NovelToon NovelToon
Hantu Nenek Bisu

Hantu Nenek Bisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Rumahhantu / Mata Batin / TKP / Hantu
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: iwax asin

kisah fiksi, ide tercipta dari cerita masyarakat yang beredar di sebuah desa. dimana ada seorang nenek yang hidup sendiri, nenek yang tak bisa bicara atau bisu. beliau hidup di sebuah gubuk tua di tepi area perkebunan. hingga pada akhirnya sinenek meninggal namun naas tak seorangpun tahu, hingga setu minggu lamanya seorang penduduk desa mencium aroma tak sedap

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iwax asin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 Yang Terbungkam, Yang Terbangun

Langit di luar sudah hitam legam, tapi suasana di dalam rumah Bu Kasih justru semakin panas. Api lilin di keempat sudut ruangan mati secara bersamaan, padahal tak ada angin, tak ada gerakan. Batu yang tadi digunakan Erik sudah retak di bagian sisinya, mengeluarkan aroma seperti arang terbakar.

Siska menggenggam tangannya erat-erat, wajahnya pucat. “Apa artinya ini?”

Erik masih terdiam, tubuhnya masih gemetar, matanya menerawang.

Mbah Taryo melangkah maju, mendekati batu itu. Ia menghela napas panjang. “Kita baru saja membangunkan sesuatu. Tapi bukan hanya dari tidur... dari kebisuannya.”

Aji menatap ke arah loteng. Tangga tua yang biasanya tenang kini bergetar perlahan, seperti ada yang bergerak di atas sana. Pelan, namun terus-menerus, ggrrkk... ggrrkk...

Suara gesekan kayu itu membuat bulu kuduk berdiri.

Erik perlahan menoleh ke Mbah Taryo. “Kalau nenek itu bukan makhluk jahat, kenapa dia selama ini menakuti orang? Kenapa dia muncul malam-malam? Kenapa dia... membisu?”

Mbah Taryo duduk di lantai, suaranya berat. “Karena dia bukan lagi manusia biasa. Ia sudah terlalu lama di dunia antara. Dulu, dia juga manusia. Saudara sepupu Bu Kasih. Namanya Sani. Ia menjaga wanita muda yang kau lihat di penglihatanmu—namanya Laris.”

“Laris?” tanya Siska. “Siapa dia?”

“Laris adalah istri dari seorang tuan tanah yang pernah tinggal di sini, puluhan tahun lalu. Dia hamil anak pertamanya ketika suaminya tewas terbakar dalam kerusuhan desa. Setelah kejadian itu, Laris... berubah. Tidak bicara, tidak makan, hanya duduk dan menatap ke arah sumur tua di belakang rumah. Bu Kasih yang waktu itu masih muda, dan Sani yang lebih tua, menjaga dia siang malam.”

Aji menelan ludah. “Dan... yang terjadi kemudian?”

Mbah Taryo menatap mereka satu per satu. “Sani menyadari ada yang masuk ke dalam tubuh Laris. Ia bukan lagi wanita biasa. Pada suatu malam, Sani mendengar Laris tertawa di depan sumur, lalu berbicara dalam bahasa yang bukan bahasa manusia. Dan keesokan paginya... dua warga desa ditemukan tewas, tubuh mereka kering seperti dijemur berhari-hari.”

Erik menyandarkan diri ke dinding. “Jadi... Sani dan Bu Kasih mengurung Laris di atas loteng?”

“Bukan hanya itu. Mereka membuat perjanjian. Laris dikurung menggunakan ritual pemisahan jiwa. Tapi karena ritual itu tak sempurna, Laris tak sepenuhnya terikat. Dia bisa menyalurkan amarah dan energi ke luar—dan Sani lah yang mengambil sebagian besar beban itu. Agar tidak ada yang tahu, ia memilih membisu.”

“Karena jika ia bicara, Laris akan tahu letak segel,” sambung Siska dengan suara kecil. “Dia menjaga rahasia itu... dengan kebisuannya.”

