Sudah empat tahun ini kebun pisang milik Raharjo menjadi tempat yang paling menakutkan bagi warga sekitar, jangan kan malam hari, siang saja tidak ada yang berani mau lewat sana.
Bahkan keluarga Raharjo juga menghilang begitu saja, membuat warga menduga keluarga tersebut punya pesugihan.
kemana kah Raharjo menghilang bersama keluarga nya?
siapa yang sudah menjadi hantu di kebun pisang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Kematian Adit
"Adit, kamu kenapa?" Lula mendekati adik nya yang nomor tiga.
"Badan ku menggigil rasa nya, aduuuh dingin sekali." Adit tidak mau keluar dari dalam selimut.
"Demam pasti kamu karena panas panas cari keong, itu lah kalau di bilangi tidak percaya." Lula merutuk pelan.
"Belikan adem sari boleh tidak sih, Kak? uang nya ada tidak." Adit bertanya pelan.
"Ya sudah kamu tunggu di sini, Kakak akan pergi kewarung beli untuk kamu." Lula langsung bangkit.
Untung kemarin Lula memang di kasih uang lima puluh ribu dengan Udin, kata nya dia dapat gajian hasil kerja di sawit Pak Lurah, jadi ada untuk membelikan obat Adit yang sedang demam. pasti nya Adit sakit tenggorokan kalau sudah begitu, Lula pun meninggalkan adik nya sendiri di kamar yang berdinding triplek tipis.
Adit juga heran karena tubuh dia mendadak saja kedingin sangat tidak bisa lagi tertahan, maka nya walau tengah hari bolong begini dia tetap di dalam selimut yang di lapis lapis. bahkan juga menyusup masuk kedalam timbunan baju, agar tubuh menjadi hangat.
Di rumah sedang tidak ada orang karena Udin dapat kerja menanam padi hari ini, sedangkan Nala bilang ada kerja kelompok di rumah teman, Asri tidak tau kemana setelah tadi ada sedikit debat dengan anak nya. Lula tidak ada pikiran apa apa karena di kira hanya demam biasa, karena cuaca juga tidak menentu sekarang.
"Lima belas ribu, La." ujar Mbak Nanda memberikan sekantong kecil.
"Ini uang nya, Mbak." Lula memberikan uang lima puluh ribu.
"La, maaf ya bukan Mbak lancang ini. tapi kamu mau ndak kalau sore bantu Mbak jualan bakso bakar di depan warung?" tawar Mbak Nanda karena dia gau keluarga Asri hidup pas pasan.
"Mulai nya jam berapa, Mbak?" tanya Lula antusias pula.
"Jam empat lah, kalau kamu mau hari minggu besok Mbak belaja dulu dan senin nya baru lah jualan! nanti Mbak kasih dua lima gaji nya." jelas Nanda sambil menatap Lula.
"Tutup nya jam sepuluh atau jam berapa, Mbak?" tanya Lula lagi karena dia jelas takut kalau terlalu malam.
"Nah itu yang mau di runding, untuk sementara siapkan saja dua ratus tusuk dan enyah habis jam berapa pokok nya habis kan saja. tapi kalau hari pertama enggak habis dan sudah jam sepuluh, maka kita tutup lah." jelas Nanda panjang lebar.
"Mau, Mbak!" Lula senang sekali malahan karena bisa membantu orang tua nya.
"Bener nih, kamu ndak tanya sama orang tua mu dulu?" Nanda takut pula nanti kena marah.
"Emak malah senang lah kalau aku dapat kerja, aku pulang sekolah kan jam setengah tiga juga, Mbak." Lula sangat antusias.
Nanda pun ikut senang karena dia akhirnya dapat pegawai untuk membuka bakso bakar di depan warung nya bila sore hari, lagi pula kan dekat dengan jalan sehingga pasti akan banyak yang akan beli. tambah Lula mau pula, jadi semakin yakin dia mau jualan.
Lula juga sangat senang saat pulang kerumah karena dia bisa dapat uang jajan tanpa harus merepotkan Udin lagi, kasihan juga dia dengan Abang nya yang kerja keras demi mencarikan uang saku untuk sekolah dan Bapak mereka juga sama sekali tidak mau peduli.
