Menceritakan seorang pemuda bernama Xiao Feng, yang merupakan reinkarnasi dari seorang Dewa Cahaya bernama Bara. Sebelum kembali mendapatkan kekuatan Dewa Cahaya miliknya, Xiao Feng/Bara harus mendapatkan kekuatan untuk melawan Para Raja Iblis di Zhuo Guo. Alhasil, Golok Luo Tian Long yang menjadi senjata terkuat di alam dewa, berhasil dia ambil kembali dan berubah menjadi Golok Iblis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.Membuka Titik Meridian
Kahiyang Dewi memutar telapak tangannya yang menempel pada punggung Bara Sena. Aura merah keluar dari telapak tangannya tersebut. Terdengar suara seperti gelembung air yang mendidih bersamaan aura emas yang keluar dari dalam tubuh Bara Sena.
"Bersiaplah, ini sedikit menyakitkan...Membuka titik kedua...!" kata Kahiyang Dewi.
Bara Sena yang sudah merasakan betapa menyakitkannya membuka titik meridian segera menyiapkan kekuatan.
"Aku telah siap...Lakukan!" ucap Bara.
Telapak tangan wanita itu berhenti berputar dan dengan tiba-tiba keluar gelombang merah menembus tubuh Bara Sena hingga tubuhnya tersentak.
Pemuda itu terkejut merasakan sesuatu yang sangat menyakitkan di dalam tubuhnya. Tak kuat menahan sakit, dia pun menjerit keras setinggi langit. Gelombang emas pun menyeruak saat satu titik meridian berhasil dibuka.
Pepohonan yang ada di sekitar mereka bergoyang diterpa gelombang kekuatan yang keluar dari dalam tubuh Bara Sena.
Kahiyang Dewi menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
"Satu saja sudah membuat diriku lelah seperti ini..." batinnya.
Namun dia tak akan menyerah. Waktu sudah semakin mepet. Bara Sena harus bisa mencapai tahap Penempaan Tubuh jika ingin mengalahkan Xiao Wang alias Kepala Keluarga Xiao.
Dia kembali memutar telapak tangannya pada punggung Bara yang terbuka alias tak memakai pakaian atas. Dari belakang, Kahiyang Dewi bisa melihat tubuh Bara dengan jelas. Meski tidak terlalu kekar, tapi dia melihat ada perubahan pada otot pemuda itu setelah dua meridian nya terbuka.
"Entah apa yang akan terjadi saat semua titik meridian nya terbuka. Yang jelas,membuka salah satu saja sudah menyerap banyak sekali tenaga..." batin Kahiyang Dewi.
Sebelumnya, satu hari yang lalu, Kahiyang Dewi telah membantu memperbaiki titik meridian Bara dan membuka salah satunya. Hingga Bara Sena pun bisa menggunakan tenaga dalamnya meski tidak bisa leluasa.
Yang menjadi pertanyaan Kahiyang adalah, bagaimana bisa seseorang yang hanya memiliki satu titik meridian saja bisa mempelajari Ilmu Raga Sukma yang pada dasarnya membutuhkan kekuatan jiwa atau sudah berada pada tingkatan yang tinggi. Bahkan tahap Penempaan Jiwa pun belum bisa menguasai ilmu tersebut. Dia harus mencapai tahap Alam Jiwa.
Tahap Penempaan terbagi menjadi 3 yaitu; Penempaan Tulang atau tahap awal seorang Pendekar memulai. Lalu Penempaan Tubuh dimana itu menjadi tahap untuk membentuk tubuh yang cocok dengan ciri khas kekuatannya sendiri. Yang ketiga adalah tahap Penempaan Jiwa, mengolah kekuatan jiwa sehingga menjadikan kekuatan luar dan dalam menyatu dengan baik. Pada tahap ini, seseorang sudah bisa menghancurkan batu dengan tangan kosong.
Setelah Tahap Penempaan, seorang Pendekar akan meningkat menuju tahap yang lebih tinggi. Yaitu tahap Pemurnian yang juga terbagi menjadi 3 tahap seperti tahap Penempaan. Yaitu tahap Pemurnian Tulang, pemurnian Tubuh dan Pemurnian Jiwa. Di tahap Pemurnian Jiwa ini, seseorang baru bisa belajar ilmu Raga Sukma.
Barulah setelah tahap Pemurnian tersebut, Pendekar akan naik ke tahap paling tinggi, yaitu tahap Alam Mendalam. Tahap dimana seseorang bisa menguasai kekuatan jiwa atau membentuk bayangan hidup serta bisa membuat tubuhnya melayang di udara alias terbang.
