"Di bawah lampu panggung, mereka adalah bintang. Di bawah cahaya bulan, mereka adalah pemburu."
Seoul, 2025. Industri K-Pop telah berubah menjadi lebih dari sekadar hiburan. Di balik gemerlap konser megah yang memenuhi stadion, sebuah dimensi kegelapan bernama The Void mulai merayap keluar, mengincar energi dari jutaan mimpi manusia.
Wonyoung (IVE), yang dikenal dunia sebagai Nation’s It-Girl, menyimpan beban berat di pundaknya. Sebagai pewaris klan Star Enchanter, setiap senyum dan gerakannya di atas panggung adalah segel sihir untuk melindungi penggemarnya. Namun, kekuatan cahayanya mulai tidak stabil sejak ancaman The Void menguat.
Di sisi lain, Sunghoon (ENHYPEN), sang Ice Prince yang dingin dan perfeksionis, bergerak dalam senyap sebagai Shadow Vanguard. Bersama timnya, ia membasmi monster dari balik bayangan panggung, memastikan tidak ada satu pun nyawa yang hilang saat musik berkumandang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10: The First Sync (The Boom Point)
Hujan mulai turun membasahi Seoul, namun suasana di dalam markas rahasia bawah tanah, sebuah bunker yang terletak tepat di antara gedung Starship dan HYBE—terasa jauh lebih dingin daripada air hujan di luar. Ruangan itu dipenuhi dengan peralatan medis modern yang bersanding dengan artefak-artefak kuno.
Di atas meja operasi berbahan kristal, Leeseo (IVE) terbaring pucat. Gadis termuda di klan Star itu bernapas pendek-pendek. Di dadanya, tepat di atas jantungnya, terlihat sebuah cahaya biru keunguan yang berdenyut tidak beraturan. Itu adalah pecahan ketujuh The Genesis Vinyl, yang secara paksa ditanamkan oleh Produser melalui frekuensi suara saat Leeseo melakukan sesi rekaman demo lagu terbaru.
"Denyut jantungnya melambat. Jika kita tidak mengeluarkannya dalam satu jam, pecahan itu akan menyatu sepenuhnya dengan otot jantungnya," ucap Jake, tangannya gemetar saat memantau layar hologram medis. "Tapi ada masalah besar. Pecahan ini memiliki kunci pengunci klan Shadow. Jika klan Star mencoba menyentuhnya, ia akan meledak."
Wonyoung menggenggam tangan dingin Leeseo. Air mata kemarahan menggenang di matanya. "Produser itu benar-benar iblis. Dia tahu hanya Sunghoon yang bisa membekukan kuncinya, tapi hanya cahayaku yang bisa menarik pecahan itu keluar tanpa merobek jantungnya."
Sunghoon berdiri di seberang meja, menatap tajam ke arah pecahan yang berdenyut itu. Wajahnya yang biasanya tanpa ekspresi kini menunjukkan gurat kecemasan yang mendalam. "Artinya kita harus melakukan The First Sync. Secara total. Bukan sekadar resonansi seperti di hutan kemarin."
"Sync total?" Jay menyela, wajahnya ngeri. "Tapi Sunghoon-hyung, kalian belum pernah mencapai sinkronisasi seratus persen. Jika emosi kalian tidak stabil saat proses berlangsung, energi kalian akan bertabrakan di dalam tubuh Leeseo. Dia bisa mati seketika."
"Kami tidak punya pilihan lain," jawab Sunghoon datar. Ia menatap Wonyoung. "Wonyoung-ah, kau siap?"
Wonyoung menghapus air matanya dan berdiri tegak. "Lakukan."
Yujin dan Gaeul berdiri di sudut ruangan, menjaga stabilitas energi ruangan agar tidak bocor ke permukaan. Jake dan Jay bertugas memantau tanda-tanda vital Leeseo.
"Mulai," perintah Jake.
Wonyoung dan Sunghoon berdiri berhadapan, dengan tubuh Leeseo berada di antara mereka. Sunghoon mengulurkan tangan kirinya, sementara Wonyoung mengulurkan tangan kanannya. Mereka tidak bersentuhan langsung pada awalnya; mereka meletakkan tangan mereka beberapa inci di atas dada Leeseo.
