NovelToon NovelToon
Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Duda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Las Manalu Rumaijuk Lily

Gita sangat menyayangkan sifat suaminya yang tidak peduli padanya.
kakak iparnya justru yang lebih perduli padanya.
bagaimana Gita menanggapinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Las Manalu Rumaijuk Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

mengalah..

​"Kamu tidak akan bekerja Gita!" Suara Darren meninggi, memantul samar di dinding kafe rumah sakit yang sepi menjelang pagi. Ia menggebrak meja dengan kepalan tangan, membuat sisa kopi di cangkir Gita bergetar.

​Gita menarik napas, berusaha keras untuk mempertahankan ketenangan yang sulit. "Mas, jaga suaramu. Kita sedang di rumah sakit," desisnya.

Ia tidak lagi terkejut dengan otoritas dan kendali yang selalu ingin ditunjukkan Darren. "Kenapa aku tidak boleh bekerja? aku kesepian di rumah! Dan aku sudah diterima." tuntut Gita setengah kesal.

​"Karena kewajibanmu adalah di rumah! menurut pada suamimu, dan sekarang, kakakku juga butuh perhatian mu!" tuntut Darren balik, matanya menyala.

"Kamu pikir Kak Derby bisa diurus hanya dengan pelayan? Dia perlu perhatian penuh, perawatan dari keluarga! Kamu adalah istriku, adik iparnya, itu tanggung jawabmu!"

​Gita tertawa, tawa dingin dan pahit. "Tanggung jawab? Kamu tiba-tiba ingat soal tanggung jawabku sebagai 'istri' saat ada hal yang harus diurus dan kamu tidak mau repot? Selama ini, kamu menganggapku apa, Mas? Wanita mandul yang tidak berguna, bukan?"

​Wajah Darren memerah. "Jangan mengalihkan pembicaraan, Gita! Ini bukan tentang kita. Ini tentang Kak Derby! Kita harus fokus pada kesembuhannya. Kita pindah ke rumah Kak Derby sampai dia benar-benar pulih. Titik! Kamu akan mengurus semuanya." suara Darren kembali naik.

​Gita menatap tajam, amarahnya bergejolak. Namun, pandangannya tertuju pada pintu ICU yang tak jauh dari situ.

Bayangan wajah pucat Kak Derby, kebaikan yang selalu ia berikan pada suaminya selama ini, tiba-tiba mematikan api amarahnya.

Benar, Kak Derby sedang berjuang.

Dan terlepas dari perseteruannya dengan Darren, Gita tulus mengkhawatirkan kakak iparnya itu,walaupun dia hampir tidak pernah saling menegur.

Gita sangat takut pada Derby,karena sifatnya yang dingin dan datar,tidak tersentuh,membuatnya sangat tidak nyaman jika berpapasan.

​Ia menghela napas panjang, sebuah pengakuan kekalahan yang menyakitkan.

​"Baik," ucap Gita, suaranya pelan dan berat, seperti mengakui sebuah keputusan mati.

"Aku akan mengalah, Mas. Demi Kak Derby. Aku akan menghubungi kantor pagi ini, menjelaskan situasinya, dan mengundurkan jadwal kerjaku atau mengambil cuti yang tidak dibayar."

​Wajah Darren yang tadinya tegang seketika meredup, digantikan oleh ekspresi lega bercampur kemenangan. "Makasih, Git. Aku tahu kamu tidak akan mengecewakan kami. Kita akan pindah ke sana, dan kamu yang akan memimpin semua urusan rumah tangga dan perawatan Kak Derby."

​"Tunggu dulu, Mas," potong Gita cepat. Ia tahu ia harus menetapkan batasan, meskipun ia telah mengalah dalam hal pekerjaan. "Aku akan mengurusnya. Tapi ini adalah kesepakatan murni untuk Kak Derby, dan hanya sampai dia stabil dan bisa mandiri atau ada perawat profesional yang mengambil alih."

"Dan aku ingin kita tidur terpisah seperti yang terjadi di rumah," cicitnya pelan.

​Darren memprotes. "Gita, jangan kekanak-kanakan! Kamu harusnya tidak membicarakan..—"

​"Tidak, Mas. Aku sudah mengorbankan pekerjaanku untukmu, untuk Kak Derby. Aku tidak akan mengorbankan ketenanganku lagi," tegas Gita.

"Jangan paksa aku mengubah keputusan ini. Jika kamu memaksaku kembali ke kamar, aku akan mengubah keputusan ku juga.." sela Gita mantap.

​Ancaman itu berhasil membungkam Darren. Ia tahu, meskipun Gita mengalah soal pekerjaan, perlawanannya terhadap dirinya sudah mencapai titik tertinggi. Ia telah kehilangan Gita, sepotong demi sepotong.

​Darren membuang napas kasar. "Baik. Lakukan apa pun yang kamu mau. Yang penting kamu tetap ada di sana, mengurus Kak Derby. Sekarang, aku harus menemui asistenku. Kamu istirahat sebentar di hotel yang akan kucari."

​Gita mengangguk, tanpa emosi. "Aku tidak butuh hotel. Aku akan istirahat di ruang tunggu sebentar. Aku akan menghubungi kantor setelah itu," katanya, bangkit dan melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Darren dengan cangkir kopi dinginnya dan rasa kemenangan yang terasa hampa.