Tahap Alam Mendalam ini butuh waktu yang cukup lama untuk mencapainya. Dan tak sedikit mengunakan banyak bahan obat sebagai pendorong.
Itulah sebabnya mengapa Kahiyang Dewi merasa heran dengan Bara Sena yang mampu belajar ilmu Raga Sukma padahal masih berada di tahap Penempaan Tulang paling dasar.
Sejak Bara mampu menguasai ilmu Raga Sukma yang dia ajarkan, Kahiyang Dewi pun mempunyai keinginan untuk terus melatih Bara dan melihatnya dengan mata kepalanya sendiri pemuda itu berada di puncak dunia persilatan.
Sepanjang hari mereka berdua duduk di atas batu yang ada di bawah pohon tersebut. Hingga malam menjelang, keduanya masih duduk di sana. Sudah empat titik meridian yang berhasil dibuka oleh Kahiyang Dewi hari itu.
Itu artinya 5 titik meridian Bara Sena telah terbuka. Masih kurang 7 titik lagi, dan itu butuh waktu yang cukup lama dan tenaga yang tidak sedikit bagi Kahiyang Dewi.
Malam pun datang dan suasana gelap menyelimuti hutan tersebut. Bara Sena mulai merasa tubuhnya sakit dan tak kuat menahan kekuatan baru yang mulai mengalir di dalam tubuhnya.
Target Kahiyang Dewi adalah membuka 5 titik hari itu. Untuk 6 titik lainnya akan dilakukan lain waktu saat kekuatan dia telah pulih kembali.
Tengah malam, Bara Sena membuka kedua matanya. Aura kuning keemasan terlihat berkilat dari bola matanya. Dan satu lambang aneh di dahinya sempat muncul meski dalam sekejap mata saja.
Dia menatap kedua tangannya yang sedikit mengalami perubahan.
"Akhirnya...Tangan kurus itu telah berganti dengan tangan yang lebih berisi. Sekarang aku sudah bisa memukul orang..." batin Bara.
Dia merasa kekuatan di dalam tubuhnya meluap-luap. Selama beberapa saat dia masih menikmati kekuatan yang baru dia dapat sebelum akhirnya dia tersadar akan satu hal.
Bara Sena menoleh ke belakang. Kedua matanya membesar.
"Kahiyang Dewi!" teriaknya.
Wanita berambut putih itu tergeletak tak sadarkan diri di belakang sang pemuda. Dengan cepat Bara segera meraih tubuh wanita itu dan menyadarkan kepalanya ke pahanya.
"Kahiyang Dewi...!" panggil Bara sambil menyeka keringat yang membasahi wajah wanita itu. Keringat itu terasa dingin dan tubuh wanita itu juga terasa dingin.
"Apa yang terjadi...?" batin Bara.
Dia segera mengeluarkan Bunga Racun Api dan menempelkannya di bibir wanita itu. Beberapa saat kemudian mata Kahiyang Dewi terbuka.
"Akhirnya kau tersadar..." ucap Bara Sena yang terlihat cemas.
Kahiyang Dewi tersenyum.
"Kau mengkhawatirkan diriku?" tanya wanita itu.
"Tentu saja...Jika kau mati, bagaimana aku membuka 6 titik lainnya tanpa bantuan seorang hebat sepertimu?" sahut Bara membuat Kahiyang Dewi tertawa aneh.
"Hah...! Aku pikir kau khawatir pada nyawaku, rupanya kau lebih khawatir pada dirimu sendiri," ucap Kahiyang Dewi namun masih sambil tersenyum.
"Kau dalam keadaan lemah seperti ini...Apa yang harus aku lakukan?" tanya Bara.
"Masukkan aku ke dalam Dunia Penyimpanan. Kekuatan cahaya yang ada di sana membuatku merasa lebih baik dan tempat penyembuhan terbaik," kata wanita itu lemah.
Bara mengangguk. Dia segera mengarahkan telapak tangannya ke arah tubuh wanita itu. Namun tanpa dia sengaja, telapak tangannya justru menyentuh dada wanita. Sesaat Bara tertegun. Begitu juga dengan Kahiyang Dewi yang tak menyangka tangan pemuda itu dengan beraninya menyentuh dada orang yang baru saja menolongnya.
"Apa yang kau lakukan!?"
Bara Sena segera menjauhkan telapak tangannya. Wajahnya seperti salah tingkah karena malu.
"Maaf, aku tak sengaja..." ucap Bara sambil nyengir begitu saja.
