NovelToon NovelToon
Terpikat Sekretaris Ayah

Terpikat Sekretaris Ayah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Angst / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Anjana

Aleena terpaksa harus menolak perjodohan karena dirinya sama sekali tidak menyukai laki-laki pilihan orang tuanya, justru malah tertarik dengan sekretaris Ayahnya.

Berbagai konflik harus dijalaninya karena sama sekali tidak mendapatkan restu dari orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 10#Sibuk di kantor

Selesai mengerjakan pekerjaannya, Devan meletakkan bunga mawarnya yang sudah rapih diatas meja. Kemudian, ia mengambil beberapa berkas untuk dibawa ke kantor.

"Devan, sarapan dulu," ajak Bernio yang baru saja keluar dari kamar.

"Aku sudah buru-buru, takut terlambat ke kantor. Sarapannya nanti di kantor aja. Oh iya, itu bunga mawarnya udah aku taroh di meja. Kalau gitu, aku mau langsung berangkat saja,"

"Ya udah gak apa-apa, makasih ya, udah mau menggantikan aku hari ini. Maaf banget sudah merepotkan, hati hati dijalan," ucap Bernio, Devan pun segera berangkat ke kantor.

Dalam perjalanan yang tidak begitu jauh, dan tidak memakan waktu lama, akhirnya sampai juga di kantor. Setibanya di kantor, rupanya sudah banyak karangan bunga untuk berbelasungkawa atas kepergiannya Tuan Arvian, selaku pemilik perusahaan.

Saat baru saja turun dari mobil, beberapa karyawan langsung menuju mobil yang dikendarai Devan, mengiranya penerus keluarga Hamuangka, yakni Bernio Hamuangka. Ketika Devan turun dari mobil, semua terkejut. Meski tidak ada siapa-siapa, tetap saja para karyawan memberondong banyak pertanyaan mengenai Tuan Arvian yang mendadak meninggal.

Setelah menjawab berbagai pertanyaan, Devan segera masuk ke ruang kerjanya mendiang Tuan Arvian.

"Devan!" teriak sosok perempuan yang langsung menghampirinya.

"Lusi, ada apa?"

"Aku turut berduka cita ya, atas meninggalnya Tuan Arvian. Kabarnya sangat mendadak, jadinya aku sama rekan-rekan yang lainnya gak bisa datang. Juga, kemarin kerjaan dikantor sangat padat."

"Tidak apa-apa, keluarga dapat memakluminya. Oh iya, aku masuk kedalam dulu ya, masih banyak kerjaan yang harus aku kerjakan dan aku selesaikan."

"Eh, kamu udah sarapan belum?"

"Belum, kenapa?"

"Aku beliin ya, sekalian juga aku mau ke kantin, aku juga belum sarapan tadi,"

"Gak usah repot-repot, aku bisa sendiri,"

"Udahlah, kek sama siapa aja, dah ya, aku ke kantin dulu."

"Terserah kamunya, aku mau beresin kerjaan aku, silakan kalau mau ke kantin,"

Devan langsung masuk, dan menutup kembali pintunya.

"Cieeee yang lagi nyari perhatian tanpa putus asa, gimana-gimana, udah luluh orangnya?"

"Ya gitu deh, tetap aja dingin, cuek juga. Tapi aku tidak akan menyerah begitu aja buat dapetin si Devan, udah ganteng, pekerja keras lagi."

"Emangnya kamu gak pingin dapetin Bos baru, ganteng juga loh penerus keluarga Hamuangka."

"Gak, aku gak tertarik. Terlalu kaya buatku sulit aku dapetin, Devan aja menurutku gak kalah jauh sama Bos baru. Dah lah, aku mau ke kantin, mau beliin sarapan buat Devan."

"Gak ada capek capeknya kamu itu, Devan terus yang kamu mau, kek gak ada cowok lain aja."

"Eits! jangan salah, Devan jauh lebih oke ketimbang Bos Bos diluaran sana."

"Ya deh iya, terserah kamu aja dah. Udah sana kalau mau ke kantin, layanin tuh si sekretaris Devan yang juteknya gak nanggung nanggung."

Lusia tidak peduli mau diejek atau kek mana, dirinya tetap ingin mendapatkan Devan sebagai pasangannya.

