Nggak ada niat buat dimakan. Namanya juga lagi patah hati.

Begitulah efek dari cinta. Pasti bikin orang jadi bodoh dan nyiksa diri. Nggak napsu makan kalau lagi patah hati. Ujung-ujungnya kalau sakit ya rugi sendiri kan? Makanya kalau mencintai seseorang itu sewajarnya saja. Jangan terlalu berlebihan yang ada malah sakit.

"Gue udah maafin dia, gue nggak berubah tapi sikap mereka yang bikin gue berubah! Orang kalau udah banyak kecewa ya wajar kalau cuek. Gue cuma mau nunjukin ke mereka kalau gue ini bukan Rain yang dulu. Gue mau jadi diri sendiri. Selagi gue bener, gue nggak akan pernah takut," ucap Rain.

Dia menyeruput es tehnya yang sisa sedikit itu. Sementara punya Maila masih utuh. Kalau nggak niat makan ngapain ngajakin ke tukang bakso dan mie ayam coba. Kalau gitu kan sayang banget nggak dimakan. Buang-buang duit aja.

"Kalau sifat gue bikin Bara lelah gue nggak apa-apa dia pergi. Kalau masih bertahan ya udah gue terima. Gue emang kayak gini, Mail! Bukan berarti gue benci banget bukan!"

"Terus?"

"Gue cuma kecewa aja, gue masih ada perasaan itu ke Bara. Udahlah urusan gue biar gue yang ngurus. Mending sekarang lo makan! Kalau lo sakit gue yang repot!" ucap Rain. Kesal karena sejak tadi Maila nggak makan apa-apa.

Pagi tadi cuma makan bubur aja itu juga nggak abis, sekarang dia membiarkan perutnya kosong. Benar-benar Maila ini. Maunya apa coba.

"Nggak laper, Rain."

"Nyiksa diri! Di sana Javas lagi seneng-seneng sementara lo disini nangisin dia sampe nggak mau makan!" omel Rain.

Dia paling nggak suka lihat orang patah hati terus nyiksa diri. Apalagi sampai bunuh diri. Sementara yang membuat mereka sakit hati menjalani hidup dengan bahagia dan biasa saja tanpa rasa bersalah.

Itu mengapa Rain mau merubah diri jadi diri sendiri. Resmi menjalani kehidupan menjadi Rain semua sifat Rain asli telah hilang dan berganti dengan sifat Lea yang asli. Lea yang tegas dan cuek. Kalau yang sudah kenal pasti akan meresa efeknya kalau Rain baik dan positif vibes, tapi kalau yang nggak tahu pasti akan sakit hati dengan semua ucapan Rain.

Seperti Mentari contohnya yang sekarang membenci Rain. Menganggap Rain belagu dan berubah. Mentang-mentang sudah bisa menghasilkan uang sendiri jadi semena-mena begitu.

"Iya gue makan," kata Maila.

Ucapan Rain benar, kalau Maila sakit siapa yang repot? Javas pasti nggak akan peduli kalau Maila sakit. Pasti tetap Rain yang akan direpotkan. Secara dia orang terdekat Rain. Kedua orang tua Maila sibuk apalagi kakak-kakaknya.

Rain mengambil alih mangkuk mie ayam milik Maila. Memanggil pelayan tukang bakso itu dan kembali memesan mie ayam juga es teh. Rain juga nambah mie ayam, perutnya masih lapar karena sebentar lagi dia butuh tenaga ekstra buat hadapi kenyataan hidup. Tentang pekerjaan dan tentang Bara yang bahagia saat ini.

"Nih makan yang baru, udah di aduk begitu sampe mekar mau lo makan?" ucap Rain menyodorkan mie ayam yang baru saja datang.

Maila nyengir, dia beruntung banget bisa kenal sama Rain. Pertemanannya tulus nggak seperti saat SMA dulu. Dimana mereka yang berteman dengan Maila hanya memanfaatkan saja.