Kahiyang Dewi tak menyahut. Dia tak tahu harus marah atau tidak. Yang jelas, dia tak merasa terganggu sama sekali meski Bara baru saja menyentuh bagian tubuhnya.
"Cepat masukkan aku ke dalam tanganmu, atau aku akan mati di tempat ini...!" kata nya membuat Bara tersadar dan segera melakukan apa yang wanita itu katakan.
Tubuh Kahiyang Dewi pun secara aneh masuk ke dalam telapak tangan Bara Sena.
Bara Sena merebahkan tubuhnya di atas batu. Matanya menatap ke arah langit yang hitam.
"Tadi itu...lembut sekali dadanya..." batin Bara yang masih teringat pada kejadian yang tak sengaja dia lakukan.
"Arrrghh! Apa yang ada di dalam kepalaku!? kenapa sekarang aku menjadi sangat menyukai hal-hal mesum seperti itu...? Apakah Xiao Feng sialan ini dulunya adalah seorang yang mesum!? Tapi kenapa aku tak mendapatkan ingatannya sama sekali. Saat aku menjadi Dewa pun aku tak pernah berpikir hal yang aneh-aneh kecuali bertarung dan membunuh..." batin Bara Sena yang merasa aneh dengan dirinya sendiri.
Selama beberapa saat Bara masih tiduran sambil memejamkan matanya. Hingga akhirnya dia pun bangkit dan duduk bersila.
"Waktunya melatih tubuh dan jiwa beradaptasi dengan kekuatan baru. 6 titik telah terbuka, aku bisa masuk ke tahap Penempaan Tubuh dengan cepat jika aku berlatih sekarang.." batin Bara lalu dia pun mulai memusatkan pikirannya.
Aura emas keluar dari dalam tubuhnya. Malam itu juga dia mulai berlatih.
Saat matahari terbit dari ufuk timur, Bara Sena telah selesai menguasai kekuatan baru di dalam tubuhnya.
"Akhirnya, aku memiliki kemampuan untuk bertarung..." ucap Bara lalu dia bangkit berdiri dan menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku.
Matanya menatap sebuah batu yang ada di depan sana. Jarak batu itu dengan dirinya tak kurang dari sepuluh tombak. Bara mengangkat tangan kanannya. Aura kuning keemasan menyelimuti telapak tangannya.
"Aku tak tahu ini pukulan apa," ucap Bara lalu dia pun melepas kekuatan yang ada di tangannya tersebut hingga melesat ke arah batu yang ada di depan sana.
Wuuutttt!!!
Blaaammmmm!!!
Batu itu hancur setelah disambar cahaya emas yang keluar dari telapak tangannya. Pecahan batu tersebut berhamburan di udara menjadi kerikil-kerikil kecil.
Bara Sena tersenyum puas.
"Dengan kekuatan ini, aku bisa membuat keluarga Xiao membayar apa yang telah mereka lakukan pada kakek dan Xia Yu..." ucapnya sambil menatap batu yang telah hancur tersebut.
Bara melompat ke udara lalu dari atas dia melepas pukulan tangan kosong hingga beberapa kali.
Terdengar lima ledakan beruntun saat pukulan-pukulan jarak jauh yang Bara kerahkan menghantam tanah berumput.
Bara pun mendarat di tanah dan langsung memperagakan gerakan-gerakan jurus. Hal itu dia lakukan hingga matahari di atas kepala.
Setelah perutnya keroncongan dan rasa lapar membuatnya letih, akhirnya dia pun berhenti.
"Menyebalkan...Kenapa juga aku harus merasa lapar," sungutnya lalu segera meraih pakaiannya yang ada diatas batu.
Setelah mengenakan pakaian tersebut, dia pun bergegas menuju ke pinggiran kota Nanjing untuk mencari kedai terdekat.
"Untung saja kakek memberiku sedikit uang. Aku tidak bingung di saat seperti ini," batin Bara.
Setelah sampai di kedai yang ada di pinggiran kota, Bara pun segera memesan banyak makanan sekaligus. Banyak orang yang menatapnya dengan tatapan heran. Tatapan mata mereka jelas tertuju pada Bara Sena, bukan pada makanan yang dia pesan.
"Bukankah dia itu Xiao Feng si sampah itu?" celetuk salah satu dari mereka.
"Eh, apakah iya? bagaimana bisa Xiao Feng menjadi terlihat gagah dan tinggi seperti itu?" sahut yang lainnya.
Mereka semua pun menjadi gempar dan menatap Bara Sena yang tengah asyik melahap berbagai makanan yang ada diatas meja seperti orang yang kelaparan.