"Tutup matamu," bisik Sunghoon. "Jangan pikirkan tentang masa depan atau ketakutanmu. Pikirkan tentang malam di bulan merah itu. Pikirkan tentang alasan kenapa kau ingin menyelamatkan dunia ini."
Wonyoung memejamkan mata. Ia mulai memanggil energi cahayanya. Perlahan, ruangan itu mulai dipenuhi oleh butiran cahaya emas yang melayang. Di saat yang sama, Sunghoon memanggil energi esnya, menciptakan kabut biru yang tenang.
Dua energi itu mulai berputar di atas dada Leeseo, namun mereka tidak menyatu. Mereka saling tolak-menolak, menciptakan percikan listrik yang menyakitkan.
"Tekanan darah Leeseo naik! Sinkronisasi kalian hanya tiga puluh persen!" teriak Jake cemas. "Kalian terlalu menjaga jarak secara emosional!"
"Wonyoung! Kau menahannya!" bentak Sunghoon. "Kau masih tidak memercayaiku sepenuhnya!"
"Bagaimana aku bisa percaya padamu?!" balas Wonyoung dengan suara bergetar. "Kau selalu menyembunyikan segalanya di balik wajah esmu itu! Aku tidak bisa membaca apa yang kau inginkan!"
"Aku ingin menyelamatkan adikmu, sama seperti kau ingin menyelamatkannya!" Sunghoon tiba-tiba meraih tangan Wonyoung melintasi tubuh Leeseo.
Saat kulit mereka bersentuhan secara langsung di tengah proses, sebuah ledakan sensorik terjadi.
The Boom Point.
Inilah yang disebut para Hunter kuno sebagai titik sinkronisasi sempurna. Pikiran Wonyoung dan Sunghoon meledak menjadi satu. Tidak ada lagi rahasia. Tidak ada lagi tembok.
Wonyoung melihat seluruh memori Sunghoon yang selama ini terkunci. Ia melihat Sunghoon berdiri sendirian di puncak gunung es selama ratusan tahun, menjaga gerbang agar Wonyoung bisa hidup "normal" sebagai manusia di setiap reinkarnasinya. Ia merasakan rasa sakit Sunghoon yang harus berpura-pura dingin agar ia tidak jatuh cinta terlalu dalam pada Wonyoung, karena ia tahu takdir mereka selalu berakhir tragis.
Di sisi lain, Sunghoon merasakan seluruh beban Wonyoung. Ia merasakan betapa lelahnya Wonyoung menjadi "ikon kesempurnaan" bagi dunia, sementara di dalamnya ia merasa hancur karena harus terus-menerus kehilangan orang yang ia cintai di setiap abad.
"Kau... kau melakukan semua itu untukku?" suara Wonyoung bergema di dalam pikiran Sunghoon.
"Aku bersumpah akan menjagamu, Wonyoung-ah. Bahkan jika kau membenciku di kehidupan ini," jawab Sunghoon melalui batin.
Sinkronisasi mencapai seratus persen.
Energi mereka tidak lagi bertabrakan. Cahaya emas dan kabut biru menyatu menjadi warna putih cemerlang yang murni, warna energi Genesis yang asli.
"Sekarang!" teriak Yujin.
Dengan satu gerakan sinkron, tangan mereka yang saling bertautan menarik pecahan ketujuh itu keluar dari dada Leeseo. Pecahan itu mencoba melawan, mengeluarkan raungan statis yang memekakkan telinga, namun kekuatan gabungan dari dua klan murni itu terlalu kuat.
SHIIIING!
Pecahan itu terlepas sepenuhnya. Luka di dada Leeseo seketika menutup, disembuhkan oleh energi putih tersebut. Leeseo menghela napas panjang dan wajahnya kembali merona.
"Berhasil..." bisik Jake sambil menatap monitor yang kini menunjukkan tanda vital Leeseo kembali normal.
