Dunia Isani seakan runtuh saat Yumi, kakak tirinya, mengandung benih dari calon suaminya. Pernikahan bersama Dafa yang sudah di depan mata, hancur seketika.
"Aku bahagia," Yumi tersenyum seraya mengelus perutnya. "Akhirnya aku bisa membalaskan dendam ibuku. Jika dulu ibumu merebut ayahku, sekarang, aku yang merebut calon suamimu."
Disaat Isani terpuruk, Yusuf, bosnya di kantor, datang dengan sebuah penawaran. "Menikahlah dengaku, San. Balas pengkhianatan mereka dengan elegan. Tersenyum dan tegakkan kepalamu, tunjukkan jika kamu baik-baik saja."
Meski sejatinya Isani tidak mencintai Yusuf, ia terima tawaran bos yang telah lama menyukainya tersebut. Ingin menunjukkan pada Yumi, jika kehilangan Dafa bukanlah akhir baginya, justru sebaliknya, ia mendapatkan laki-laki yang lebih baik dari Dafa.
Namun tanpa Isani ketahui, ternyata Yusuf tidak tulus, laki-laki tersebut juga menyimpan dendam padanya.
"Kamu akan merasakan neraka seperti yang ibuku rasakan Isani," Yusuf tersenyum miring.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Yumi bengong menatap laki-laki yang digandeng Isani. Sungguh, ini di luar ekspektasinya, masih muda, gagah dan tampan. Dengan celana jeans dan kaos berkerah warna navy, penampilan calon suami Isani begitu memukau. Ditambah jam di pergelangan tangannya yang terlihat mewah, membuat auranya begitu mahal, aura-aura old money.
Sama seperti Yumi, Farah juga tampak kaget. Wanita itu memperhatikan Yusuf dari atas sampai bawah.
"Pah kenalin, ini Yusuf, calon suami Sani," Isani memperkenalkan.
Yusuf tersenyum sambil menunduk sopan. Dengan ditemani Isani, ia menghampiri Fatur dan Farah, mencium tangan mereka. Namun saat hendak mendekati Yumi, Sani menahan lengannya.
"Dia gak usah, cukup tahu aja, gak usah salaman," Sani menatap Yumi penuh arti.
"Kamu... Yusuf Liam?" Fatur merasa jika wajah Yusuf tidak asing, ia pernah lihat tapi lupa di mana.
"Benar Om," Yusuf mengangguk. "Saya Yusuf Liam Nugraha."
Mulut Yumi menganga lebar mendengar nama itu. Ia sering mendengar nama tersebut, meski tak pernah bertemu orangnya. Tangannya bergerak cepat mengambil ponsel di atas meja, mencari profil Yusuf Liam di mesin pencarian. Tubuhnya seketika lemas melihat foto profil Yusuf Liam di ponselnya. Ya, dia adalah orang yang sama dengan calon suami Sani. "Enggak, gak mungkin," gumamnya sambil menggeleng.
"Papa kenal dia?" tanya Farah.
"Dia ini pembisnis terkenal, profilnya sering muncul di majalah bisnis," ucap Fatur dengan bangga sambil menepuk bahu Yusuf. "Kalau gak salah, kamu pernah dapat penghargaan Enterpreneur muda inspiratif. Bener gak?" memastikan pada Yusuf.
"Benar Om," Yusuf mengangguk sambil tersenyum.
Puas, itulah yang dirasakan Sani ketika melihat wajah Farah dan Yumi. Kedua wanita itu tak berkutik, tak lagi berisik seperti tadi.
"Astaga!" Fatur menepuk keningnya saat ingat sesuatu. "Berarti kamu bosnya Sani, CEO Nugraha Jaya Group."
Yusuf hanya tersenyum sambil mengangguk.
Wajah Yumi terlihat pucat. Baru saja ia merasakan kemenangan karena berhasil merebut Dafa, dirinya sudah harus dihempaskan oleh kenyataan jika Sani mendapatkan pengganti Dafa yang jauh lebih segalanya dari laki-laki tersebut.
"Silakan duduk," Fatur mempersilakan. "Maaf, maaf, seharusnya kita mengobrol di ruang tamu, bukan disini. Isani, ajak Yusuf ke ruang tamu. Bi," teriaknya memanggil Bi Dini. "Tolong buatkan minum untuk calon suaminya Sani." Fatur menunjukkan keantusiasannya menyambut Yusuf.