Didalam ruang kerjaan mendiang Tuan Arvian, Devan tengah sibuk dengan pekerjaannya. Sedari tadi ia berkutat didepan komputer, dan bolak-balik memeriksa berkas. Cukup melelahkan, namun sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai sekretaris, dan orang kepercayaan keluarga Hamuangka.

Saat tengah mengerjakan pekerjaannya, dikagetkan dengan suara ketukan pintu, lalu ia menekan tombol, dan pintu pun terbuka dengan sendirinya.

"Kelihatannya kamu sibuk banget, ini sarapan dulu," ucap Lusia sambil meletakkan makanan yang ia belikan.

"Makasih, maaf sudah merepotkan mu. Kalau tidak keberatan, kamu segera keluar, aku sedang tidak ingin diganggu, takutnya kerjaan aku gak kelar-kelar."

Mendengar ucapan dari Devan, ada perasaan kesal karena diusir secara terang-terangan.

"Aku bisa temani kamu, kalau kamu butuh apa-apa ada aku. Juga, hari ini kerjaan aku gak begitu padat, gak apa-apa 'kan aku temani kamu?"

"Sudah aku bilang, aku tidak terbiasa ditemani siapapun. Sudahlah, nanti malah jadi prasangka yang gak gak sama karyawan yang lainnya. Takutnya nanti menjadi fitnah buat kamu."

"Tidak apa-apa kok, aku gak keberatan. Aku mau temani kamu aja disini."

"Kita bukan pasangan, gak baik kamu didalam ruangan ini sama aku, Lusi."

"Memangnya kamu masih belum ngerti kah, kalau aku sebenarnya udah naksir kamu sejak kita bertemu. Aku serius, aku gak lagi bohong. Aku menyukaimu, Devan."

Devan langsung menoleh, dan mendongak. Setelah itu, ia menatap Lusia, kemudian segera bangkit dari posisi duduknya.

"Terima kasih atas niat baikmu, tapi aku tidak bisa menerimamu. Aku sudah ada perempuan lain yang aku sukai, hubungan kita hanya sebatas teman kerja. Aku minta maaf, jika ucapan ku ini telah menyinggung mu. Aku masih ada kerjaan, silakan kembali ke tempat kerjamu."

Lusia benar-benar kecewa mendengar jawaban dari Devan. Sungguh hancur perasaannya ketika cintanya tidak terbalaskan.

"Kalau boleh tau, siapa perempuan itu, Devan?"

"Tidak penting untuk ku katakan, sudah lah, sebaiknya kamu kembali kerja."

Lusia segera keluar dengan perasaan kecewa, lantaran ditolak cintanya.

Devan yang memang sedang fokus dengan pekerjaannya, sama sekali tidak peduli dengan pengakuan yang diutarakan oleh Lusia. Justru so Devan malah teringat dengan sosok Aleena di waktu tadi pagi saat dirinya menyeeessap daraaaah segar akibat tertusuk diri.

Namun, tiba-tiba mendadak tidak bersemangat ketika mengetahui statusnya yang telah sah menjadi istri lelaki lain.

"Woi! ngelamun aja kamunya. Itu gimana ceritanya, kamu ngerjain apaan?"

"Astaga! hampir aja, kamu ini, ngagetin aja."

"Kenapa aku yang kena sasaran. Ish! eh, itu kamu ngetik apaan, Bro?"

Menyadari tengah mengetik nama Aleena hingga beberapa baris, langsung dihapus.

"Aleena, Aleena, siapa Aleena, Dev? cieee kekasih baru nih yeee."

"Apaan sih, gak lucu. Sudah sana kamu pergi aja, gangguin aja kerjaan mu itu. Nanti kalau kerjaan aku gak selesai-selesai, bisa berabe, bisa-bisa Bos Nio marah besar sama aku."

"Ya udah kalau gitu, aku gak akan gangguin kamu. Semangat beraktivitas, Bro. Eh, nanti malam kita bikin acara yuk, kumpul bareng sama teman-teman, gimana?"

"Gak bisa. Aku masih banyak tugas di rumahnya mendiang Tuan Arvian. Kapan kapan aja kumpul barengnya."

"Ya udah kalau gitu, aku mau ke ruang kerjaku."

"Ya udah sana, jangan balik lagi kesini, bikin kesal aja bisanya."

Fery yang tidak ingin mengganggu temannya sibuk sama pekerjaannya, ia juga segera kembali ke ruang kerjanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!