"Pengen peluuuuk," kata Maila dengan manja.

Rain melirik, lirikan yang selalu tajam itu pasti membuat orang takut, tapi tidak dengan Maila dia malah menaik turunkan alisnya.

"Bisa biasa aja nggak? Gue males ya orang salah sangka sama gue! Gue masih normal, Mail!" ucap Rain. Sengaja agak keras soalnya tadi ada orang yang denger ucapan Maila yang manja minta dipeluk.

Orang yang tadi sinis itu dapat lirikan dari Rain dan langsung nyengir canggung. Mengangguk juga canggung apalagi mau makan. Soalnya pas banget meja dia ada di belakang Maila dan duduknya berhadapan sama Rain.

"Rain, udah. Anak orang jadi takut!" bisik Maila.

Soalnya yang dibelakang Rain itu anak remaja. Masih pakai seragam SMA. Maila tadi sedikit menoleh.

"Hmmm ...."

Rain hanya bergumam saja dan meracik mie ayam dengan saus, sambal juga kecap. Suasana kembali kondusif. Ketegangan remaja tadi juga sedikit hilang meski nggak bisa mereka bicara atau bercanda karena salah satu dari mereka cari masalah. Menatap Rain sinis dan jijik. Lalu bisik-bisik mengira Rain ini suka sama jenisnya.

Nggak tahu saja kalau Rain sudah marah, bisa-bisa bukan bikin mereka kena mental tapi di goreng jadi perkedel pun akan Rain lakukan.

Tambah soto dan kasih sambal makin mantap deh itu perkedel. Jadi lapar kan?

Kali ini Rain cuma kasih tatapan tajam aja nggak bikin gara-gara biar othornya nggak pusing. Kasian soalnya udah pusing mikirin kejamnya kehidupan.

***

"Rain itu belagu! Kamu seharusnya bisa kasih nasehat meski seumuran tapi kamu kan lahir duluan, Yang!" protes Mentari.

Mereka sedang berada di food court. Menikmati makan siang setelah lelah berbelanja dan si kembar bermain. Jadi tadi Mentari dapat tas yang diinginkan. Beruntung di toko tas kremes itu hanya ada satu dan belum laku karena memang harganya nggak kaleng-kaleng. Di luar nurul pokoknya. Kalau duit Rean pas-pasan ya pasti mikir mau beli. Beruntung Rean ini duitnya nggak berseri. Beli tas kremes itu baginya seharga cilok gocengan.

Beda sama kaum mendang-mending kayak othor. Beli tas 100 ribu mikirnya ribuan kali dan akhirnya milih pake tas indoapril saja yang mudah dan awet. Paling sobek dikit. Kadang nyari yang sepuluh ribuan sudah bahagia.

Si kembar tadi di time zone sama Rean. Beruntung bisa sewa mbak-mbak di sana. Bukan buat mojok ya, tapi buat jagain si kembar dan tentu saja Rean kasih tips. Jadi Rean mengawasi Kala saja yang memang susah dekat sama orang asing. Kalau Kalea sama salah satu penjaga di sana yang memang tugasnya jagain anak-anak kalau butuh. Kalau nggak ada yang butuh ya duduk aja sambil pantau atau ngerjain yang lain.

"Sayang, nanti kita bahas di rumah ya," kata Rean. Memberi isyarat dengan lirikan ke arah Kala dan Kalea yang duduk di kursi khusus.

Mereka sedang makan kentang goreng kesukaannya. Lalu makan-makanan mereka yang dipesan. Sudah bisa makan sendiri karena Mentari selalu mendidik mereka supaya bisa mandiri.

"Eh ... Maap, Yang. Aku lupa kalau ada mereka," bisik Mentari.

Rasanya jengkel saja sama Rain. Belum hilang-hilang pokoknya. Kejadian tadi itu bikin Mentari malu. Ya sama Maila, Bara dan juga anak-anak. Padahal Rain cuek aja sekarang lagi haha hihi sama Maila.

