(WARNING! banyak **** ***** dan tindakan yang buruk. Harap bijak dalam memilih bacaan dan abaikan buku ini jika membuat pembaca tidak nyaman.) Akira Kei, seorang bocah SMA yang yatim-piatu yang awalnya hidup dengan tenang dan normal. Dia hidup sendirian di apartemen setelah ibunya meninggal saat dirinya baru masuk SMA. Dan impiannya? Dia hanya ingin hidup damai dan tenang, meksipun itu artinya hidup sendirian. Tapi sepertinya takdir berkata lain, sehingga kehidupan Akira Kei berubah 180°. Apa Akira Kei bisa mewujudkan impiannya itu? Atau tidak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amigo Santos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ㅤ
Keesokan harinya, di Akademi Nexum, Kei sedang berjalan melalui gerbang depan akademi yang sekarang banyak siswa berlalu lalang karena mereka memang baru sampai di Akademi dan sedang berjalan menuju kelas masing-masing.
Pagi itu terasa normal dan tenang meskipun kemarin ada penyerangan secara tiba-tiba hingga melukai banyak murid yang berasal dari Akademi Nexum maupun murid Akademi lain yang menonton perlombaan. Untungnya dengan kemajuan medis yang di bantu dengan sihir bisa menyelamatkan nyawa dari murid dari ketiga Akademi tersebut.
Meski begitu, kondisi gedung pembelajaran untuk kelas 3 dan juga lapangan belum bisa di gunakan. Sehingga pembelajaran kelas 3 digabung mejadi satu dan di alihkan ke gedung serbaguna milik Akademi Nexum.
‘Ughh… rasanya kayak ada yang merhatiin deh…’ gumam Kei sambil terus berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua.
Memang benar kalau dirinya sekarang sedang menjadi pusat perhatian karena berita kakaknya yang sedang menjalani diskors selama satu minggu di rumah dan dilarang pergi kemanapun.
‘Sstt… aku tidak menyangka kalau senior terbaik kita akan melakukan itu.’ Bisik salah satu murid kepada temannya yang ada di sampingnya sambil sesekali menatap Kei.
‘Maksudmu pembunuhan sepihak itu? Yang membuatnya mendapatkan diskors selama 1 minggu dari Kepala Akademi?’
‘Iyaa! Yang itu…!’
‘Ohh… iya sih. ternyata senior kita kelakuannya parah ya?’
‘Iya… masa melakukan pembunuhan, padahal dia masih berstatus murid.’
‘Meskipun itu sedikit membantu menenangkan kita, tapi tidak sewajarnya seorang murid melakukan pembunuhan, ga sih?’
Kira-kira seperti itulah bisikan yang di dengar Kei selama berjalan di halaman depan Akademi sampai di lorong menuju kelasnya. Banyak yang memperhatikan Kei sambil berbisik-bisik membicarakan kakaknya.
Sesampainya di kelas 1-B, Kei dikejutkan dengan bola air yang melesat ke arahnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Tapi berkat reflek yang dimiliki Kei yang merupakan hasil latihannya dengan ayahnya berhasil membuat Kei menghindari bola air itu dengan cara memiringkan kepalanya dan bola air itu mengenai dinding yang ada belakang Kei.
“Cih! Akurasimu benar-benar payah, Az… bahkan si anak tanpa Solis Seed saja bisa menghindarinya dengan mudah.” Ejek seorang siswa yang sedang duduk di kursinya dengan tertawa kecil.
Murid yang di panggil Az itu sebenarnya bernama Azre. Dirinya tampak menatap temannya yang tadi menertawakan akurasinya dengan tajam.
“Dia hanya beruntung, Artya… lain kali akan kupastikan dia tidak berutung.” Balas Azre kepada temannya yang bernama Artya.
“Ohh… jadi masih ada lain kali ya… yah, anak yang tidak memiliki bahkan tidak mempunyai Elym memang tidak pantas ada di kelas ini.” Jawab Artya dengan senyum penuh arti saat dirinya menoleh ke arah Kei.
Kei hanya menghela nafas sebelum berjalan menuju kursinya yang ada di pojok belakang sebelah kanan. Benar-benar pojokan kelas karena bagian belakang kelas tidak ada pintu, dan pintu keluar-masuk hanya ada di depan kelas saja.
Mengenai Solus Seed, itu seperti inti dari semua kekuatan yang seharusnya dimiliki semua manusia. Tapi entah kenapa ada orang yang terlahir tanpa Solus Seed dan mereka pun dianggap cacat. Dan untuk Elym sendiri, lebih seperti saluran untuk mengalirkan energi dari Solus Seed ke seluruh tubuh. Untuk yang ini memang ada beberapa yang tidak memilikinya, tapi sebagai gantinya mereka bisa menyalurkan tenaga Solus Seed melalui perantara seperti pedang, tombak, atau panah.
Orang biasa tanpa Solus Seed dan Elym akan kesulitan bertahan karena kentalnya energi yang berguna untuk mengisi Solus Seed itu, dan namanya sampai sekarang namanya tidak diketahui dan sampai sekarang juga para ilmuan masih mencari nama yang cocok untuk energi kental yang tersebar di seluruh dunia.