Namun, ledakan energi dari The First Sync tidak berhenti di sana. Energi putih itu melesat keluar dari bunker, menembus lapisan tanah, dan memancar ke langit Seoul seperti pilar cahaya raksasa yang bisa dilihat dari seluruh penjuru kota.
Di luar sana, orang-orang berhenti di tengah jalan, menatap pilar cahaya misterius yang membelah awan hujan. Fenomena itu hanya berlangsung sepuluh detik, namun cukup untuk memicu kepanikan massal di media sosial.
Di dalam bunker, Wonyoung dan Sunghoon jatuh terduduk di lantai, masih saling menggenggam tangan. Mereka terengah-engah, tubuh mereka terasa sangat panas namun juga dingin di saat yang sama.
"Leeseo... bagaimana?" tanya Wonyoung dengan suara lemah.
"Dia selamat. Dia hanya perlu istirahat," jawab Gaeul sambil menyelimuti Leeseo.
Yujin menghampiri Wonyoung dan Sunghoon, wajahnya tampak sangat khawatir. "Kalian melakukan hal yang luar biasa, tapi... pilar cahaya tadi... Produser pasti sudah tahu lokasi kita sekarang."
Sunghoon berdiri perlahan, membantu Wonyoung untuk bangkit. Hubungan di antara mereka kini telah berubah. Tidak ada lagi kecanggungan. Setelah melihat isi jiwa satu sama lain, mereka bukan lagi sekadar partner—mereka adalah belahan jiwa yang terpisah selama tiga abad.
"Biarkan dia tahu," ucap Sunghoon dengan nada suara yang kini terdengar lebih kuat dan penuh keyakinan. "Dia ingin melihat kekuatan kita, kan? Kita baru saja memberinya pertunjukan pembuka."
Tiba-tiba, tablet Jake berbunyi. Kali ini bukan peringatan dari Produser, melainkan pesan global yang masuk ke seluruh ponsel penduduk Korea.
Itu adalah pengumuman dari stasiun TV nasional:
"KARENA FENOMENA CAHAYA MISTERIUS MALAM INI, KONSER AKHIR TAHUN 'BLOOD MOON FESTIVAL' AKAN DIPERCEPAT MENJADI BESOK MALAM. PENAMPILAN SPESIAL KOLABORASI IVE DAN ENHYPEN AKAN MENJADI PENUTUP ACARA."
"Dia memaksa kita untuk tampil di depan publik saat energi kita belum pulih," geram Jay.
"Dia ingin kita melakukan Sync lagi di atas panggung, di depan jutaan mata," ucap Wonyoung. Ia menatap Sunghoon. "Dia ingin menggunakan energi kita untuk membuka portal terbesar di malam Bulan Merah."
Sunghoon menggenggam tangan Wonyoung lebih erat. "Kalau begitu, kita beri dia apa yang dia mau. Tapi bukan untuk membuka portal, melainkan untuk menghancurkannya selamanya."
Malam itu, di bunker bawah tanah, klan Star dan Shadow benar-benar menyatu. Mereka bukan lagi dua grup idola yang bersaing, melainkan satu unit tempur yang memiliki satu tujuan.
Namun di balik kemenangan kecil itu, mereka tahu bahwa The First Sync telah mengubah sesuatu yang permanen. Wonyoung dan Sunghoon kini terikat secara batin. Mereka bisa merasakan detak jantung satu sama lain, bahkan emosi satu sama lain.
"Wonyoung-ah," panggil Sunghoon saat mereka bersiap kembali ke asrama masing-masing.
"Ya?"
"Terima kasih telah memercayaiku."
Wonyoung tersenyum tulus, senyuman yang kali ini tidak ia tujukan untuk kamera atau fans, melainkan hanya untuk Sunghoon. "Terima kasih telah menungguku selama tiga ratus tahun, Sunghoon-ssi."
Bab 10 ditutup dengan keberhasilan menyelamatkan Leeseo, namun pilar cahaya di langit Seoul telah menandakan bahwa persembunyian mereka telah berakhir. Besok malam, di bawah Bulan Merah, rahasia mereka akan diuji dalam skala yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
The Boom Point telah terlewati. Sekarang, saatnya untuk ledakan yang sesungguhnya.