"Kala sama Kalea ada yang mau dibeli lagi?" tanya Rean. Sebelum mereka meninggalkan mall tersebut.

Kala dan Kalea saling pandang. Lalu melihat ke arah bodyguard yang memang mereka bawa untuk menjaga keluarga kecil Rean. Hari apes nggak ada dikalender soalnya. Rean nggak mau kalau ada orang jahat yang macam-macam dengan keluarga kecilnya.

Tiga bodyguard membawa paper bag dan sudah banyak yang mereka bawa. Isinya ya bermacam-macam lah pokonya.

Kala dan Kalea menggeleng. Sudah cukup mereka menghabiskan uang Rean yang nggak akan habis-habis.

"Ya udah kita pulang ya."

"Baik, Papa," jawab Kala dan Kalea bersamaan.

***

"Jadi mau kamu gimana?" tanya Bara yang sedang mengerjakan pekerjaan Rain.

Mereka ada di kantor bengkel seperti yang Rain perintahkan tadi. Kalau dia butuh bantuan Bara. Dua atau tiga hari dan Rain juga sudah izin sama Papanya Bara. Calon mertua yang sudah akrab sama Rain apalagi ibunya. Rain memang calon mantu idaman. Kedua orang tua Bara nggak mau ikut campur masalah mereka dan membiarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri. Meski sempat membujuk Rain agar memberi tahu dimana keberadaannya. Bara sudah seperti orang gila dan hati ibu mana yang tega lihat anaknya seperti itu.

"Ya nggak gimana-gimana! Gue udah nggak menghindar dan itu berarti gue udah maafin lo!" kata Rain.

Maila sendiri sibuk lihat-lihat cowok ganteng yang jadi karyawan Rain. Dia ada di kasir gantiin karyawan yang lagi istirahat makan. Di sini gantian makannya jadi nggak bareng biar kalau ada pelanggan masih ada karyawan lain.

Maila baru tahu kalau karyawan Rain ada yang gantengnya kayak oppa-oppa korea. Sayangnya cuek sekali. Bikin Maila terasa tertantang.

"Kita perbaiki ya hubungan ini!" Bara bangkit dari duduknya dan sekarang duduk di sebelah Rain.

"Hm."

"Ish gitu amat. Kalau aku diambil orang lain gimana?"

Rain melirik Bara sekilas. Lalu meletakkan novel yang sedang dia baca. Mengubah posisinya jadi duduk menghadap Bara dengan kedua kaki naik ke sofa lalu menyilang.

"Kalau lo mau ya silahkan! Gue nggak peduli misal lo mau sama yang lain," kata Rain santai.

Malah bikin Bara ketar-ketir kalau kayak gini. Dia buru-buru menggeleng dan langsung memeluk Rain. Menyalurkan rasa rindu yang dia tahan selama ini. Kapan lagi sih bisa peluk ayang?

"Nggak, Sayang. Aku cuma mau sama kamu aja nggak mau sama yang lain."

Rain mendorong dada Bara supaya melepas pelukannya. Sesak napas dipeluk erat begitu.

"Ya udah kalau gitu."

"Kamu ini maksudnya gimana sih? Aku mau kita perbaiki semuanya, Sayang."

"Iya."

"Iya apa?" Bara gemas banget sama Rain yang terlalu singkat dan nggak jelas kayak gini.

Apalagi kalau dichatt balesnya singkat, padat dan jelas. Kadang di chatt Senin balesnya minggu atau bulan depan atau nggak dibales sama sekali.

"Ya udah kita perbaiki!"

Bersambung .....

Udah panjang nih, mau dobel up apa nggak? Mumpung malem mingguan.

Jangan lupa like, komen sama subscribe yaa.

visual udah ada di tiktok othor. Cuss mampir lah.

Tiktok: alakarenina30.