BERAWAL DARI SALAH KIRIM NOMOR, BERAKHIR DI PELAMINAN?!
Demi tes kesetiaan pacar sahabatnya, Dara (22) nekat kirim foto seksi sambil ngajak "kawin". Sayangnya, nomor yang dia goda itu BUKAN nomor pacar sahabatnya, tapi Antonio (32), Oom-nya Acha yang dingin, mapan, tapi... diam-diam sudah lama suka sama Dara!
Dara kabur ke pelosok desa, tapi Nio justru mengejar. Dara mencoba membatalkan, tapi Nio justru malah semakin serius.
Mampukah Dara menolak Om-om yang terlalu tampan, terlalu dewasa, dan terlalu bucin karena salah chat darinya ini?
Novel komedi tentang cinta yang beda usia 10 tahun. Yuk, gas dibaca. Biar tahu keseruan hidup Dara-Nio yang serba gedabak-gedebuk ini 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ame_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10. Ancaman yang Gagal
Dara menarik Nio untuk menjauh dari keramaian. Setelah kejadian tadi, sekarang keluarga Dara kembali sibuk melanjutkan kegiatan mereka. Yang laki-laki membakar ayam, dan yang perempuan menyiapkan nasi serta teh esnya. Bima juga ikut membantu. Dia sudah benar-benar menyatu dengan keluarga Dara.
Setelah merasa membawa Nio cukup jauh, gadis cantik berusia 22 tahun itu kini kembali menatapnya. Kepalanya mendongak. Pria itu benar-benar tinggi, mungkin sekitar 180 cm atau lebih.
"Om, ini tuh cuma kesalahpahaman. Saya minta maaf kalau saya buat kacau semuanya. Tapi tolong batalkan semuanya, ya? Please?" Dara memohon.
Nio menatapnya balik, terkekeh pelan.
"Permintaan maaf tidak akan menghapus foto yang ada di ponsel saya, sayang." katanya.
Tenggorokan Dara serasa tercekat. Sayang, katanya.
"Ya Om hapus aja, lah. Kan enggak susah." kata Dara.
Pria itu tersenyum. Dia memang bisa menghapus foto itu. Dia juga bisa membungkam mulut orang-orang yang mengetahui hal ini. Tidak akan ada yang berani membicarakan mereka asal Nio turun tangan.
Tapi masalahnya, Nio yang tidak mau melakukan itu. Dia tidak ingin membatalkan rencana pernikahan mereka, karena memang itulah yang selalu dia inginkan sedari lama.
"Hm, bagaimana, ya? Saya tidak mau, soalnya." jawab Nio.
Alis Dara menukik tajam.
"Lah, kenapa?"
"Karena..." Nio menatap Dara, "Kamu kelihatan seksi di foto itu, Sayang. Dan saya ini laki-laki normal. Wajar kalau saya merasa 'tergoda', kan?" jawab Nio.
Dia akui, dia memang... cukup 'tergoda' saat melihat foto itu. Tapi sebenarnya bukan itu poin utamanya. Hanya saja jika Nio mengatakan bahwa dia mencinta Dara sejak lama, Nio yakin Dara pasti tidak akan percaya.
Bukan hanya tidak percaya, dia pasti akan langsung mengeluarkan sumpah-serapahnya untuk Nio. Karena Nio tahu betul, bagaimana beracunnya omongan Dara dan Acha yang tidak pernah jauh-jauh dari kata bego, anjir, dan kawan-kawannya. Jadi, pria itu memilih menggunakan alasan lainnya.
Wajah Dara seketika memerah. Dia tidak menyangka pria yang kelihatan alim itu tiba-tiba akan menjawab seperti itu. Dia kira, Nio hanya tidak ingin ribet karena seluruh keluarga sudah terlanjur tahu tentang Dara yang ingin menikah dengannya. Tapi, ternyata pria itu---
"Dasar Om-Om mesum!" katanya, "Enggak mau tahu. Pokoknya saya mau rencana pernikahan kita dibatalkan!" paksa Dara.
Nio terkekeh lagi.
"Saya enggak bisa batalkan pertunangan kita, Sayang. Justru saya berharap tanggalnya dipercepat, loh?"
Dara semakin syok. Napasnya bahkan terdengar "ngik" karena sesak.
"Edan, bener-bener edan. Gue enggak bisa dipaksa begini. Mending gue kabur aja dari rumah, aaaaa!" kata Dara, berteriak dengan frustrasi.
Nio tertawa.
"Kabur kok bilang-bilang. Enggak takut saya tangkap lalu saya karungin, hm?"
Dara menggeram, merasa ingin mencakar-cakar wajah pria itu.
Gadis itu benar-benar stress, tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi. Toh keluarganya malah mendukung pernikahan ini. Mereka sudah terlanjur terpesona karena pria itu adalah Antonio Wijaya.