"Gak usah repot-repot, Om," Yusuf terlihat sungkan.
Mereka lalu berpindah ke ruang tamu agar obrolan makin nyaman. Farah yang sekarang duduk di sofa panjang bersama Fatur dan Yumi, masih terus memperhatikan Yusuf. Rasanya tak habis fikir, bagaimana bisa Sani dengan sangat cepat mendapatkan pengganti Dafa yang speknya gak kaleng-kaleng, seorang bos muda.
"Kedatangan saya kemari, mau melamar Isani, Om, Tante," Yusuf menatap Fatur dan Farah, lalu melirik Sani yang duduk di sebelahnya.
"Wah, ini benar-benar kejutan," ujar Fatur. "Sani gak pernah cerita soal kamu, tahu-tahu kalian mau menikah," menatap Sani dan Yusuf bergantian.
"Sebenarnya saya sudah lama sekali suka pada Isani," Yusuf tersenyum, menoleh ke arah Sani. "Hanya saja, saya selalu ditolak karena Sani lebih memilih Dafa. Namun sepertinya, Tuhan telah mengijabah doa saya di sepertiga malam, akhirnya Sani mau menerima saya."
Sani menunduk, salting dengan tatapan Yusuf padanya.
"Kamu yakin mau menikah dengan Sani?" tanya Farah. Entah kenapa, ia merasa ada yang tidak beres, rasanya ini terlalu aneh.
"Tentu saja Tante, saya sangat yakin," Yusuf sekali lagi menatap Sani, tersenyum. "Sani adalah wanita yang saya idamkan sejak dulu. Batalnya pernikahan dia dengan Dafa, mungkin sudah takdir karena jodoh Sani bukan Dafa, melainkan saya."
"Tapi Sani ini bukan anak kandung kami."
"Mah," Fatur menginterupsi, memberi isyarat melalui mata agar istrinya tak banyak bicara. "Sani anak kandung saya, tapi dia memang bukan anak istri saya," ralatnya. Ia bicara dengan sangat hati-hati, tak mau pernikahan Sani gagal untuk yang kedua kalinya. Selain itu, Yusuf adalah laki-laki sukses dan kaya raya, calon menantu idaman setiap orang tua.
"Dia anak diluar nikah, anak tanpa nasab."
Fatur berdecak pelan, kesal dengan kelakuan Farah yang tak mau diam, bicara tanpa disaring. Bisa saja gara-gara itu pernikahan Sani batal. Dulu awalnya orang tua Dafa mempermasalahkan soal ini, hingga tak mau memberi restu meski akhirnya luluh juga.
"Dia anak pelakor," tambah Yumi yang tak rela melihat Isani mempunyai suami lebih baik darinya.
Wajah Fatur merah padam, merasa telah dipermalukan oleh anak dan istrinya.
"Saya sudah tahu itu." Tanggapan Yusuf begitu datar, membuat Yumi dan Farah kaget. "Dan saya sama sekali tidak mempermasalahkan. Saya dengar, kamu sedang hamil sekarang," melihat ke arah Yumi. "Bukankah nantinya, anak itu akan bernasib sama seperti Sani, tanpa nasab alias bernasabkan pada ibunya?"
Yumi seketika tertunduk malu.
"Gak ada yang namanya anak haram, yang haram itu perbuatan orang tuanya, benar gak?" Yusuf menatap Yumi.
Yumi dibuat mati kutu, wajahnya merah padam, antara marah dan malu. Tenggorokannya seperti tercekat, tak bisa berkata-kata untuk membalas ucapan Yusuf.
Sani menahan tawa, puas sekali melihat wajah bak kepiting rebus Yumi. Jarang sekali Yumi sampai terdiam seperti ini, rasanya benar-benar puas. Emang enak dipermalukan? Ini baru dipermalukan satu orang, belum dihujat netizen satu Indonesia karena hamil di luar nikah.
Tinggalkan rumah Ucup
ayo Sani....kamu pasti bisa....ini br sehari....yg bertahun tahun aja kamu sanggup
gimana THOR