Mbah Taryo mengangguk. “Dan kini, salah satu dari kita telah menyentuh batu pemantik. Segel telah retak. Laris tahu... dia tahu dia bisa keluar.”

Tiba-tiba suara langkah-langkah kecil terdengar dari atas.

Tap... tap... tap...

Tidak berat. Justru ringan. Seperti langkah kaki anak kecil... atau seorang wanita yang menari.

Siska berlari ke Erik dan menggenggam lengannya. “Apa yang harus kita lakukan?”

“Kita harus menguatkan segel,” jawab Mbah Taryo cepat. “Dan hanya ada satu cara... kita harus mengulangi ritual pemisahan. Tapi kali ini, kita butuh darah keturunan dari penjaga sebelumnya.”

Erik terdiam. “Maksud Mbah... darah keluarga Bu Kasih?”

“Ya. Dan karena Bu Kasih telah meninggal... satu-satunya harapan kita adalah... cucunya.”

Semua menoleh ke Siska.

Siska melangkah mundur. “A-a-aku?”

Mbah Taryo mengangguk. “Kau cucu perempuan Bu Kasih. Itu cukup. Tapi kau harus bersedia... menanggung risiko.”

“Risiko apa?”

“Kalau ritual gagal, dan makhluk itu masuk ke tubuhmu... kau akan menggantikan tempatnya. Kau yang akan terkurung di loteng... selamanya.”

Suasana hening. Siska menunduk. Matanya gemetar. Tapi lalu ia berkata pelan, “Kalau aku tidak melakukannya... kita semua bisa mati. Bahkan seluruh desa.”

Erik memegang tangannya. “Kita akan melakukannya bersama. Kau tidak sendirian.”

Mbah Taryo berdiri. “Kita tidak punya waktu. Malam ini juga, sebelum gerhana bulan naik, kita harus lakukan semuanya. Kalau kita menunggu pagi, kekuatannya akan menyatu dengan cahaya pertama matahari. Dan saat itu... kita tidak bisa menghentikannya lagi.”

Malam semakin larut ketika mereka mulai mempersiapkan ritual.

Ruang atas telah dibersihkan. Tangga ke loteng disandarkan kembali. Di puncaknya, cahaya merah samar mulai menyembul dari celah-celah papan kayu. Bau besi karat dan bunga melati membaur jadi satu.

Siska mengenakan kain putih panjang, berdiri di tengah lingkaran garam yang dibuat Aji. Di tangannya, sebilah belati kecil yang diberikan Mbah Taryo. Ia harus meneteskan darah ke atas simbol tua di tengah loteng.

Sementara itu, Erik berdiri di luar lingkaran, membawa tali pengikat dan batu pemantik yang kini hanya tersisa setengah, retak tapi masih menyala sedikit.

Aji menyalakan dupa. Asap tebal naik perlahan, memenuhi ruangan. Doa-doa kuno dilantunkan Mbah Taryo dengan nada rendah dan bergetar.

Tiba-tiba...

DUAARRR!

Suara ledakan dari atas loteng mengejutkan semua orang. Papan-papan tua terlepas sendiri. Dan di tengah kepulan asap...

...muncul sosok wanita muda dengan wajah pucat, rambut panjang tak teratur, dan mata merah menyala.

Bukan nenek. Tapi... Laris.

Ia melayang turun perlahan, jari-jarinya menari di udara. Di belakangnya, suara tangisan terdengar—tangisan Sani, yang masih terjebak di dalam dinding rumah ini.

Laris membuka mulutnya, dan suara berat bergema keluar.

“Akhirnya... aku bebas...”

Siska melangkah maju.

Dan malam itu, sejarah rumah Bu Kasih kembali ditulis dengan darah, nyali, dan satu keputusan yang akan menentukan nasib seluruh desa...

1
Sokkheng 168898
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
BX_blue
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
iwax asin
selamat datang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!