"Dua puluh lima ribu di kali sepuluh, wah sepuluh hari saja aku sudah dapat dua ratus lima puluh!" Lula girang sekali membayangkan nya.
"Diiit, Adiiit!" Lula masuk kedalam rumah untuk memberikan obat yang baru dia beli.
"Eh biar ku buatkan sekalian lah, dia pasti tidak bisa bangun karena kedinginan." Lula pun pergi kedapur mengambil gelas untuk membuatkan minuman Adit.
"Adiiit."
Tidak ada sahutan dari dalam kamar nya Adit atau lebih tepat ya kamar bersama karena rumah yang sangat kecil sehingga tidak bisa mau di buat banyak kamar, Lula menarik nafas dan masuk kamar untuk mencari adik nya dan dia melihat tumpukan baju yang menggunung.
"Ya Allah kamu kedinginan sekali ya, Dit?" tanya Lula datang mendekat.
"Dit!" Lula mengguncang kaki adik nya.
Pikiran buruk mulai datang dan Lula takut akan ada sesuatu pada adik nya, dia membongkar baju baju tersebut dan seketika dia lemas serta ketakutan. Adit sudah pucat pasi dan kaku tidak bergerak sedikit pun, Lula menempelkan telinga di dada nya Adit untuk mendengarkan detak jantung nya.
"Adit, bangun lah! jangan menakuti Kakak, Dit." Lula panik sekali di buat nya.
"Diiit! Ya Allah, kamu kenapa kok bisa gini?" Lula memangku kepala adik nya agar Adit mau sadar lagi.
"Ada apa?!" Asri yang baru pulang jadi kaget juga.
"Adik, Mak! Adit meninggal, dia meninggal secepat itu." teriak Lula sudah menangis kencang.
"Sembarangan saja kamu, Lula!" Asri tidak percaya dan langsung melihat anak nya.
Namun setelah di cek memang Adit sudah tidak bernafas lagi dengan tubuh dingin seolah beku, mulut nya juga terbuka serta bibir pun sudah biru. Lula tidak percaya pula jadi nya karena jarak dia kewarung sangat sebentar, tapi Adit sudah meninggal saja.
"Ini tadi kena apa, La?" teriak Asri merangkul anak nya erat.
"Dia bilang menggigil, aku beli adem sari karena dia mau itu! tapi pas aku pulang dan mau memberikan, dia sudah meninggal." jelas Lula terisak isak.
"Beri tahu Pak RT atau Pak Lurah, Nak." suruh Asri menangis sambil memeluk Adit.
"Ah iya!" Lula berlari keluar dari rumah dengan hati yang tidak percaya.
Tujuan nya adalah rumah Pak RT atau Pak Lurah untuk meminta tolong agar ada yang membantu penguburan Adit, mumpung masih siang juga sehingga bisa langsung di kuburkan, Lula berlari sambil menangis karena dia pun sangat sedih.
"La, kamu kenapa?" pas pula bertemu dengan Arka di warung Mbak Nanda.
"Adit meninggal, Ya Allah adik ku meninggal." jawab Lula dengan mata merah.
"Yang benar kamu, La?!" Mbak Nanda saja sampai kaget.
"Pas aku pulang tadi dia sudah meninggal, padahal cuma ku tinggal sebentar." Lula menangis dengan tangan di pegangi Mbak Nanda.
"Kamu saja yang memberi tahu Pak RT lah, Ka." suruh Mbak Nanda karena kasihan melihat Lula yang lemas.
"Ya sudah, aku akan memberi tahu Pak RT kalau Adit meninggal." Arka juga agak gugup karena kaget.
Di satu sisi dia punya pikiran buruk atas apa yang sudah Sarjo lakukan, tapi hati nya masih bisa menepis juga karena mungkin saja tidak begitu, sebab selama ini wanita di balik pohon pisang tidak pernah membuat ulah sampai membunuh manusia.
Terima kasih untuk hari ini ya guys, besok yang Xavier baru up. hari ini enggak sempat, yang ini baru mau kontrak dan bye sampai jumpa besok pembaca setia othor.
lanjut thor 🙏
Masih teka teki
lanjut thor seru