​Ia sudah mengalah. Ia menunda impiannya. Pengorbanan ini adalah yang terakhir. Setelah Derby pulih, tidak ada lagi alasan bagi Darren untuk menahan Gita.

​Gita melangkah ke area lobi rumah sakit yang lebih sepi, menjauh dari pandangan Darren. Setelah memastikan suaminya sibuk berbicara dengan seorang pria berpakaian rapi (asistennya),.

ia mengeluarkan ponsel. Jari-jarinya gemetar saat menekan nomor kantor barunya. Ini adalah panggilan yang paling tidak ingin ia lakukan.

​Seorang wanita dengan suara ceria mengangkat telepon. "Selamat pagi, dengan Divisi Pemasaran, ada yang bisa saya bantu?"

​Gita menarik napas dalam. "Selamat pagi. Saya Gita Amanda. Saya menelepon untuk urusan penundaan jadwal kerja. Saya seharusnya mulai hari ini."

​"Oh, Ibu Gita. Iya, Bu. Kami sudah menantikan kedatangan Anda. Ada masalah apa, Bu?" tanya suara itu, kini terdengar sedikit waspada.

​Gita menjelaskan dengan ringkas, tanpa menyebut detail dramatis, hanya fokus pada kondisi darurat keluarga yang mendesak. "Kakak ipar saya mengalami kecelakaan serius dan memerlukan perawatan intensif, terutama di masa pemulihan awal. Karena keadaan keluarga, saya harus fokus pada perawatan di rumah selama beberapa waktu ke depan. Bisakah saya meminta penundaan jadwal masuk saya hingga... empat minggu ke depan, mungkin?"

​Ada keheningan di seberang sana. Gita merasakan jantungnya mencelos. Ia takut mereka akan mencabut tawarannya.

​"Saya sangat memohon pengertiannya, Bu. Ini benar-benar situasi mendesak dan mendadak. Jika memang tidak bisa ditunda, saya terpaksa harus mengundurkan diri, tetapi saya sangat berharap tidak harus melakukannya," mohon Gita.

​"Tunggu sebentar, Bu Gita. Saya perlu berdiskusi dengan Manajer HRD," jawab wanita itu.

​Lima menit yang terasa seperti berjam-jam kemudian, wanita itu kembali.

​"Baik, Bu Gita. Kami memahami situasi darurat Anda. Mengingat posisi Anda adalah posisi krusial, Manajer setuju untuk memberikan penundaan selama tiga minggu. Lebih dari itu, kami terpaksa harus membuka lowongan kembali. Apakah Anda sanggup, Bu?"

​Gita merasakan lega sekaligus sesak. Tiga minggu. Itu waktu yang cukup.

​"Sanggup, Bu. Terima kasih banyak atas pengertian dan kesempatan ini. Saya akan masuk tepat tiga minggu dari hari ini," jawab Gita, berusaha terdengar profesional meskipun matanya sudah berkaca-kaca.

​Setelah menutup telepon, Gita menyandarkan punggungnya ke dinding koridor. Ia menatap kosong layar ponselnya. Tiga minggu dari hidupnya lagi-lagi ia korbankan untuk pria yang telah menghancurkan dirinya.

​Tiga minggu, pikirnya dalam hati. Tiga minggu untuk membalas kebaikan Kak Derby, dan tiga minggu untuk mengumpulkan bukti dan keberanian untuk menghancurkan kebohongan Darren.

​Gita berjanji pada dirinya sendiri: Setelah tiga minggu itu berlalu, setelah Kak Derby stabil, ia akan kembali pada dirinya sendiri. Tidak ada lagi pengalahan hanya pembalasan dan pembebasan. Ia akan kembali bekerja, dan setelah itu, ia akan menyelesaikan urusan amplop dan pernikahannya.

​Ia kembali berjalan menuju ruang tunggu ICU. Saat ia tiba, Darren sudah berdiri di sana bersama seorang pria berpakaian rapi dengan wajah khawatir—asistennya.

​"Git, ini Ridwan," kata Darren tanpa basa-basi. "Dia akan mengurus semua administrasi rumah sakit dan keperluan kita selama di sini."

​Gita mengangguk, menyapa Ridwan singkat.

​" Ridwan, tolong siapkan satu mobil lagi untuk mengangkut barang-barang kami nanti. Dan tolong pesankan hotel terdekat untukku," perintah Darren.

​Gita segera menyela. "Mas Darren, aku sudah bilang. Aku akan istirahat di ruang tunggu sebentar. Tidak perlu hotel," katanya, memastikan Ridwan mendengarnya.

​Darren memelototinya, tetapi Gita hanya membalas tatapan itu dengan dingin.

Darren menghela napas, memutuskan untuk tidak berdebat di depan asistennya.

​"Baik. Ridwan, batalkan pemesanan hotelku. Sekarang fokus pada pemindahan Kak Derby dari ICU, Ridwan. Setelah itu, kita semua akan pindah ke rumah Kak Derby."

​Ridwan mengangguk. "Siap, tuan."

​Gita kembali ke sudut tersembunyi. Perang kecilnya telah ia menangkan. Kini, ia hanya perlu bersabar selama tiga minggu. Waktu yang terasa seperti hitungan mundur menuju kemerdekaannya.

​Bersambung...

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Bianca Garcia Torres
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Las Manalu Rumaijuk Lily: terimakasih kk
total 1 replies
Myōjin Yahiko
Dijamin ngakak mulu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!