Para ilmuan tidak berani memberikan sembarang nama karena kekentalan energi misteri itu berbeda disetiap tempat, dan setiap kekentalan berbeda pula tingkat bahayanya. Contohnya energi dengan kekentalan yang tinggi itu ada di sekitar portal yang terbuka secara acak dengan pusat energi tersebut berada di dalam portal tersebut.
Sekarang kita lupakan dulu sistem dunia yang super duper rumit ini dan kembali ke Yaichi-eh, maksudnya Kei.
Sekarang anak itu sudah duduk di bangkunya di pojokan sambil membaca buku novel kesayangannya tanpa memperdulikan hiruk pikuk kelasnya yang membicarakan dirinya dan kakaknya yang membuat kehebohan kemarin.
“Wehh! Anjir! Hahh… hahh… untung ga telat weh…”
Seluruh murid 1-B langsung menoleh ke arah pintu masuk kelas begitu mendengar teriakan dari seorang murid yang kelelahan karena kelelahan berlari sekaligus senang karena dirinya tidak telat.
Kei pun ikut menoleh sebelum memerika ponselnya untuk melihat jam berapa sekarang. Di ponselnya, terpampang jelas angka tujuh lebih empat belas menit, sementara bel masuk berbunyi biasanya berbunyi jam tujuh lebih lima belas menit.
“Wedehh… tumben nih ga telat, meski kurang semenit juga bel sih.” Ujar salah satu murid dan diikuti oleh tawa murid yang lain.
Sementara murid yang hampir telat itu langsung cengengesan sebelum berjalan menuju mejanya yang berada di samping Kei.
“Pagi, Kei~ lagi baca buku apaan tuh?” tanya murid tersebut sambil mendekatkan kursinya ke meja Kei.
“Pagi juga, Andra… biasalah, novel yang baru terbit kemarin.” Jawab Kei kepada murid di sebelahnya yang bernama Andra.
“Ohh… yang judulnya ‘Still Loner’ itu kah? Gue denger buku itu langsung habis waktu awal-awal terbit.” Ucap Andra lagi yang tampak antusias untuk berbicara dengan Kei.
Berbeda dengan teman-teman mereka yang lainnya, yang terlihat enggan untuk berbicara dengan Kei karena terlahir tanpa Solus Seed dan tanpa Elym. Andre terlihat biasa saja berbicara dengan Kei tanpa rasa enggan ataupun jijik meskipun dirinya memiliki Solus Seed dan Elym yang bisa di bilang yang terkuat di kelas 1-B. Hal itu dibuktikan dengan jubahnya yang berwarna biru di bagian dalamnya sedangkan bagian luarnya berwarna hitam. Berbeda dengan yang lain yang berwarna hitam dan abu-abu.
“Yup. Dan kau tau? Aku bahkan berusaha mati-matian untuk mendapatkan buku ini kemarin.” Jawab Kei lagi sambil menutup bukunya dan menoleh ke arah Andra.
“War buku ga ajak-ajak anjir!” ucap Andra sambil memukul pelan lengan sahabatnya, Kei.
“Lah? Kau kemarin kemana jir? Ku telpon ga diangkat pula.” Balas Kei sambil membalas memukul lengan Andra dengan jenaka.
Sementara Andra hanya cengengesan mendengar ucapan Kei.
“Kemarin itu aku latihan sama kakakku, Kei… jadinya ya hp ku mati deh.” Jelas Andra sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Ohh pantes… tapi kita sama coyy… aku kemarin juga habis latihan sama bapak terus sama kakakku juga. Mana latihannya keras banget pula.” Gerutu Kei sambil menyangga kepalanya dengan tangannya yang bersandar pada meja.
Andra langsung meringis ketika Kei bercerita kalau dirinya kemarin berlatih bersama ayahnya. Karena Andra tau bagaimana kerasnya Ken, Ayah Kei ketika melatihnya, dan Andra sendiri sudah pernah berlatih dengan Ayah Kei.
Andra ikut berlatih dengan Kei karena ingin tau bagaimana rasanya berlatih dengan orang terkuat di negeri mereka. Tapi hasilnya? Andra dibuat menjadi samsak hidup oleh Ayah Kei, dan Kei yang melihat itu hanya bisa berpura-pura tidak melihat. Untungnya Ibu Kei, Lauren, yang baik hati, cantik, nan lembut datang untuk menyembuhkan luka yang didapatkan Andra dari berlatih bersama. Lauren juga mengomeli suaminya karena sudah membuat anak orang sekarat kalau seandainya Lauren tidak datang tepat waktu.
“Sabar ya… yang penting aku ga harus ngerasain latihan sama bapakmu lagi.” Ejek Arden sambil menepuk pelan bahu Kei.
“Bangke lo ah…”
Andra kemudian menggeser kursinya lagi ke posisi semula, yaitu di depan mejanya sendiri. Dan Kei juga ikut merubah sikapnya menjadi netral, karena guru sudah memasuki ruang kelas dan pelajaran pun dimulai.
#halo semuanya...! makasih banyak ya karena sudah membaca karya pertama saya ini. saya menjadi sangat bersemangat dan termotivasi untuk menulis kelanjutan dari cerita ini.
#saya juga meminta maaf karena untuk ke depannya saya tidak bisa mengupload cerita terlebih dahulu alias hiatus untuk waktu yang belum bisa saya tentukan, tapi saya usahakan untuk tidak terlalu. terimakasih banyak semuanya!!