Jadi, Dara pun memutuskan. Dia akan benar-benar kabur dari rumah, ngambek pada orang tuanya. Dia akan mengancam orang tuanya agar mau membatalkan pernikahan itu. Dara bukan orang yang bisa seenaknya dipaksa-paksa. Dia akan membebaskan dirinya bagaimanapun caranya.
URAAAAA!
***
"Hahhh..."
Dara menghela napas di pinggir minimarket. Kepalanya tertunduk seperti ayam yang sedang sakit.
Day 1 kabur dari rumah
Mereka sudah kembali ke kota utama tempat mereka tinggal, dan ini pertama kalinya dia kabur dari rumah---melanjutkan rencananya beberapa hari yang lalu. Dia berniat membuat orang tuanya panik dan menyetujui keinginannya, tapi... jangankan panik. Rekeningnya malah di blokir.
Dara mengambil dompetnya. Kosong, tidak ada serupiah pun. Dia juga tidak memakai emas yang bisa dijual. Ah, Dara jadi bingung.
Padahal rencananya dia hendak menyewa kamar hotel atau penginapan untuk sementara, sampai orang tuanya mengalah dan mendengarkan kemauannya. Tapi, bagaimana dia bisa melakukan itu sekarang? Dompetnya saja kosong melompong, sudah bisa jadi tempat sarang laba-laba.
Dara mengetikkan pesan pada sahabatnya, Acha. Berharap Acha bisa meminjaminya uang. Tapi, jawaban Acha tidak membantunya sama sekali.
[Sorrryyyyy banget Dar. Tapi Oom gue udah ngasih warning supaya gue jangan kasih bantuan dana sepeserpun buat lo. Gue takut kalau gue ngelawan, ntar giliran rekening gue yang dia blokir.]
Dara kembali tertunduk. Acha benar-benar tidak bisa diandalkan.
Kruyuk...
Perutnya berbunyi. Dia pun mengusap-usap perutnya.
Lapar.
Dia benar-benar kelaparan.
Apakah benar-benar tidak ada jalan keluar baginya? Apakah dia memang harus menurut pada keluarganya dan menikah dengan Nio?
Tapi... Dara rasanya belum ikhlas.
Ini bukan karena Nio jelek. Nio tampan, sangat tampan. Dia juga mapan, itu tidak perlu dipertanyakan. Tapi masalahnya, Dara yang belum siap untuk menikah. Dia masih ingin hidup bebas, bekerja, dan mencapai cita-cita. Masa hanya karena kesalahpahaman, dia jadi harus mengorbankan semuanya?
Dan lagi, usianya dan Nio berbeda 10 tahun.
Dara teringat pada teman-temannya di kampus.
Mereka semua berpacaran dengan teman satu kelas, satu angkatan, atau senior yang hanya berbeda beberapa tahun.
Sedangkan Nio? Hahhh...
Apakah benar tidak apa-apa kalau dia menikah dengan pria yang usianya jauh berbeda dengannya begitu?
"Gue enggak tahu harus bagaimana, hiks."
Dara memilih tetap duduk di teras mini market, mengulur waktu. Barang kali nanti orang tuanya akan mencarinya. Dia peluk lututnya. Dahinya dia tempelkan pada lutut.
Dia tetap keras kepala, tidak ingin kembali ke rumah sebelum orang tuanya menghubunginya. Tapi, sampai sore harinya, benar-benar tidak ada yang datang. Telepon dan chat pun tidak ada. Padahal, Dara sudah kabur sejak pagi.
"Kok enggak ada yang nyariin gue, sih?" gumam Dara, nelangsa.
Orang tuanya memblokir rekeningnya, artinya tahu bahwa dia telah kabur dari rumah. Tapi kenapa tidak ada yang mencarinya?
Kruyuk...
Perutnya kembali berbunyi.
Dara menggeram, mengacak-acak rambut dengan frustrasi.
Akhirnya karena kelaparan, dia memutuskan untuk kembali lagi ke rumah. Biarlah dia diledek yang lain, dia sudah tidak peduli. Karena dia sangat kelaparan saat ini.
Papanya yang sedang duduk santai di teras rumah sambil memberi makan burung, tersenyum geli saat melihatnya pulang.
"Udah ngambeknya? Masuk sana, Mama masak Soto Daging." katanya.
Dara melengos. Kakinya dia hentak-hentakkan dengam keras ke lantai keramik seperti anak kecil.
Orang tuanya benar-benar menyebalkan!
***
Siapa yang pernah kaya Dara, kabur karena ngambek---tapi akhirnya balik lagi karena laper? 🤣
Fix, berarti kalian satu frekuensi! Wkwkwk.
Acha bakal punya adekkk🤣
ayook, antonio gpl kejar target, biar cpt dapet dollar..
btw, Dar kuatin punggung lu aja ya, pria umur segitu masih ke itung muda. 🤣